Quantcast
Channel: hayalan tak bertepi
Viewing all 76 articles
Browse latest View live

Yanti yang binal

$
0
0



Kota ini sedang panas-panasnya. Matahari rasanya seperti berada sejengkal di atas kepala. Yanti berusaha mengipasi tubuhnya dengan selembar koran tipis. Dia duduk di depan tv dengan daster tanpa lengan. Jendela sudah terbuka, tapi tetap saja udara siang itu terasa panas.

Yanti bergerak menenggak minuman dingin yang sebenarnya tidak terlalu dingin lagi. Kerongkongannya terasa sejuk. Tapi cuma sebentar, karena kemudian udara panas kembali menyergapnya.


“ pfiuhhh..panasnyaaa” Yanti mengeluh.

Dia masih asyik menonton tivi sambil mengipasi tubuhnya ketika didengarnya pintu pagar terbuka. Menyusul kemudian sebuah suara motor mendekat ke arah samping rumah. Yanti melirik dari jendela yang terbuka, Adi salah seorang anak kostnya sedang memarkir motor. Tak lama kemudian langkahnya terdengar di samping rumah menuju ke bagian belakang.

Yanti memang menyewakan 5 kamar di bagian belakang rumahnya untuk anak-anak mahasiswa. Rumahnya tidak terlalu jauh dari sebuah kampus swasta, usaha yang sangat cocok dan menghasilkan.

Kamar kost itu sudah ada sejak 6 tahun yang lalu. Tepatnya ketika Ruslan suaminya masih hidup dan baru saja pensiun. Alasannya untuk menambah penghasilan rumah tangga. Yanti dan suaminya sengaja membuka kost untuk lelaki, alasannya waktu itu biar pak Ruslan ada teman ngobrol. Sayang, lelaki itu kemudian meninggal 3 tahun kemudian. Tinggallah Yanti bersama 2 orang anaknya yang beranjak remaja.

Setahun kemudian Anshar anak pertamanya pindah ke kota lain untuk melanjutkan kuliahnya. Disusul kemudian Rini, adiknya. Tinggallah Yanti sendirian bersama anak-anak kost yang datang silih berganti mengisi kostan di belakang rumahnya. Hanya Ria, ibu setengah baya yang datang setiap pagi untuk membersihkan rumah dan membantunya mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Yanti sebenarnya belum bisa dibilang tua. Tahun ini umurnya masuk 43, perawakannya tidak terlalu tinggi dan tidak pendek. Rata-rata ukuran wanita Indonesia. Tubuhnya masih bisa dibilang kencang meski selulit dan lemak juga sudah hadir di beberapa tempat. Usia tidak bisa bohong, tapi Yanti selalu berusaha mencegahnya, termasuk dengan berolahraga. Minimal menjaga kesehatan, katanya.

Sekitar 6 bulan lalu dia terjebak dalam sebuah hubungan terlarang dengan salah seorang anak kostnya. Namanya Fandi, lelaki muda yang baru saja merintis karir di sebuah perusahaan swasta di kotanya. Yanti terpikat pada ketampanan dan kesopanan lelaki itu. Yanti yang sudah lama kesepian sejak ditinggal suami dan anak-anaknya tanpa sadar jatuh di pelukan Fandi yang masih muda dan energik.

Waktu itu gairahnya yang lama terpendam muncul ke permukaan, dia menjadi liar dan semangat hidupnya juga kembali menyala. Yanti terjebak dalam hubungan cinta terlarang dengan Fandi. Hubungan yang bahkan berlanjur ke tempat tidur. Fandi tahu betul bagaimana memuaskan hasrat birahi Yanti yang sudah lama tak tersentuh.

Sayang, Fandi sekarang tinggal cerita. Dia harus pindah setelah dipaksa menikah oleh orang tua pacarnya. Sang pacar hamil 3 bulan hasil benih Fandi. Setelah menikah dia terpaksa pindah ke rumah orang tua sang pacar. Tinggallah Yanti yang terluka oleh kenikmatan sesaat yang ditawarkan oleh Fandi.

Selepas kepergian Fandi, Yanti memilih mengurung diri. Dia berubah menjadi ibu kost yang pendiam meski tidak galak. Satu persatu penghuni kostnya berganti, semuanya lelaki muda. Meski begitu Yanti sama sekali belum kepikiran untuk mengulang kisah yang sama dengan Fandi dulu. Luka itu masih ada, dulu Yanti sudah terlanjur menyimpan perasaan pada Fandi meski dia tahu mereka sulit untuk bersatu.

Yanti menenggak air terakhir dari minuman dinginnya. Minuman yang tadinya mampu menyejukkan tenggorokannya itu ternyata sudah jadi hangat. Yanti berdiri ke arah dapur berniat mengambil minuman dingin yang lain dari kulkas. Udara panas siang itu membuatnya susah untuk menolak godaan minuman dingin.

Di dapur sayup-sayup Yanti mendengar suara air dari belakang. Tepatnya dari tempat cuci yang letaknya memang ada di belakang dapur. Yanti mencoba mengintip dari jendela dapur. Ternyata ada Adi di sana yang sedang mencuci pakaian. Lelaki muda itu tak berbaju, membiarkan tubuh bagian atasnya terbuka. Dia hanya memakai celana pendek berwarna terang yang sebagian basah terkena air.

Tiba-tiba darah Yanti berdesir. Tubuh Adi tergolong atletis, padat berisi. Tetes air membasahi tubuhnya sehingga membuatnya terlihat mengkilap. Yanti menajamkan pandangannya ke arah selangkangan lelaki muda itu. Tiba-tiba Yanti tercekat. Rupanya Adi tidak memakai celana dalam. Adi yang duduk di atas bangku kecil tidak terlalu awas, dia duduk seenaknya sehingga dari pahanya terlihat jelas kalau dia tidak memakai celana dalam.

Yanti menelan ludah, degup jantungnya makin keras. Dengan sedikit takut-takut dia memperbaiki posisi mengintipnya. Sekarang dia dengan jelas bisa melihat sedikit celah dari pinggir celana Adi. Kepala kontolnya mengintip, terlihat mengkilap. Yanti tiba-tiba merasa sesak, sesak oleh nafasnya sendiri yang tidak beraturan.

Bayangan-bayangan hubungan gelapnya dengan Fandi seperti film yang terputar dengan sangat jelas di otaknya. Satu persatu adegan-adegan itu terpampang dengan jelas, membuat gairahnya perlahan memuncak. Tubuh atletis Adi dan kontolnya yang mengintip dari celana pendeknya seperti sebuah kunci untuk membuka kotak pandora. Nafas Yanti memburu, nafsunya menggelegak di dalam dada dan meluncur cepat ke kepala.

Kotak pandora telah terbuka. Yanti menarik nafas panjang, dia sudah tidak bisa mengontrol dirinya. Hampir setahun tidak disentuh pria setelah kisahnya dengan Fandi berakhir membuat seluruh tubuhnya seperti bersatu menuntut pelampiasan. Dia tidak bisa berpikir jernih lagi, dia menurut pada nafsunya. Menuruti panggilan birahinya yang sudah menguasai seluruh tubuhnya. Dia harus mendapatkan pelampiasan dari Adi yang sampai detik itu belum tahu kalau kesembronoannya sudah membuat seorang wanita menggelinjang karena nafsu.

Keputusan Yanti sudah bulat. Dia membatalkan niatnya mengambil minuman dingin. Dia keluar dari dapur dan menuju tempat cuci di bagian belakang mendekati Adi. Yanti masih sempat menimbang situasi. Jam baru menunjukkan pukul 12:20, masih siang. Anak-anak kost biasanya datang menjelang sore. Ria sudah pulang sedari tadi. Masih ada waktu beberapa jam sebelum kost kembali ramai.

“ eh Adi, kamu sudah pulang?” Sapa Yanti ketika sudah berada beberapa meter di belakang Adi. Dengan susah payah dia meredam degup jantungnya sendiri.

“ eh, ibu..iya nih, kuliah lagi kosong. Adi malas di kampus. Gerah..makanya pulang aja, sekalian mau nyuci” jawab Adi. Senyum tersungging di bibirnya. Yanti baru sadar kalau anak muda ini lumayan tampan.

“ sinih ibu bantuin” Kata Yanti sambil mencoba berjongkok di depan Adi, tepat di seberang ember berisi cucian.

“ ah gak usah bu, Adi sudah biasa” Adi menolak dengan halus. Dia belum memperbaiki cara duduknya dan belum sadar kalau dari celah celananya sang kontol mengintip. Pandangan Yanti tertuju ke sana.

Yanti tersenyum, berusaha menampilkan senyum termanisnya. Dia tahu Adi pasti kikuk, tidak biasanya sang ibu kost yang pendiam itu tiba-tiba jadi akrab dan mau membantu mencuci.

Yantilah yang memegang kendali. Masih dengan berjongkok dia mencoba mencairkan suasana meski jantungnya juga masih berdegup kencang. Sesekali dia masih melirik ke celah celana Adi sambil terus mengagumi tubuh atletisnya.

“ Kamu pasti sering olahraga ya, badan kamu bagus” Yanti mulai menyerang. Tangannya mengelus lengan Adi yang memang lumayan berotot.

Adi sedikit kikuk, tapi dia tidak menolak. Dengan agak terbata dan menunduk dia menjawab, “ biasa aja bu, dulu sering ikut main bola soalnya.”

Yanti terus memuji Adi, tangannya mengelus-elus lengan Adi. Lelaki muda itu makin tampak salah tingkah. Tangannya mengucek pakaian dengan gerakan yang menunjukkan kalau pikirannya sudah tidak di situ.

Adi lelaki normal, sentuhan Yanti di lengan dan kemudian di punggungnnya membuat darah mudanya berdesir tanpa bisa dia kontrol. Darahnya seperti mengalir dengan cepat menuju satu titik di selangkangannya. Perlahan kontolnya berdiri, membuat celana pendek longgarnya jadi menonjol. Yes! Dalam hati Yanti menjerit senang. Dia tahu sebentar lagi dia akan berhasil mencicipi anak muda ini.

“ Aihh, itu koq jadi bangun?” Goda Yanti sambil menunjuk ke selangkangan Adi.

Adi makin salah tingkah, susah payah dia menutup selangkangannya dengan tangan dan merapatkan kedua kakinya yang tertekuk. Yanti tersenyum nakal.

Mengetahui rencananya makin mulus, dia mendekatkan bibirnya ke kuping Adi. Sebuah ciuman hangat mendarat di kuping Adi, dilanjutkan dengan jilatan lembut. Adi tersentak kaget, tapi sama sekali tidak menolak. Darah mudanya berdesir, nafsunya ikut bangkit.

“ kamu mau bercinta sama ibu?” Tanya Yanti dengan tatapan nakal. Adi hanya diam, bukan karena tidak mau, tapi karena bingung dengan perubahan suasana yang mendadak itu. Dia tidak pernah membayangkan akan digoda seperti itu oleh ibu kost yang pendiam. Adi juga bukan anak muda yang kuper, tapi setidaknya dia adalah anak muda yang sopan.

Adi masih diam ketika Yanti berlutut dan medekatkan wajahnya ke wajah Adi. Sebuah ciuman mendarat di bibirnya. Naluri lelakinya bergejolak, dengan tidak sabar Adi membalas ciuman Yanti. Bibir mereka berpagut, lidah mereka saling membelit. Suara cipokan segera terdengar. Yanti begitu menikmati ciuman hangat membara itu. Birahinya makin meraja, membuatnya lupa kalau lelaki di depannya itu adalah anak kost yang usianya sama dengan anaknya sendiri. Yanti sudah tidak peduli, dia hanya ingin mereguk kenikmatan yang sudah lama tidak pernah dia reguk.

Yanti membimbing tangan Adi ke dadanya, meremas toketnya yang masih terbungkus daster dan BH. Adi awalnya ragu, tapi dia masih laki-laki normal yang segera tahu apa yang harus dilakukan. Agak lama mereka berciuman dengan posisi Adi duduk di bangku kecil dan Yanti berlutut. Tangan Adi makin lama makin liar, meremas toket Yanti yang masih terbungkus serta sesekali membelai pangkal kupingnya.

“ Hmmppffhhhh…hmpffhhh..” hanya suara itu yang keluar dari mulut mereka.

Yanti tiba-tiba menghentikan ciumannya. Dia berdiri dan menarik Adi untuk ikut berdiri. 
“ Kita pindah ke kamar yuk..”, ajaknya kemudian.

Adi tidak menolak tentu saja, dia pasrah saja ketika Yanti menariknya masuk ke rumah utama melewati dapur dan ruang makan. Mereka berakhir di kamar tidur Yanti, menutup pintu dan menyalakan AC. Udara dingin dengan cepat menyergap mereka, meski kedua insan itu tidak lagi merasakannya.

Adi mulai dirasuki birahi yang bergejolak. Dia tidak lagi pasrah dan dituntun, dia malah dengan cepat menyergap Yanti, menariknya ke dalam pelukannya dan mencumbu Yanti dengan penuh semangat. Yanti pasrah, dia tahu sekarang giliran Adi yang mengambil alih kendali.

Mereka berciuman cukup lama dalam posisi berdiri sebelum kemudian Adi merebahkan tubuh Yanti ke atas ranjang yang besar. Yanti menurut saja meski mulutnya terus mengeluarkan suara desahan. Yantipun diam saja ketika dengan sedikit tergesa Adi melepas dasternya. Tinggallah dia dengan tubuhnya yang hanya berbalut BH dan celana dalam. Tapi itu tidak lama, karena Adi juga melepas BH-nya dan membuangnya ke samping ranjang.

Kini dadanya terpampang jelas di depan lelaki muda itu. 34C, lumayan membuat darah Adi berdesir meski memang tak lagi sekenyal dulu. Adi meremas lembut dua bukit di dada Yanti, mempermainkan putingnya dengan telunjuk dan jempol. Yanti mendesis, tubuhnya mengejang. Adi makin bernafsu, dibenamkannya kepalanya di atas toket Yanti yang mulus. Bibirnya menyapu puting Yanti yang kemerah-merahan, mengisapnya seperti bayi yang kehausan serta mempermainkannya dengan lidah.

“ Accchhh….sayanggg…acchhh” Yanti meracau tidak jelas, dia bahkan tanpa sadar sudah memanggil sayang pada anak kostnya itu. Adi makin bersemangat.

Puas bermain di dada Yanti, Adi beringsut turun ke selangkangannya. Tak lupa dia melepas celana dalam Yanti. Sang pemilik celana dalam tidak protes, bahkan membantu Adi melepas celana dalam itu. Vaginanya sekarang terlihat jelas, bulu-bulu halus tumbuh di sekitar vagina itu. Yanti memang rajin mencukur bulu-bulu vaginanya, kebiasaan yang sudah dia jaga dari sejak jaman muda dulu.

“ Adi jilat ya bu?” Pertanyaan konyol dari Adi, entah karena basa-basi atau karena memang aslinya dia sangat sopan. Tapi Yanti tidak berpikir apa-apa, dia cuma mengangguk pelan dengan wajah merah padam menahan nafsu.

Dengan lembut Adi menjatuhkan ciuman pada vagina Yanti. Menjilatinya dengan penuh perasaan dan menyusupkan jari tengah kirinya ke dalam lubang kenikmatan itu. Yanti nyaris berteriak, tubuhnya menegang, vaginanya makin basah. Pantatnya terangkat, menekan wajah Adi semakin lekat dengan vaginanya.

Adi ternyata bukan anak kemarin sore, caranya menjilat vagina, mengkombinasikan dengan gigitan halus dan permainan jari membuat Yanti melayang. Rasa nikmat adalah satu-satunya rasa yang dia tahu. Dia mendesah, menggelinjang dan berteriak tertahan. Hingga kemudian…

“ Accchhh…Adi sayangggghhh…” Tubuhnya tersentak, dia mencapai orgasmenya. Yanti seperti melayang selama beberapa detik. Dia tidak sadar Adi tersenyum di bawah sana, tepat di depan vaginanya. Yanti masih menutup mata mencoba meresapi sisa orgasmenya. Adi turun dari ranjang dan melepas celana pendeknya.

Yanti tidak sadar kalau Adi sudah telanjang bulat, dia tersentak sedikit kaget ketika mulutnya tersentuh sesuatu. Ketika matanya terbuka, tampaklah kontol Adi berada tepat di depan mulutnya. Yanti sedikit kaget, kontol itu lumayan besar dan panjang. Yanti segera tahu kalau kontol Adi lebih besar dari kontol Fandi dan Ruslan, dua kontol yang pernah dinikmatinya.

Yanti tahu apa yang dimaui Adi. Dia mengatur posisi, meninggikan kepalanya dengan bantal dan mulai mengocok lembut kontol Adi. Adi mendesis, tangan lembut Yanti terasa begitu nikmat. Adi sedikit tersentak ketika Yanti menjatuhkan jilatan dan ciuman ke kepala kontolnya. Dia memejamkan mata, apalagi ketika dengan penuh perasaan Yanti memasukkan kontol itu ke dalam mulutnya. Dia memvariasikan isapan, jilatan dan ciuman ke kontol Adi, membuat lelaki muda itu makin tidak tahan didera nafsu.

Yanti melirik, ekspresi nikmat di wajah Adi membuatnya makin bernafsu untuk terus mengoral kontol di depannya itu. Semua kemampuannya dia kerahkan, dia mau Adi takluk 100% di kakinya. Perlahan-lahan nafsunya kembali membara. Vaginanya kembali basah.
Bemenit-menit terlewati, Yanti masih semangat mengoral Adi ketika dirasanya lelaki itu menarik kontolnya. Dia tahu, Adi sudah tidak sabar memasukkan kontol itu ke vaginanya. Dia juga sudah tidak sabar merasakan vaginanya diisi kontol yang menurutnya cukup besar itu.

Mereka mengatur posisi. Yanti mengangkang, kedua kakinya dilipat hingga ke dada. Vaginanya terlihat jelas seakan siap menyambut kontol Adi yang sudah tegang. Adi berhenti sejenak, dengan jarinya dia mengusap-usap vagina merah muda itu. Yanti mendesah.

“ Accch…sayang, jangan digituin. Ayo dimasukin aja, aku udah gak tahan nih”, Pinta Yanti dengan suara parau karena nafsu.

“ Iya sayang, aku masukin yaa”, Adi sudah bukan lagi Adi yang tadi. Hilang sudah panggilan ibunya, berganti dengan kata sayang.

Dengan pelan Adi menyorongkan kontolnya ke dekat vagina Yanti. Awalnya agak sulit, meski vagina Yanti sudah basah tapi tetap saja kontol Adi susah untuk masuk. Yanti menjerit tertahan ketika Adi sedikit memaksakan kontolnya. Adi segera menyergap mulut Yanti dengan mulutnya, mereka berciuman dengan ganas sambil pelan-pelan Adi kembali mendorong pantatnya.

Bles!!! Akhirnya kontol Adi terbenam sempurna ke dalam vagina Yanti. Mereka diam sejenak, meresapi rasa nikmat yang menjalari semua syaraf mereka. Adi mempermainkan lidahnya di lidah Yanti. Yanti membalasnya dengan penuh nafsu. Perlahan-lahan Adi mulai memompa kontolnya, dia benar-benar tahu bagaimana memperlakukan wanita rupanya. Tak heran Yanti tidak butuh waktu lama untuk kembali merasakan nikmat tak tertahankan. Dia mendesah, menggelinjang dan mencengkeram dengan keras punggung Adi.

Adi makin bersemangat memompa kontolnya, dia bertumpu pada kedua tangannya dengan dua kaki yang terlipat. Sesekali dia menjatuhkan ciuman dan isapan ke toket Yanti. Yanti makin menggila, pantatnya bergerak tidak karuan. Dia terbang makin tinggi, makin tinggi hingga akhirnya…

“ Accchhh…sayanggghh, aku keluarrr laghiiii…” Yanti mengejang, wajahnya tegang. Adi diam beberapa detik, membiarkan Yanti menikmati sisa orgasmenya.

Ketika Yanti sudah terlihat tenang, Adi kembali memompa kontolnya. Dia juga sudah dikuasai nafsu yang membara. Makin lama pompaan Adi makin kuat, Yanti yang mulai lemas hanya bisa mendesah. Adi terus memompa, terus dan terus. Keringat bercucuran dari tubuhnya meski ruangan sudah didinginkan dengan AC.

“ Arrrghhhh….sayaaangggghhhh….” Adi berteriak dan menggeram tertahan. Tubuhnya mengeras, tegang beberapa detik dan kemudian bergidik. Dia mencapai puncak. Di dalam vagina Yanti kontolnya menyemburkan cairan kental yang hangat.

Adi menjatuhkan tubuhnya dalam pelukan Yanti, membiarkan wanita itu memeluknya dengan mesra. Sungguh sebuah puncak kenikmatan yang luar biasa yang membuat Adi seperti melayang. Mereka berpelukan dalam keadaan bugil untuk beberapa saat. Kontol Adi masih ada di dalam vagina Yanti, pelan-pelan mengecil.

“ Ah sayang, kamu hebat…” Bisik yanti di kuping Adi. Adi mengangkat wajahnya, tersenyum dan kemudian mencium lembut bibir Yanti.

“ Ibu yang hebat, saya ndak nyangka”

“ Ah, kalau lagi bercinta jangan panggil ibu dong. “ Yanti protes yang segera disambut dengan tawa renyah dari Adi.

Mereka berpelukan lagi, kali ini kontol Adi sudah berada di luar vagina Yanti.

Itu hanyalah awal. Seperti sebuah kotak pandora. Percintaan di siang yang panas itu rupanya membuka pintu-pintu lain untuk percintaan yang lain pula. Yanti seperti seekor kuda binal yang baru saja dilepaskan di alam terbuka. Yanti menemukan mata air kehidupan pada semangat seorang lelaki muda seperti Adi.

Satu percintaan membuka pintu ke percintaan yang lain. Yanti tersenyum penuh arti dalam pelukan Adi.


Yanti bersama kenangan indah

$
0
0
     
Kejadian itu masih terkenang buat gue and cewek gue, nama gue madi ,nama cewek gue yanti. Cewek gue ultah nya 13 agustus, kejadian nya sehari setelah gue seharian b'dua ke rumah dia yang baru, gue kudu jemput dia di sekolah (untung aja gue bisa ijin sama bos gue di kantor), pokoknya gue seharian jadi supir pas tgl 13 itu. Dalam perjalanan pulang dia bilang 'madi cape ya?' gue bilang 'ah ngga begitu', 'yanti jadi ngga enak nih, nanti madi sakit lagi',' ah kamu tuh apa-apan sih, kamu kan pacar madi ', gue sedikit menghardik, ' ya udah', dia ngomong gitu, 'yanti kamu marah ya?'tanya gue, 'ngga','madi besok,madi ke rumah lagi kan?' , dia nanya, 'ya', 'jam berapa, jangan malam2 ,kalo bisa jam 5 sore ', 'ok. Jam 5 sore gue udah ada di rumah dia, dia keluar dari kamar nya pake kaos warna biru,jeans, rambutnya tergerai sebahu, 'mau jalan kemana yan ?', 'ke......PIM aja yuk,kita nonton ', 'ok'. Di dalam bioskop gue b'dua biasalah kissing, pulang sampe kerumah nya suasana nya kosong,biasa soalnya bonyok nya punya restoran di daerah blok M. Ngga tau gimana awalnya,gue b'dua lagi nonton tv,tau2 gue ngekiss dia, dan dia mendesah, gue makin naek aja denger kaya gituan,gue lumat bibir dia yang mungil,posisi gue udah diatas tubuh dia, sambil nyium gue goyangin pantat gue , dia makin gila, padahal gue b'dua pake jeans, ternyata tangan kanan gue ngga mau diam,gue remas toket nya yang sebesar dua kali kepalan tangan gue,bibir gue b'dua makin hebat berpautan, gue masih remas tu toket dia ngelepas ciuman nya dia mulai nyiumin leher gue, terus dia berbisik di kuping gue sambil mendesah 'terus di,ajngan berhenti...aaaahhhh hh', bosen tangan gue ngremas dari luar, gue masukin tangan gue ke dalam kaos nya, gue angkat aja kaos nya ,terlihat buah dada yang masih terbungkus bh mengeras, gue angkat keatas tu bh nya, gue jilatin toket nya yang kiri sementara itu tangan kiri gue meremas toket nya yang kanan,dan pada saat itu posisi gue duduk memangku dia. Akhir nya gue buka kaos gue, dan juga kaos dia, sambil ngulum toket nya dia mengerang,dan tangan gue berusaha membuka kaitan bh nya, akhir nya terbuka. Gue berbisik 'yan kamu ganti baju ya', tanpa sepatah kata pun dia bangkit berdiri sambil meraih tangan gue menuntunnya ke kamar dia, gue kunci dan dia membuka celana jeans nya,sekarang gue bisa lihat tubuh dia yang mungil yang hanya terbungkus cd gue deketin dia,' di yanti takut', 'jangan takut sayang', setelah gue ucapin itu dia meluk gue dan nyium gue,gue kaget pas gue ngeraba cd nya kok ada bantalan nya, gue tanya sama dia 'kamu lagi dapet ya?', 'ngga tau,kayanya sih udah ngga', gue bilang aja 'gimana kalo kita ke kamar mandi ?',dia setuju, begitu dia buka cd nya dengan malu2,ternyata bersih tu softex nya dia bersihin lagi,sementara itu kontol gue makin gila aja, setelah selesai dia bangkit,nyium gue dan tangan nya berusaha membuka celana gue, dan akhir nya kita sama2 bugil, dan kita tertegun memandang tubuh kita yang sudah tidak terbungkus sehelai benang pun, kita pun akhirnya tersenyum b'dua dan kembali berpelukan. gue suruh dia duduk di atas wastafel gue buka paha dia,dan gue mulai jilatin memek nya dia. Dia makin gila di jambak nya rambut gue, pala gue di kempit sama pahanya 'mmmmmmmphhhhh' itu yang terdengar dari mulut dia dan setiap kali gue sentuh klit nya pake jari gue dia mendesah, lama juga gue ngejilatin tu memek, dan akhir nya dia teriak, dan gue bisa rasain tu cairan yang keluar dari memek dia, dan gue makin ganas aja gue isep tu memek, dan tak seberapa lama dia keluar lagi, dia bilang pengen ngisep punya gue, gantian gue berdiri dan dia jongkok. begitu nikmat nya hisapan -hisapan yang dia lancar kan, sambil ngisep dia mempermainkan lidah nya menyentuh lobang kontol gue, kini dia menghisap biji kontol gue dan tangan nya ngocok kontol gue, wwuuuuuiiiiiiiiihhhh nikmat banget , 10 menit berlalu gue masih belom keluar juga,di kembali bangkit berdiri,gue tuntun dia supaya kembali ke kamar. Begitu sampe di kamar gue rebahin dia diatas kasur nya gue tindihin dia kontol gue,gue gesekin di bibir vagina nya, dia pun kembali mengerang, begitu gue pengen masukin dia teriak 'di jangan ', langsung gue ngegesekin kontol gue lagi, dan sambil itu gue ngomong 'kenapa?', 'yanti takut,dan lagi sakit banget kamu sih punya kontol gede- gede banget ', 'jangan takut,coba deh kamu tahan sedikit ', 'ok'. Kembali gue coba masukin kontol gue ke dalam memek nya, dia merintih 'pelan 2 di masukin nya ', gue ngga banyak omong gue konsentrasiin pikiran gue,supaya kontol gue bisa masuk, 'ddddiiiii ssssaaaaakkiitt', gue tahan, gue dorong lagi perlahan, dia mendesah,gue dorong lagi dan akhir nya kontol gue udah tertanam di liang memek nya dia. Gue mulai naik turunin pantat gue,gue lihat yanti merintih keenakan , tangan nya menggengam sprei nya, naik turun nya kontol gue makin lancar karena makin basah nya memek dia, akhir nya dia keluar lagi, 'dddiii yanti ...yanti....aaaaahhhhh', gue tekan kontol gue dia lemas dan minta istirahat sebentar, gue cabut kontol gue, gue rebahin badan gue sambil nyalahin sebatang rokok, sementara itu yanti menaruh kepalanya di atas perut gue,mukanya menghadap ke kontol gue, dia pegang dengan lembut kontol gue yang masih keras, ngga berapa lama dia jilatin kontol gue dia hisap wah gue jadi makin enak. Lalu ia bangkit berdiri dan mengangkangi kontol gue, dia pegang, dia masukin perlahan- lahan,begitu kontol gue amblas kepala dia terngadah ke atas ,begitu juga gue yang nahan nikmat tiada tara, dan dia merebahkan tubuh nya di atas tubuh gue,dia puter pantat nya, kadang ia menaik turunkan pantat nya, dalam keadaan seperti itu gue nanya 'kamu kok pinter banget sih ?, sering nonton bf ya?', 'kamu juga lah', setelah itu nafas nya dia terengah-engah kembali ia memeluk erat sambil neken pantat nya agar gue bisa ngerasain memek nya yang basah itu, kontol gue serasa di pijitdi dalam memek nya,gue juga dorong kontol gue,'aaaaaaahhhhhh h', dia mendesah. kali ini gue gue diatas badan dia, gue masukin kontol gue perlahan namun pasti, gue angkat kedua kaki nya, dengan posisi setengah jongkok gue goyangin pantat gue maju mundur, 'aaahh di nikmat', ' gue enjot terus bibir gue ngejilatin toket nya dan tangan kiri gue kadang mainin klit nya, tubuh gue berdua makin bergetar, ngga lama dia kembali ingin keluar, 'dddiii...yyyaannntth hiii.....aaaaahhhhhh' makin keras goyangan gue, dia udah liar meluk gue keras banget sambil dia juga goyangin pantat nya, bibir gue juga ngga mau diem gue kulum bibir nya, begitu juga tangan gue mainin toket nya, gue remas keras banget asmpe dia teriak 'aaaaaahhhhhhh sakit jangan keras2'. gue makin ngga kuat aja,tapi gue coba tahan supaya gue berdua bisa keluar bersama-sama, gue angkat kaki kanan nya gue sodok terus tu memek yang terus menerus kluar cairan nya, gue rebahin tubuh gue di belakang badan nya ,dan kontol gue masih tertanam,gue goyangin pantat gue begitupun dia, tangan gue ngga lepas dari toket nya,bibir gue pun masih mengulum bibir nya, gue coba bangkit dan main doggy style dia mengerang,'ngngng ngngngaaaaahhhhhh', gue terusin aja, dia bilang, 'di....sakit banget nih ', oke, dan gue kembali ke posisi semula,dengan badan dia di bawah dan gue di atas, tak seberapa lama kami berdua merasakan sesuatu, dia pun kembali teriak, ddddiiiiii......yanhtiiii... .....', 'sama sayangng', makin hebat goyangan kami berdua sampai akhir nya 'aaaaahhhhhhhhh', kami berdua keluar bersamaan, dan mani gue terasa keluar banyak banget, dia terlihat menikmati nya, dan kontol gue kembali serasa di pjit-pijit, setelah itu gue tergeletak di samping dia ,gue lihat ada noda darah di sprei nya. ue nanya, 'kamu nyesel sayang?',dia terdiam dan akhir nya menjawab 'tidak ini adalah kado yang paling spesial dari kamu buat yanti ', gue cium bibir dia 'maaf kan madi ya ', 'di ngga ada yang perlu di maaf kan,yanti mau karena madi adalah yang pertama dan yang terakhir buat yanti '. Akhir nya kami sering melakukan nya, sekarang ini jarak gue berdua jauh banget, gue di US kuliah, kerja, dan dia ada di Indonesia, gue kadang inget dengan peristiwa diatas. Yanti gue pasti pulang, gue harap kamu tetap setia menanti.

Yanti yang haus birahi

$
0
0



Namaku Rio, seorang dokter di sebuah rumah sakit di Jakarta Selatan, kisah yang akan kuceritakan ini terjadi saat aku masih bertunangan dengan istriku sekarang ini, dan terjadi berawal dari hal yang sama sekali tidak terduga sedikitpun olehku.

Bulan February 2001 lalu aku mengantarkan kawanku Rudy ke bengkel Toyota di jalan ***(edited) Jakarta. Saat tiba di bengkel, sudah banyak mobil yang antri menunggu giliran.
Rudy tersenyum kepadaku dan bilang, “Sorry Yo.., kayaknya loe musti nungguin lama juga nih..”
Brengsek juga nih pikirku, biar tidak bosan, aku pergi ke warnet di dekat situ, persisnya di sebelah Soto Kudus, persis depan Danar Hadi.

Aku masuk, disambut oleh seorang cewek yang ternyata adalah yang bertugas menjaga warnet tersebut. Mulanya aku tidak begitu memperhatikannya, berhubung hatiku lagi kesal sekali sama ulah si Rudy tadi. Tapi ketika aku mulai meng-klik mouse dan sedang menunggu connect-nya internet, baru aku perhatikan bahwa cewek penjaga ini punya wajah cukup lumayan dan body yang oke juga. Terus terang, saat itu juga aku terpikat oleh penampilannya, aku jatuh hati pada “the way she look”.

Aku sibuk berpikir dalam hati, bagaimana cara aku berkenalan dengannya? Tapi mungkin memang takdir cara itu datang dengan sendirinya, cewek itu tidak lama kemudian membuka juga internet dan dia duduk persis di belakangku, jadi posisi kami saling memunggungi satu sama lain. Aku sempat menoleh ke belakang, dan kulihat dia membuka situs “mIRC”.
“Kayaknya dia mau chatting nih..,” pikirku.
Ternyata benar, dia mau chatting, dan aku sempat melihat kalau dia pake “nick” yanthie. Langsung saja aku masuk ke “mIRC” juga, aku call dia, eeh dia nge-reply.

Kami berkenalan, dan selama chatting itu dia sama sekali tidak sadar kalau Rio yang sedang ngobrol dengannya adalah cowok yang duduk tepat di belakangnya, hihihihi. Pas sejam aku selesai, aku bayar, aku pancing obrolan dengannya, aku tahu sekarang namanya “Yanti”, tepatnya “Iryanti”. Tampangnya benar-benar membuat aku bergairah.

Aku lalu keluar, pergi ke bengkel menemui si Rudy, mobilnya sedang dikerjakan. Aku pergi ke telepon kartu di bengkel itu, kutelepon penerangan “108″. Kutanyakan nomer telepon warnet itu, setelah kudapat langsung kutelepon, dan aku minta bicara dengan Yanti.

“Siapa nih..?” suara Yanti di seberang sana.
“Ini Rio, boleh saya kenal kamu..?” jawabku.
“Boleh aja, tapi kamu dapat nomer ini darimana..?” tanya Yanti lagi.
“Saya yang pernah main di warnet kamu..,” jawabku.
Dan Oh My God..! Tahu tidak Yanti bilang apa..?
“Kamu yang tadi chatting di belakang saya khan..?” katanya.
Mati aku, dia sudah tahu rupanya. Terlanjur malu aku mengaku saja, kalau itu benar aku, dan aku terpesona oleh penampilan dia, tapi aku malu untuk menegur disana, jadi aku pakai cara ini saja.

Yanti tertawa, enak deh suaranya, kuberanikan saja ingin menjemput dia, mau atau tidak. Katanya dia sore ini tidak bisa, karena cowoknya (yang akhirnya kuketahui namanya Joe) menjemput dia.
“Gimana kalau besok lusa aja..?” katanya.
“Oke aja..” kataku.

Jadilah lusanya aku tidak praktek, jam 17.00 tepat aku sudah sampai di warnet Yanti. Kami terus jalan deh. Di jalan, dasar pikiran nakalku sudah di ubun-ubun, aku tanya sudah berapa lama Yanti pacaran sama Joe, berapa kali pacaran, terakhir aku juga mengaku sudah punya cewek, terus aku tanya mau tidak Yanti jadi cewekku? Yanti kaget.
“Jadi Yanti ngeduain Joe donk Yo..?” tanyanya.
“Iya sama Rio juga ngeduain cewek Rio..” jawabku sekenanya.
“Nakal kamu Yo..” kata Yanti sambil mencubit lenganku.
“Naaah.., kena nih cewek..!” pikirku.

Kutangkap tangannya, kupegang kuat, kuhentikan mobilku di depan sebuah bangunan sepi dekat Pasaraya Manggarai, kutarik Yanti ke arahku, kucium bibirnya, Yanti mendorong tubuhku.
“Hhhmmmhh malu-malu kucing nih..” pikirku.
Terus kutarik tubuhnya sambil mengeluarkan kata-kata gombalku. Lama kelamaan Yanti tidak menolak lagi, dibalasnya ciumanku, dijulurkannya lidahnya, digigitnya bibirku, kusedot lidahnya, nikmat sekali, urat syarafku terangsang. Kuraba pahanya, terus ke selangkangannya, Yanti mendesah. Aaahhh....Ooohhh...

“Jangan Rio..” desahnya.
Aku berhenti, kuhidupkan mesin mobil, kuarahkan mobil ke hotel ***(edited) di jalan ***(edited) Jakarta Pusat, aku langsung parkir.
“Mau ngapain kita kesini Yo..?” tanya Yanti.
Aku tidak menjawab, kusuruh dia menunggu di mobil, aku masuk ke dalam, aku check in di kamar 104.

Setelah diantar ke kamar, kuhidupkan AC, lalu aku ke mobil.
“Yan, turun yuuk..!” kataku.
“Nggak tau ah, mau ngapain sih Rio..?” kata Yanti.
Lagi-lagi kukeluarkan jurus mautku, sampai akhirnya Yanti mau juga ikut masuk ke kamar. Di dalam kamar kubuka celana panjangku. Dengan hanya pakai handuk aku ke kamar mandi, saat aku keluar kulihat Yanti sedang nonton TV.

“Film apa sih Yan..?” tanyaku sambil duduk di sebelahnya.
“Sinetron..,” jawab Yanti pendek.
Kupandangi wajahnya, Yanti jengah juga dan bilang, “Ngapain sih ngeliatin gitu Yo..?”
“Kamu cantik..” rayuku.
“Rio pengen ciuman kayak tadi deh..” kataku.
Kutarik tubuhnya, Yanti diam saja, kuangkat dagunya, kupandangi lekat-lekat matanya, kucium lembut bibirnya, Yanti memejamkan matanya. Dibalasnya ciumanku, kujulurkan lidahku, Yanti membalasnya, kuhisap, Yanti membalasnya. Pikiranku benar-benar sudah dikuasai gairah memuncak, kuciumi lehernya, kujilati sepuasku.
“Aaacchh.., Riooo…” desahan Yanti membuatku tambah bernafsu.
Aku berdiri di samping tempat tidur sambil tidak lepas memandang wajahnya sedikitpun.

Kubuka bajuku, handuk, terakhir celana dalamku, sengaja tidak kupadamkan lampu, penisku langsung “tegak-melompat” keluar “sarangnya”. Kulihat Yanti terkesima, kuhampiri dia, kuraih tangannya, kuletakkan di atas penisku, kusuruh dia melakukan gerakan “mengocok”.
“Aaahhh nikmat sekali..” desahku.

15 menit Yanti melakukan itu, kulepaskan tangannya dari penisku, kutarik wajahnya, kuarahkan ke penisku. Mula-mula Yanti menolak, dengan sedikit paksaan mau juga dia. Masuklah penisku dalam mulut mungilnya. Digerakkannya maju-mundur berulang kali sampai basah kuyup penisku oleh ludahnya, kurasakan spermaku mau keluar, kutarik rambutnya.
“Stop Yanti..!” kataku.

Kini kubaringkan dia, kutelanjangi Yanti sampai sehelai benang pun tidak ada lagi di tubuhnya. Kupandangi tubuhnya, tampak di perut kirinya ada tahi lalat cukup besar. Kucium bibirnya, dagunya, turun ke lehernya, dadanya, perutnya, kuhisap pusar dan tahi lalatnya, Yanti menggelinjang geli. Kuteruskan ke selangkangannya, kumasukkan jari tengahku sambil aku terus mencium selangkangannya.

“Aaaccchhh Riiiooo niiikkkmaaatnyaaa sayaaanggg…” desah Yanti.
Yanti mengangkat pantatnya setinggi-tingginya, kurasakan basah vaginanya. Yanti telah orgasme rupanya. Kini aku menaiki tubuh Yanti, penisku pun sudah amat berdenyut mendambakan pelampiasan pula. Kuarahkan penisku ke vagina Yanti, kuturunkan perlahan pinggulku, tidak sedetikpun kulepaskan pandanganku dari mata Yanti. Kulihat Yanti menggigit bibirnya.
“Sakiiittt Riiiooo…” desahnya.
Kuhentikan sejenak, lalu kuteruskan lagi, Yanti mendesis lagi.Ooowwww..................Aaarrgggghhh.... Kulihat butiran air mata di sisi matanya.

“Sakit saayyyaangg..?” tanyaku.
“Iyyaaa Riiiooo, punya kamu besar sekali..” jawab Yanti meracau.
“Mana besar sama punya Joe..?” tanyaku.
“Besar punya kamu Riooo… sakit saaayyyaangghhh, perrriiihhh, tapiii niiikmaaatthh sekaliii..” rintih Yanti.
Akhirnya masuk semua penisku ke dalam vaginanya. Kutarik maju mundur, akibatnya sungguh luar biasa, Yanti menggeram, kedua kakinya menjepit pinggangku sekuatnya, giginya ditanamkan di bahuku, kurasakan pedih. Waaaahhh berdarah nih… Yanti orgasme kedua kalinya.

Kini kuganti posisiku, Yanti kusuruh menungging, dan dengan nafsu memuncak kutusukkan penisku ke anusnya, kurasakan otot “spchincter ani”-nya mencengkram erat penisku. Kugerakkan masuk-keluar penisku, kugenggam payudaranya, Yanti menggenggam tepi tempat tidur.
“Riiooo… saaayyyaanngghh… ciiintaaa… eeennnaaakkhhh… Riioooo.. Rioooo… nikmaaatthh sayaaaanggghh… terrruuussshhh cinnntaaaa…” erang Yanti terus menerus.
Aku benar-benar nikmat, “Yaaanntiii kuhamili kamuuuu… badan kamuuu enak bangeeettthh..” erangku juga.

10 menit kemudian aku tidak tahan lagi, penisku berdenyut kuat, kucengkram erat pinggul Yanti, kusemburkan sperma hangatku dalam vagina Yanti.
“Aaacchhh nikmat sekali…” desahku di telinganya.
Kami pun terkulai lemas.

Setelah itu beberapa kali kami mengulanginya di hotel “xxx” dekat kantor Yanti. Sekarang Yanti telah menikah dengan Joe. Kami masih berhubungan lewat telepon. Semoga kamu baca kisah kita ini Yanti. Rio sayang kamu selalu.


Yanti yang terjebak kenikmatan

$
0
0
Pembantu dirumahku masih muda usia, belum genap 30 tahun. Meskipun demikian dikampungnya dia sudah jadi rebutan para lelaki. Wajahnya buat saya sih biasa saja begitu juga susunya yang kalau menurut selera saya masih kecil. Tapi pembawaannya dalam bersikap penuh unsur menggoda lelaki. Saya sendiri pernah ditempeli susunya ketika berpapasan digang kecil dirumah. Pada awalnya saya merasa melakukan kesalahan tapi akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa pembantu saya ini genit dan matre. Tetapi meskipun sudah sering diajak SSi, tapi yanti tetap kukuh mempertahankan dirinya untuk diobok-obok meskipun demikian tetap genit dan bikin gemes saja.
   Sebetulnya yanti bukanlah pembantu, asli statusnya dia Cuma numpang hidup sementara untuk menunggu panggilan kerja,awalnya dia hendak pergi merantau keluar negri,dia sudah punya suami dan punya anak satu di kampungnya,karena dia sedang menunggu panggilan maka ku ajak saja kerumahku untuk bantu-bantu pekerjaan di rumah,karena ku pikir-pikir tubuh yanti sexy juga bikin aku naik darah bila melihatnya,otot ini langsung pada kenceng bila melihat lekukan tubuh yanti,sampai kubayangkan betapa nikmatnya andai bias tidur bersama yanti
    Setelah puter otak timbullah ide gila yang akan saya coba sore ini.
Kebetulan istri dan anak sedang diantar supir pergi ke acara sekolah, setelah mereka pergi saya pura-pura sibuk bekerja diruang kerja saya. Saya keluarkan duit setoran toko saya selama beberapa hari dan pura-pura sibuk mencocokkan catatan dan jumlah uang yang ada.
Ruang kerja saya dipisahkan oleh sekat kaca yang mudah terlihat dari ruang makan. Si yanti setiap sore sibuk merapikan dapur dan mempersiapkan makanan untuk malam hari. Saya perhatikan matanya memperhatikan tumpukan uang dimejaku dan terlihat demikian berhasrat untuk memilikinya. Tanpa buang kesempatan saya berteriak dan memintanya untuk membuatkan teh hangat serta mengantar ke ruangan saya.
“jangan terlalu manis yah..Yan! ” teriak saya.” Iya ko..”, kata Yanti manja..kalau sudah manja pasti ada maunya..hmm.. Ini saat yang tepat untuk melaksanakan rencanaku..
Tidak lama Yanti datang membawa teh.
“Ini Ko..tehnya.”, yanti menyodorkan tehnya.
“Makasih kataku.”,aku menjawab sambil pura-pura cuek..
“Banyak amat duitnya ko.?”kata yanti sambil tetap berdiri disamping meja. Rupanya dia memperhatikan tumpukan uang puluhan juta yang membuat hatinya tergetar.
“Iya nih…jadi bingung mo dibelikan apa yah…?” aku menjawab dan tersenyum girang…masuk perangkap dia.
“Semua sudah punya..mo beli apalagi yah…?” aku berkelakar sambil akting berpikir.
“Belikan aku baju dong ko..habis bajuku..uda pada jelek nih..”yanti merengek manja..
“Gak mau ah..kan kamu udah dapat gaji..dapat tips dari saya aja udah banyak.”.kataku pura-pura marah..
“Yah.. kan sekali-sekali boleh yah ..ko..?” yanti merajuk dan memijit tanganku..
Aduh enaknya..sebentar lagi aku yang pijit dia.
Hmm..aku berpikir keras untuk menambah variasi sedikit bagi rencana ku…
“Ok..aku nanti belikan kamu 3 pasang baju..tapi aku yang belikan yah…gak boleh kamu yang beli sendiri..gimana?” kataku mengobral janji.
“3 pasang ko ?” Yanti kaget..
“Asyik …aku dibelikan baju..makasih..yah..engko baik deh…”
“Eit…nanti dulu ada syaratnya lho..” aku memberi tanda tidak padanya.
“Loh kok pake syarat.?.” tanti bertanya
“Iya dong ..beli baju kan mesti ada ukuran atau contoh…jadi syaratnya butuh baju kamu untuk contoh …, ” kataku mantap.
“Ah..itu mah gampang..bentar saya ambilin .bajunya” yanti langsung bergerak menuju pintu keluar.
“Eit-eit..jangan pergi Dulu..
Aku gak mau bajumu yang lain …aku mo beliin yanti baju tapi yanti harus jual baju yang yanti pakai ke saya..mumpung saya ada duit nih…baju sama celana 300rb yah…?” aku memborbardir yanti langsung ke penawaranku.
Langsung saya keluarkan uang 300rb dan taruh dihadapannya..
Begitu mo diambilnya saya memegang tangannya…”barangnya dulu baru boleh ambil duitnya” …sambil merengut yanti menarik tanggannya dari tangganku…”yah udah saya tukar baju dulu..”
“Kalo keluar dari ruangan ini uanngya mungkin sudah gak ada lho..sekarang aja dilepas…kan nanti bisa pake yang dikamar.”.ujarku tersenyum mantap..

“Buka baju disini?.ih engko nakal…bilang aja mo lihat tubuhku…dasar genit.”..yanti mengomel..tapi tidak meninggalkan aku…
“Yan..yan..yang tubuhnya lebih ok..aku bisa bayar kok yan..anggap saja ini permainan…” yanti terdiam mendengar omelanku
“Mo lihat cewe-cewe aku?”
Kataku menantang sambil memutar lcd komputer kehadapanya dan kutunjukan foto seksi nisa kepadanya. “Aku aja bayar dia semalam 500000 sudah full service 3x “kataku meyakinkan…hi..hi..padahal yang benar..1,5 juta…
“Tapi beneran yah ko..aku dibeliin baju..? ” yanti sudah melemah.
“Bener..aku beliin 3 pasang..sdh dibeliin ..baju kamu saya bayarin lagi..ayo kurang apa ?ujarku meyakinkannya.
“Yah…uda deh….”
Pelan -pelan yanti membuka kancing bajunya.. Akhirnya pemandangan yang saya tunggu datang juga ..susu kecil yang padat dan ranum terlihat dari balik bhnya meskipun kecil..tapi itu sudah cukup membuat ade kecilku yang tak terbungkus CD berdiri tegak dibalik celana pendekku ..setelah diserahkan blousenya..dia lanjutkan dengan melepaskan celana sedengkulnya…kali ini penampakan paha mulus tanpa kerutan serta lemak membuat aku ingin mengecupnya sekarang juga,..tapi sabar..yanti orangnya gak bisa dipaksa mesti disuap pake uang.
Setelah celananya terlepas..yanti langsung reflek berusaha menutupi bagian tubuhnya yang berharga dengan kedua belah tangannya…
“Ok…bagus..
Tapi ini baru buat satu pasang baju yan…” kataku mempengaruhi dia.
“Loh maksud engko..?” yanti bingung lagi.
“ini kan contoh untuk baju dan celana..kalo untuk dalaman mu pake apa contohnya?”kataku mengajaknya berpikir.
“Maksud engko..saya mesti buka bh saya juga?” yanti menunjuk BHnya.
“Iya.!” ujarku pendek sambil saya mengeluarkan 300rb lagi dari tumpukan uang itu. “Ini tambahannya buat kamu lepasin bhmu”, aku meletakkan 300rb lagi diatas tumpukan 300rb sebelumnya.
“Aduh ko…malu aku…” yanti gelisah.
“Gak usah malu..nih liat si nisa” ..aku klik foto nisa lainnya yang tanpa bra/// “nih ada yuli, sandra.dll..semua gak malu sama engko…”
Semua gambar psk simpananku kukeluarkan…untuk mempengaruhinya bahwa ini “anugrah” baginya.
“Yah..udah deh..punya saya sih kecill..kalo dibangkinkan mereka ..’akhirnya Yanti mengakui kualitasnya.
Pelan-pelan yanti melepas bra…begitu terlepas..aku sadikit termangu akan keindahan payudaranya yang kecil, kencang indah dan proporsional dengan tubuhnya…
“Punyamu ok juga yan..”.kataku memujinya ketika menerima bra dari tangaanya..”jangan lupa ambil duitnya”..secepat kilat yanti mengambil duit 600rb yang ada dimeja…
.Ketika dia menghitung aku pura menyesali tawaran..
“yan..lupa… celana dalamnya belum…lupa aku ..nih duit 200rb..copot deh..cepetan..”kataku memberi tekanan padanya.
“Ah…. gak mau ko..”.yanti langsung menutup celana dalamnya..”malu banget koh..”
“Yah ampun yan…cewe ini cuma 500rb mau kasih liat aku semuanya…”
Kutunjukkan koleksi foto memek koleksi wanitaku..”nih..liat..
Aku kan gak minta liat dalamnya paling juga keliatan bulunya doang..”.
“Ih..engko… “kata yanti kesal sambil melepas celana dalamnya…
Hmm..bulunya rupa lebat banget..masih ok lah menurutku…
Tanpa ingin membuang waktu..
“wah ini baru dua pasang..tinggal baju tidur lagi…”
Yanti yang kali ini sudah full naked hanya bengong mendengar pernyataanku…
“Ok..tenang-tenang..kamu duduk aja disofa yah…nih..ada film pilih yah …baju tidur seksi yang kamu mau..”
Ruang kerja ku juga sekaligus ruang home theater di dinding ada lcd tv 30 inch yang terkonek ke komputerku..
Langsung saja kutekan play di wm player untuk memulai sesi terakhir rencana gilaku…klip pertama berdurasi 2 menit adalah peragaan busana pakaian dalam wanita baik bra maupun lingerie..nonton klip ini yanti masih ok saja..dan aku duduk santai di kursi kerjaku memperhatikannya… klip kedua adalah kisah dua model lingerie yang lesbi..selesai pertunjukkan mereka langsung action dibelakang panggung..melihat aksi permainan wanita lesbi ini yanti mulai salah tingkah dan berulangkali merubah posisi duduknya..volume home theather kusetel 75% sehingga seluruh ruangan dipenuhi desahan dari para pemain video porno tersebut. Sebelum berlanjut ke adegan berikutnya aku berjalan mendekati pintu yang terletak antara sofa dan meja kerjaku. Perlahan-lahan kukunci pintu dan kuletAkkan kuncinya diatas meja dan kututup dengan kertas. Yanti asyik memperhatikan permainan mereka dan tidak sadar saya telah berada dibelakang sofa. Pada saat yang sama muncul adegan dua orang pria pendukung acara memergoki dua gadis lesbi tersebut tengah ber 69. .

Kedua pria tersebut berinisiatif mendekati kedua wanita tersebut dan tidak lama kemudia terlihatlah burung besar orang bule itu sedang diservis blow job oleh kedua wanita tersebut.
“Hah..gede betul .”nggak kaya punya suamiku kecil banget.teriak yanti…
“Lho..yang gede itu enak lho yan..”kataku meyakinkan.
“Eh engko sudah disini..”.yanti kaget aku sedang dibelakang sofa memperhatikannya.

Adegan demi adegan terus berganti dan diakhiri dengan posisi doggy serta muncrAtnya peju. .yanti kaget…accch nikmat banget kali ya andai bias masuk kaya gitu ,,kata yanti”
“Itu namanya mantap yan yang bisa buat kamu hamil…”
“Kok dikeluarkan disitu sayang dong?”
“Iya..kalo dikeluarkan dalam..bisa hamil..makanya diluar saja..”
Final klip adalah koleksi pribadi saya..disini yang jadi pemeran utama adalah saya sendiri dengan para wanita simpananku sebagai aktris utama.
Scene pertama si yuli yang menggunakan lingerie putih dan g string hitam meliuk-liuk diiringi musik diatas ranjang sementara aku menshooting dari kursi hotel,susu yuli yang 36b terlihat sangat tidak muat dengan lingerie yang digunakan dan membuat dia tampak sangat hot..perlahan saya pindah posisi dan akhirnya duduk disebelah yanti…yanti cuek saja tapi saya perhatikan..yanti menggigit bibirnya serta pahanya agak mengangkang…wah pasti mulai hot deh ..tidak lama adegan berganti dengan aksiku meremas-remas payudara yuli..serta meyedot dan menjilati susu yuli yang montok itu..saya lepaskan lingerienya dan saya berputar kebelakang menciuminya serta meremas-remas payudaranya dari belakang..divideo yuli terlihat menikmati banget foreplay aku..kemudian aku turun kebawah serta menciumi punggungnya dan pantat yuli..secara bersamaan kuturunkan g string yuli..serta kueluskan jari jemariku dipaha yuli dan daearah Genital..yuli melenguh kuat membuat yanti ikut mendesah…wah..berhasil sorak ku dalam hati..kena deh kamu,..
Kemudian yuli kurebahan dipinggir ranjang dan kakinya terkulai kelantai..kemudian sambil jongkok dilantai aku menjilati pahanya dari lutut hingga ke clitoris..berkali-kali. final scene adalah adeganku sedang menyedot habis klitorisnya yuli. Film sengaja ku cuT disitu dan yanti belum melihat penisku karena sepanjang film masih terbungkus rapi oleh celana dalam. Film sengaja kulanJutkan dengan rekamanku bersama nisa yang alur ceritanya juga dimulai dengan tarian erotis dengan lingerie merah yang menyala. Kali ini aku menggeserkan posisi dudukku menempel ke yanti..yanti sendiri sdh tidak konsen dengan yang difilm karena dia sibuk mengatur nafasnya yang tersenggal menahan nafsu. Ketika tanganku memegang pundaknya yanti diam saja dan membiarkan tanganku membelai rambut dan kupingnya…ketika nisa sedang asyik dijilatin punggungnya akupun melanjutkan aksi dengan menempelkan kepalaku ke pundak yanti. Begitu yanti merespon dengan menarik kepalanya kebelakang..akupun langsung menciumi lehernya..aku berbisik ditelinganya “kamu mau dijilati seperti mereka ..?” “Mau ko…tapi nanti Minta tambah yah duitnya.”..dasar pembantu matre..makiku dalam hati..
Lalu kujilati pungunggnya yanti..dan perlahan-lahan tanganku mulai meremas-remas payudara yanti..yanti mulai melenguh menahan nikmatnya.
“.ko..enak betul yah..enak banget.”.ceracau yanti mengalahkan suara nisa di tv.
Setelah puas dipunggung aku pindah ke depan serta menjilati kedua bakpao kembar..yanti bergelinjang tidak keruan..aku sengaja berlama-lama karena adekan foreplayku dengan nisa cukup lama…jadi aku gak mau mendahului yang di tv…
Setelah itu aku turun menciumi perut dan pusar yanti..yanti tambah kegelian.. Sedari tadi aku belum memperhatikan memek yanti,,dan sambil menjilat piusar..aku liat memeknya sdh terbuka lebar dan sudah becek..wah ini mah tinggal langsung tancap..tapi aku tahan dulu..
Kemudian mengikuti adegan di tv aku menjilati paha dan daerah sekitar pubis,.., aku belum menyentuh ground zero sama sekali.ketika ditv adegan berganti dengan nisa mempeloroti celanaku dan mengulum kontolku,..aku langsung mulai menyerang ground zero..pikirku yanti sudah tidak berkeberatan/kaget melihat penisku jika sedang menikmati sedotan mulutku.. Sedang asyiknya kujIlati clitoris yanti..yanti menyeracau..”ko..kontolmu gede juga..aduh..aduh,…enak ko..lagi-..lagi,..” .begitu bersuara,..langsung kukeluarkan teknik sedotan mautku yang bikin para wanita simpananku merindukannya.
“Ko enak Betul.”..yanti sepertinya sdh 85%, dan akupun mengurangi seranganku..karena aku ingin menyelesaikan dengan kontolku…
Adegan ditv sdh berganti dengan nisa yang sedang keenakkan disodok olehku dipinggir sofa dgn posisi yang mirip dengan posisi kami ...
sekarang.
Sambil merem melek yanti tidak melepaskan matanya dari tv…kemudian kulepaskan celana pendekku dan aku bersujud disamping yanti..kali ini aku mengarahkan tangan yanti memegang burungku yang sudah ngaceng berat.yanti kaget karena tidak menyangka sebesar itu..”apa bisa masuk ko? ….besar begini ?”
“masuk kemana yan?” Tanyaku purapura bego.”.kesini?”aku menunjuk memeknya. Yanti menganguk pelan.. Kudekati wajahnya kucium bibirnya aku berbisik dikupingnya..”yakin ? Kan kamu masih pengen terus ,nanti gimana? ”
“Ko..aku pengen nikmatnya..udah ko.tolong puasin aku..aku gak tahan nih…teriaknya..”
“Ok..yah…aku buat kamu nanti nikmat yah yan..”
Langsung aku turun kembalI kebawah dan menjilati kembali clitoris yanti..
Gak lama yanti sdh bergelinjang tanda bentar lagi uda mau orgasme…
Pelan-pelan kuganti dengan gosokan jemariku diklitorisnya sambil kuarahkan burungku kelubang sasaran..tanganku satunya mengambil celana pendeekku dan menaruhnyAA dibawah pantat yanti..gawat nih kalo darah perawannya banyak..setelah aman kulesakkan pelan-pelan dan yanti merintih kesakitan sambil meracau keenakkan..setelah berusaha menekan akhirnya tembus juga keperawanan yanti…yanti sedikit meneteskan airmata..aku pun tidak langsung mengocok lobang nikmat yang Baru ini..kubiarkan didalam beberapa detik. Setelah yanti sdh enjoy lg kumulai irama 3×1 ajaran guru seksku…3x masuk pendek dan sekali masuk dalam..perlahan tapi pasti yanti mulai gak kuat menahan nikmat..dia menyeracau terus..berteriak terus tusuk memekku kooo..enak..aduh..enak ko..kontolmu enak koh..oh..oh..
Tidak lama adegan di tv diakhiri oleh teriakan nikmat nisa yang gua sodok pakai doggy style…
Setelah suara tv senyap, sekarang hanya terdengar suara lenguhan nafasku dan ceracau nikmat yanti..tapi aku lupa satu hal, aku lupa pakai kondom..gimana ini….aku tawari yanti ganti posisi dan dia mau..secepat kilat aku ambil kondom dikantung celana pendekk yang sebenarnya sdh kusiapkan. Yanti menghadap tv dan menahan tubuhnya dengan memegang meja didepan sofa. dan aku sodok dengan doggy style sambil berdiri..
Kali ini yanti tetap sangat menikmati sodokanku…selelah 1 menit aku menyuruh kembali tiduran aku pengen memberi dia kepuasan seks yang akan dikenanggnya seumur hidup.
Sambil kosodok, mulutku sibuk menjilati dan menyedot putting susunya…menurut pengalamanku susu seorang wanita yg akan orgasme biasanya juga akan menjadi sangat kenjang..bener saja tidak lama kemudian yanti bergelinjang dan berteriak..ahg…enak…gak kuat..ahg…
Akupun terus menyodoknya karena juga sdh diujung tanduk…..tidak lama gantian aku yang berteriak kenikmatan….ah yanti..enak …auw..ahggg..
Aku terkulai memeluk yanti disampingku yang juga lemas berkeringatan..
Ko..aku takut hamil…tenang aman kok..aku kan tadi pakai kondom..aku kan tahu kamu lagi masa subur.. Ok?
Udah cepetan saya mandi ganti baju…nih bawa bajumu semua…
Loh kok dikembalikan? Kan duitnya uda aku keterima..iya..gak papa..saya kasih lagi kekamu , anggap saja hadiah..senyumku licik..nanti beli baju gimana ?
Yah..nanti ajak kamu ..ok?
Ok sip deh…sebelum ngeloyor pergi..tangan yanti terbuka menunggu tips tambahan dari ku..terpaksa keluarkan lagi 200rb untuknya…yanti tersenyum senang, sambil berjalan telanjang dia menghitung total incomenya yang melebihi gajinya sebulan. Dasar matre..
Buatku 1 juta gak masalah anggap saja dapat service yang memuaskan…yah hitung bagi -bagi rejeki. Karena terbiasa dengan senjata suaminya yang kecil yang merasa kaget dan senang menerima senjata ngko yang besar,hingga berkali kali yanti orgasme …menikmati gencatan-gencatan senjata majikannya itu
Secepat kurapikan kembali ruangku yang hancur berantakan…setengah jam lagi mereka datamg dan aku harus sdh mandi dan tidur sore…akhirnya yantipun ketagihan dengan tips serta sodokan majikanya itu,makanya di setiap ada kesempatan yanti langsung main hingga berkali kali sampai keduanya ambruk dalam gelora asmara serta birahi,hingga saat ini pun yanti akhirnya betah di rumah ngko,dan sewaktu waktu dia pulang kekampung untuk menengok anak dan suaminya.


Eni yang ketagihan nikmat

$
0
0


Nama saya Andi, seorang karyawan di sebuah bank terkemuka di indonesia .Saya akan menceritakan kisah saya yang terjadi pada saat saya masih 3 SMU. pada saat tinggi saya 175 cm berat 55 Kg. dan saya berotot pada saat itu karena sering angkat barbel yang 3 kiloan dan sit-up setelah bangun tidur setiap hari. ya cukup menarik perempuan saat itu sehingga saya dapat seorang wanita cantik di SMU. Tetapi saya tidak akan menceritakan saya tidur dengan pacar saya karena saya tidak pernah ngesex denganya dan tentu saja cerita hubungan pacar atau pasutri itu tidak menarik. Saya akan menceritakan tidur dengan pembantu saya,Eni, Seorang wanita desa yang Ndeso dan lugu. Dia hanya lulusan SD dan pengetahuan sexnya sangat rendah. Masa artinya perawan saja tidak tahu, dia mengira perawan itu susunya kencang dan pantatnya kencang, dan yang tidak perawan itu susuny6a kendor dan pantatnya gantung. masih ada aja yang percaya begituan di era globalisasi. Umurnya masih 19 tahun, masa keemasan. Tingginya hanya 160-an cm dan beratnya sekitar 45 kg.
Kulitnya putih dan halus seperti wanita jawa lainya. wajahnya pun bisa dibilang lumayankarena putih mulus tak berjerwat. Toketnya ukuran jumbonya itu membuat pria didesanya sering menggodanya. sayapun tertarik dengan ukuran besarnya. ukuran yang bisa dibilang kebesaran, 36B, itu adalah nomor yang saya dapatkan ketika mengobok-obok lemarinya ketika dia ke pasar. BH murahan itu kadang saya cium dan hisap aromanya. oh wanginya BH ini dan kadang-kadang saya juga mencium CD nya dan sesekali menumpahkan mani saya di celananya yang kemudian langsung saya bersihkan agar tidak ketahuan. dan kalau anda melihatnya naik sepeda ontelnya dan melewati jalan berbatu atau polisi tidur, toketnya goyang dengan indah. pria mana yang tidak ngaceng melihat pemandangan ini. dan apabila mandi, saya sering melihatanya dengan one way mirror yang saya taruh di kmar mandinya. melihat dia dengan rambut basah atau penuh busa serta melihat dia menyabuni payudaranya dan vaginanya yang dipenuhi bulu tipis yang dicukur membuat saya berfantasi tidur denganya. sesekali saya juga melihat dia menykur jembutnya atau mencukur bulu kakinya di kamar mandi juga membuat junior saya tegang. atau melihatnya menyuci mobil, oh alangkah seksinya dia ketika saya melihatnya dengan baju yang ngeplat BH dan putingnya karena basah dan tentunya saya lanjutkan dengan choli atau ngocok. Tidur denganya?, tidak saya tidak berani karena takut hamil. tetapi karena saya perkembangan teknologi yang memungkinkan tidak bisa hamil maka niat saya tidur denganya hidup lagi.
Suatu hari, Orang tuaku beserta adikku pergi ke luar kota untuk mengahadiri resepsi pernikahan. Sedangkan saya tidak ikut karena saya ada ulangan di sekolah. tetapi ibu saya ingin saya ikut dengan minta ujian susulan. tapi saya menolak dengan pelbagai alasan karena kalau ujian susulan nggak bisa nyontek. akhirnya ortuku beserta adikku meninggalkanku. Kemudian saya belajar(lebih tepatnya membuat contekan buat besok) dan langsung tidur. kemudian saya menegrjakan ulangan dengan contekan dan setelah pulang sekolah saya langsung pulang ke rumah. setelah iu saya main PS2 sampai malam bersama teman saya dan setelah selesai teman saya langsung pulang. tidak terasa sudah malam. saya meminta Paini untuk masak. “Eni…enii…” saya teriak memanggil Eni. mungin karena terlalu keras dia lari terbirit-birit dari ruang tv ke hadapan saya. pada saat lari. susunya bergoyang kemana-mana di balik baju kekecilanya otomatis membuat saya ngaceng. kemian saya langsung mengambil koran dan menutup penis saya dibalik celana pendek yang saya pakai.
“Eni, sudah masak nasi belum?”
“waduh saya lupa”
“masak nasi tuh kan lama, bisa setengah jam, gimana sih kamu?”
“Maaf mas andi, saya lupa”
“makanya dikurangin nonton sinetronya”
“sekali lagi maaf mas…”
“ya udah, gapapa kok, lauknya apa”
“terserah mas”
“kalo gitu, nugget aja yang di kulkas”
“oke mas”
“kalau gitu saya mandi dulu, nanti kalo udah selesai saya dipanggil ya”
“iya mas”
itu adalah percakapan pendek saya dengan Eni. kemudian saya mandi dengan bersih dan menggunakan baju sepak bola dan celana pendek.
“mas, makananya sudah selesai”, itu suara Eni memanggil saya. kemudian saya langsung makan. “mbak makannya sudah selesai” suaraku dengan lantang. kemudian dia datang dan membersihkan meja dan menyuci piring dan saya ke ruang keluarga dan sekilas melihat tv yang sudah hidup yang ditonton oleh nya. ternyata sebuah sinetron, ah,mengapa orang suka menonton junk ini. kemudian saya gonta ganti channel, ternyata semuanya sinetron karena lagi “prime timenya”
“mas, kok diganti sih?” katanya yang saya tidak ketahui sudah duduk dibawah
“mbak masih nonton yang tadi?, itu kan jelek”
“bagus lo mas, itu episode terakhir lo mas”
“plis mas” kata itu diulang berkali kali
“ya udah deh”
kemudian saya mengembalikan ke channel semula dan saya mengambil majalah olahraga karena saya anti-sinetron. dan kami sering bincang-bincang ringan. ya seputar kehidupan saya di sekolah dan cerita dia. kemudian beberapa menik kemudian sinetron itu di ending dan sepasang manusia berciuman yang tentunya disensor seperti hanya keliatan punggungya.
“yah, kok cuma punggungnya sih?”
“namanya juga di indonesia, nggak boleh diliatin”
“iya mas, sinetron lain juga begitu”
kemudian saya melenceng dari topik
“emang mbak nggak tau ciuman”
“nggak pernah mas, takut hamil”
“duh ini orang goblog banget ciuman kok hamil” kataku dalam hati
“mbak, ciuman itu nggak bikin hamil”
“emang mas pernah nyium mbak dina ya?” pertanyaanya malah balik ke saya. dina adalah pacar saya
“nggak pernah, dina kan solehah”, kataku. pacarku memang solehah, sayapun kalau berpacaran selalu disuruh membawa adikku. pas nembak diapun setengah mati, dia setuju, tetapi kedua orang tua juga harus setuju. itu permintaan. tapi saking cintanya. maka saya menurutinya.
“Ooooo” katanya
“masak mbak nggak pernah?”
“betulan nih nggak pernah sama mas jay”. jay adalah mantan pacarnya di desa. saya mendapatkan informasi ini dari mengorek HPnya
“nggak, saya cuma dicium pipi sama mas jay”
“oooo, mbak pijatin dong”
kemudian saya telungkup di sofa dan Eni memijat saya.
“Eni, kamu kok nggak punya pacar sih”
“nggak tau mas”
“loh, kok nggak tau sih”
“iya nih”
“padahal kamu itu cantik”, rayuan gombalku keluar
“ah mas bisa aja”
“kok kamu putus sih sama mas jay”
“dulu mas jay ngajak begituan, tapi saya malu kemudian kami putus”
“loh kok malu”
“mmmm”, dia bergumam
“jawab dong”
“saya malu buka baju”
“loh kok buka baju takut?, mbak ini aneh”
“mmmm” dia bergumam lagi, lama sekali
“mbak, jawab dong, budek ya”
“mmmm”
“oi jawab dong”, kataku kesal
“anu mas, saya mau jawab tapi jangan bilang sapa-sapa ya”, ucapanya lirih
“oke deh”
“janji ya mas”
“IYA!”, ucapan saya dengan nada menekan
“saya malu dengan susu saya”
ucapan ini membuat saya ngaceng plus rangsangan darinya merijat pada dalamku. otomatis penis saya tertekan
“aduh”
“kenapa mas?”
saya bingung haru menjawab apa
“di situ sakitnya, dipijitnya disitu terus aja”
berarti aku menambah kesakitan penisku
kemudian saya melanjutkan pembicaraan yang tadi terputus
“kenapa?”
“kata teman saya, kegedean, terus saya juga risih kalau naik sepeda sering diliat orang mas, aku isin mas”
“kataku payudaramu bagus kok”
“ah mas ini bisa aja. coba ada opersi negecilin susu”
“ada tapi harganya selangit, kamu kuat?, nanti operasi di luar negeri”
“saya nggak kuat mas kalo segitu”
“bagus kok susumu Eni, wanita2 itu pada ingin dibesarin kok kamu dikecilin” kataku memuji
“terus susu kamu bikin tambah kamu jadi sexy loo”, kataku memuji lagi
“ah mas ini”, mukanya merah tersipu malu-malu
“terus muka kamu kan cantik”, pujianku menjadi-jadi
“tapi kan aku tetep gadis desa mas, kampungan, ndeso”, katanya merendahkan diri
“kamu bisa kok jadi gadis kota, gadis yang ada di sinetron-sinetron itu”
“ah yang bener mas, gimana caranya?”, katanya
“ya dari baju sikap dll”
“baju, kayak gimana mas?”
“kalo ini kamu harus percaya diri, kamu pake tanktop atau rok mini”
“malu mas”
“udah, kamu coba dulu, saya beliin deh”
“duh, nggak enak mas”
“udah, gak papa kok”
kemudian dia ke kamarnya dan mengambil uang
“nggak papa nih mas, masak saya nyuruh majikan beliin baju”
“oh nggak papa kok, ini kan demi kamu juga, lagipula saya juga ingin keluar”
“makasih ya mas, jadi nggak enak nih”
“udah tenang saja kok”
kemudian saya keluar dengan naik sepeda motor saya dan pergi ke toko pakaian yang terkemuka. mumpung lagi sale. saya memilih tang top pink, rok jeans mini dan sebuah G-string. tapi masalahnya saya risih membawa pakaian perempuan. apalagi membawa g-string. oleh karena itu, saya mencuri pakaian daripada diketawain sama kasirnya. saya memasukan barang tsb di balik jaket saya yang seharusnya tadi dititipkan penitipan barang, tapi, karena orangnya nggak ada, saya nyelonong aja. dengan perasaan santai saya keluar dan langsung mengendarai motor ke rumah
“kemudian agar keliatan beli, saya diam-diam ke dapur dan mengambil kantong kresek yang ada logo sebuah toko baju
“ini Eni bajunya”
“waduh, makasih banget mas, saya harus ganti brapa?”
“nggak usah ganti, gratis kok”
tetapi wajah senang itu 360 derajat menjadi malu setelah melihat pakaian yang ada di dalam kantong tersebut”
“mas, nggak salah nih?”
“betul kok, kamu pasti seksi dan cantik pake itu”
“kamu mandi dulu, terus baru pake itu, biar tambah cantik”
“tapi mas, nanti paha sama belahan susu saya kelihatan lo mas”
“nggak papa kok, kan susu kamu gede terus kulit kamukan putih jadi cantik kok”
“tapi kan saya jadi malu”
“tenang, kan cuma ada saya dan kamu doang, jadi nggak usah malu”
“iya deh mas, tapi cuma semalam saja ya”
“iya, tapi nanti kamu jangan pake beha”
“loh mas, kok nggak pake beha?”
“kamu tahu nggak kalo pake beha bisa bikin kanker payudara nanti matinya cepat kayak artis yang diinfotaiment itu”, kataku menakutinya
“saya jadi takut mas”
“makanya kamu nggak usah pake beha aja terus, buang aja behamu, terus kamu pake CD yang saya beliin,”
“iya mas”
“Sabunanya yang banyak ya”
kemudian saya menunggu beberapa menit dan akhirnya keluar juga. waduh, cantik bener, terlihat Eni dengan tanktop V-neck sehinggaputingnya ngeplat dan belahan dadanya yang besar serta terlihat kakinya dan pahanya mulus yang ingin aku raba-raba. betul-betul membuat saya ngaceng sampai sakit yang kemudian menyembul dibalik celanaku, dengan cepat aku duduk dan langsung mengambil bantal yang kemudian saya taruh diatas paha
“gimana mas andi” katanya berusaha menutupi bagian dadanya
“waduh Eni kamu seksi dan cantik banget”
“makasih mas andi”
“mas jay pasti nyesel mutusin kamu kalo liat kamu kayak begini”
“ah mas andi bisa aja deh”
“kamu itu aslinya cantik dan seksi lo paini”
“mas tapi ada yang nyelip”
“nyelip?”
“iya mas”
“apaan?”
Dengan malu dia berkata” anu mas, kolor tali yang mas beliin”
“oh nggak papa kok, ayo duduk disofa”
kemudian dia duduk di hadapan saya
“gimana, enak nggak?”
“nggak enak mas, yang bawah nyelip, terus yang atas ngetat mas, nggak pake beha lagi mas, puting saya kelihatan ya mas?,saya malu sekali mas, ternyata jadi gadis kota itu susah”
“puting kamu keliatan bikin kamu jadi tambah seksi kamu kayak di film-film lo, kamu jadi model aja Eni”
“ah, mas ini bisa aja, nanti kalau Eni jadi model, nanti yang ngurus mas siapa?”
“udah Eni, nggak usah ditutup-tutupin susumu, santai aja, kan yang liat cuma aku, kalo kamu kecilin susumu, mungkin kamu nggak jadi seksi lagi lo”
“tenang, cuma saya dan aku, aku nggak gigit kok, aku jaga rahasia kita berdua”
“hihihi” akhirnya senyumnya mengembang juga
“mas, aku boleh salin ndak?”
“jangan ganti, nanti saya ajarin biar tambah seksi dan naughty”
“mas andi, kok kayak lagunya tata yang”
“nanti biar kamu seksi kaya tata young”
kemudian saya memutar VCD tata young, kemudian lagu sexy, naughty & bitchy keluar
keluarlah keluar tata young yang seksi itu
“tata young aja berani diliatin didunia malah, kok kamu dihadapan saya aja kok malu”
“tata young kan cantik, kalo saya apanya cantik”
“udah, sekarang kamu menutup mata, bayangkan kamu tata young”
“iya mas”
kemudian dia meniru gerakan tata young sambil nyanyi, meskipun englishnya kagok, tapi gerakanya sangat sensual. kedua tanganya meraba pahanya, pyudaranya dan tentu saja membuat saya ngaceng. setelah bernyanyi, Eni menjadi percaya diri, dia tidak menutupi tubuhnya lagi. tanpa saya sadari, rupanya dia terangsang, terlihat dari putingnya sudah berkembang. Saya menganggap ini kesempatan emas untuk ML denganya
“mbak, kalo udah nyanyi ayo duduk disini”
“iya mas”
Eni langsung duduk di sampingku
“mbak haus kan, saya juga haus”
“kok tau sih mas andi ini, saya ambil jus jeruk di kulkas ya”
“udah, biar saya yang ambil, mbak kan capek abis joget”
kemudian saya langsung mengambil jus jeruk dikulkas dan mengambil gelas di dapur. Kemudian diam-diam saya mengambil obat perangsang milik kedua orang tua saya di kotak obat. kemudian saya menelan 2 obat perangsang sekaligus dan 1 obat saya tumbuk menjadi bubuk dan saya masukan ke dalam jeruknya. kemudian saya langsung ke ruang keluarga, saya pun juga ngaceng terus, dan tidak saya tutupi yang mungkin bisa menambah rangsangan dia juga
“ini mbak jus jeruknya”
“slruupp” jus jeruk itu langsung diminum sampai habis
kemudian efek obat itu bekerja. terlihat paini mengipas-ipas tubuhnya dan puting susunya membengkak
kemudian kami mulai ngobrol lagi
“mbak, masa sama mas jay cuman cium pipi?”
“iya, mas”
“mbak, pengin tau nggak rasanya mulut mbak dicium? kayak disinetron?”
“mau, kayaknya enak”
“kalo saya ajarin cium mulut orang mau nggak?”
“saya takut mas”
“katanya tadi mau, kok sekarang takut sih?”
“mmmm” dia bergumam lagi
“udah, gini aja, kamu saya cium, kalo nggak enak nggak usah dilanjutin”
kemudian saya suruh menutup mata, kemuadian saya mendekatkan bibir saya dan kami saling berciuman sekitar 10 detik
“gimana mbak, enak?”
“enak ya mas”
“ini ada satu ciuman lagi tapi kamu harus juga aktif, nanti lidah kamu ke lidahmu dan lidahku ke lidahkmu
kemudian kepalaku sedikit di miringkan dan kami melakukan french kiss cukup lama sekali. kemudian bibirku berpindah kekupingnya dan kucium kupingnya dan aku julurkan lidahku ke lubang telinganya “uhh.. geli mas” kemudian saya cium lehernya yang wangi “enak mas enak lagi mas ohh..” dan kuberikan tanda merah di lehernya. kemudian saya turunkan tali tank topnya “jangan mas, malu” tetapi kuteruskan saja dan kemudian saya melihat kedua bukit kembar yang yang putingnya sudah menonjol keras, kemudian saya remas-remas kedua bukitnya “mas, pelan saja” kemudian kuturunkan temponya dan ku cubit-cubit kecil payudaranya . setelah itu saya pilin-pilin putingnya. dia mendesah menggelinjang “ohh…ahh… geli mas” sungguh indah pemandangan ini. kemudian saya emut-emut payudaranya kananya dia teriak-teriak “ohh yea yess ahhh” dan tanganya meremas payudara kiri. setelah beberapa menit saya pindah dan beberapa menit kemudian saya menjulurkan lidah saya ke pusarnya yang bersih itu dan kedua tangan saya aktif meremas kedua payudaranya. posisi ini susah karena perut paini bergoyang terus saking nikmat yang kuberikan untuknya. kemudian kedua tangan saya turun ke roknya dan pelorotkan roknya.”mas jangan mas ahh jangan mas malu ohh” pada saat ini masih sempet-sempetnya dia untuk bilang tidak. kemudian munculah G-string biru muda, warna kesukaanku kemudian kuraba, rupanya sudah basah. kemudian aku raba bibir vaginaya yang sudah merah merekah.”ahh enak” kemudian aku pelorotkan juga g stringnya sehingga sudah terlihat paini si toket gede bugil denganpayudata yang mingkin sudah bertambah besar 25% dengan puting mengeras dan vagina basah yang sudah merekah siap untuk ditidur kemudian saya menyuruh Eni untuk membuka bajuku. setelah itu dia memelorotkan celanaku sehinnga terlihatlah CD ku yang menyembul. kemudian saya berkata “Eni, kamu sudah siap ntuk melihat penis saya sayang?”, “sudah siap mas” kemudian dia melorot kan celanaku dan “toing” penis ku menyembul keluar, penis dengan jembut keriting dan penis kokoh sekitar 18 cm dengan diameter 3 cm.
“emut donk say…”
“diemut?!”
“iya diemut, dijilat”
“nggak brani ya say?”
“iya mas…”
rupanya dia rada ngeri dengan penisku, kemudian saya kk dapur dan mengambil susu kental manis dan mengambil ceres. kemudian saya oleskan susu kental manis coklat itu sampai memenuhi penis ku dan dan kuberi ceres warna-warni di penisku
“biar mbak nggak takut, ini saya beri coklat bia enak oralnya, emut sam pai habis”
“iya mas”
“jangan lupa, jangan sampe burung mas kena gigi, nanti lecet”
kemudian dia mulai menjilat penis saya, awalnya menjilat tapi kelama-lamaan mengemut “ah enak sekali paini terus ahh yess” yang lama kelamaan sampai mulutnya penuh dan saya menjambak rambutnya. hisapanya seperti orang yang sudah sering nyepong. dia menjalankan perintah. beberapa menit kemudian “croot-croot” saya melepaskan mani saya pertama dimulutnya. anehnya penis saya tidak mengkerut, mungkin ini efek dari obat tersebut.”mas kok buang pejunya di mulut mabak sih?”, “kamu tau nggak mani itu mempunyai protein yang banyak?,telan aja” kemudian dia menurut dan cairan putih kental itu dia telan sampai habis, kemudian giliran saya menjilat vaginanya. kuraba vaginanya dan kucari clitorisnya. dia mendesah “ahh enak mass lanjut mass” dan kemudian keluar juga dan kubersihkan dari mulutku
dan sekarang mungkin saatnya penis saya menerobos vaginanya. “mbak, mungkin ini rada sakit, tapi setelah itu nikmatnya keluar”, dan saya sudah bersiap memasukanya. kemudian tangan saya dipegang, “mas, nanti kalo hamil gimana mas?”,”kalo kamu hamil aku tanggung jawab”. kemudian saya berusaha memasukan penis perlahan-lahan rupanya ketika kepala penisku pengenai dinding vaginanya, “uhh, perih mas” kemudian saya memasukan penis 1 cm dan keluar lagi, kemudian saya masukan penis 2 cm dan keluar lagi dan terus-terus menerus dan akhirnya aku merasakan ada dinding “duh mas perih sekali, “udah kamu siap-siap ya say”. kemudian saya menekan dengan keras “Aaaaa…” Eni teriak dengan keras. kemudian aku mulai gerakan maju-mundur dengan posisi missionaris dan sesekali saya minta agar penis saya dijepit diantapa penisnya. “ah-ah-ah-ah” muka kesakitan paini berubah menjadi muka penuh kenikamatan
“oh oh oh lebih cepat mas” kemudian saya mempercepat gerakan penis saya “nikmat mas terus mas uhhh ahhh yes yess” desahan paini yang membuatku bersemangat. setelah itu kami berganti posisi favorit (katanya) doggy style. saya menyuruh marni membentuk seperti ****** dan kemudian saya mulai menyodok vagina Eni “ah ah mas terus mas ah ah” sedangkan saya memukul pantanya sampai merah dan setelah itu saya jambak rambutnya seperti cowgirl . tetapi rasa sakit itu sepertinya ditutupi oleh sodokan maut penis ku. dan beberapa menit kemudian paini “mass mau pipis ahh”,”udah keluarin aja”. dan kemudian dia menegluarkan cairan kental dan beberapa menit kemudian “croot…croot…” saya juga mengeluarkan cairan hangat yang kental di vaginanya. setelah itu kami french kiss dan tidur bersama di kamar tidur ortuku sambil bugil. kemudian tidak terasa sudah pagi rupanya. Eni masih tertidur pulas dan saya membanguninya.
“Mbak, bangun mbak udah jam 9 pagi mbak”
kemudian dia bangun dengan tubuh lemas ” loh, kok sudah jam 9 pagi”
“laper mbak”
“mas andi mau makan apa”
“roti selai aja deh, gimana mbak permainan semalam?, enak nggak?”
“enak banget mas, besok-besok lagi ya mas”
“iya”
“mas, tapi nanti kalo aku hamil gimana mas”
“udah tenang aja, nanti beli pil anti hamil aja”
“mas nakal deh” katanya mencubit putingku
“kamu nakal juga deh” kemudian aku mencubit payudaranya
“kamu jangan pake baju dulu yach” pintaku
“iya, tapi mas juga”
kemudian Eni pergi ke dapur dan aku pergi ke kamarku untuk mengambil CD BF pinjeman temanku untuk memberikan pendidikan macam posisi ngeseks. kemudian terdengar suara dari dapur “mas andi, selainya rasa apa?, stroberi,coklat,nanas apa kacang?”
kemudian muncul lagi pikiran ngeresku untuk menidurinya
“bawa aja semua selainya. sekalian bawa ceres sama madu sayank”
“buat apa?”
“liat aja nanti deh”
kemudian kami berkumpul lagi di ruang keluarga. saya menyetel film biru kualitas DVD. terlihat dari kover disknya dengan judul hardcore xxx yang kata teman saya katanya ngeseks di bermacam posisi dan di berbagai tempat seperti di kantor,rumah sakit, hutan, lapangan, air terjun dll dan orangya bermacam seperti chinesse,arabian,india dan lokal ,dll. sedangkan paini sudah menaruh roti dan barang yang saya inginkan. kemudian kami menonton film tersebut bersama paini sabil makan roti. wah rupanya film ini berdurasi 45 menit. Ternyata benar kata sohibku ini film ini memberi pengetahuan posisi macam-macam dan tempat settingannya keren. baru menonton adegan buka baju penis saya bengkak lagi. sedangakan paini masih santai-santai saja. para model yang digunakan betul-betul pro dan cakep-cakep dan cantik-cantik. dan saya paling suka melihat salah satu adegan 1 tante-tante girang yang luar biasa cantiknya serta tubuh yang sangat sempurna dientot 3 orang. saya juga suka melihat orang india yang mukanya seperti aiswarya rai yang toketnya ukuran jumbo, saya taksir 39c ditiduri oleh pria india perkasa. dan kemudian film itu selesai
“mas andi, minta jatah lagi dong, saya melihat Eni yang waow payudaranya betul-betul membengkak, tidak seperti kemarin. putingnya pun lebih besar. kemudian saya menumpahkan semua sirup dan selai saya oleskan ke tubuh saya dan tidak lupa untuk memberikan ceres ke tubuh saya kemudian saya menyuruh membersihkan tubuhku dengan lidah. kemudian dia menjilat tubuhku dengan ganas dan terakhir mengemut penis saya. mungkin karena kelewat nafsu yang membara. eni menngemut dengan sangat pintar dan kemampuan sedotanya kayak mesin pompa betul betul enak sekali tidak kaya kemarin. sedotanya mungkin bisa membuat penis saya panjang,”uh-ah alamak enaknya terus ah sedot trus yess ahhh uhhh” desahanku sambil menjambak rambutnya” beberapa meni kemudian saya menumpahkan mani di mulutnya dan dia langsung mengemutnya, tapi kali ini penis saya mengekrut.
“loh mas, kok ini mengkerut sih nggak kayak kemarin?”
“kan ini nggak pake obat sayang kayak kemarin”
“kalo ukuranya segini gimana masukinya dong?”
“semua laki-laki tuh kayak gini kalo abis keluarin peju, kamu harus bikin saya rangsangan biar ngaceng lagi”
“rangsangan apaan?”
“pokoknya sesuatu yang bikin aku ngaceng seperti menari bugil atau lainya”
oh kamu tiru ini aja, lebih gila juga boleh”
sebetulnya penis saya dipijit-pijit juga udah ngaceng tapiu saya mencari cara untuk mengulur waktu
kemudian aku ke kamarku mengambil DVD porno lagi yang ceritanya seorang wanita super eksibisionis membuat pria horny. kemudian aku menyetelnya untuk paini. sedangkan aku kamar tidur untuk merenggangkan otot.
setelah selesai saya melihat paini masih menonton film itu dan beberapa menit kemudian film itu selesai. kemudian paini menggunakan bajunya lagi. “loh kok pake baju lagi”,tanyaku. “buat pertunjukan, nanti juga copot lagi”. dia menyuruhku untuk duduk di sofa agar saya bisa menikmatinya. rupanya dia ingin meniru yang ada di film barusan. setelah selesai pakai baju dia bilang action maka akting nya di mulai. Dia berjalan berjalan seperti peragawati dan matanya selalu menlirik padaku dengan kedipan nakal. kemudian dia stop di depanku. kemudian dia jong kok dengan paha terbukan lebar memamerkan vaginaya karena tidak menggunakan kolornya kehadapanku kemudian berdiri lagi. kemudian dia mengambil botol air mineral dan menumpahkan di rambut bajunya seperti tidak sengaja. kemudian terlihatlah kedua putingnya yang menambah keseksianya. kemudian dia kelihatan seperti megusap bajunya. yang kemudian kedua tangan itu mengusap dadanya yang basah karena air itu. kemudian dia dia seperti ketagihan mengusap payudaranya dan memegang pyudaranya. Spontan burungku sudah berdiri tapi belum maksima. kemudian dia memilin-milin putingnya yang rupanya terangsang sendiri. dia memuntir muntir putingnya dan tentu desahanya “ah-uh ohhh” yang membuat saya horny maksimal. kemudian setelah memuntir dia kemudian dia duduk berhadapan di kursi. dia terlihat membuka pahanya yang spontan sudah membuat jatah. tapi rupanya belum berakhir. paini kemudian mengusap-usap pahanya dan mulai meraba-raba bibir vaginanya. kemudian diamulai memasukan 3 jari sekaligus ke dalam vaginanya. kemudian dia mulai mengocok jarinya di vaginaya. pertunjukan panas ini sangat mendebarkan yang dimana ini kejadian “live show” yang sangat panas. eranganya ketika memasukan jarinya “ah-uh ahhh” membuat pria manapun ngaceng. kemudian setelah berselang berapa menit, paini meng akhiri mastur basinya. cairan kental sudah ada di jarinya. kemudian saya tepuk tangan dan sebuat ciuman jdat.
“Wah rupanya Eni pinta berakting”
“ah bisa aja mas andi, saya kan cuma meniru yang ada di tv”
“karena kamu berhasil membuat saya ngaceng ayo kita bertanding”
“Eni, boleh nggak saya anal sex?”
“Anal sex, apaan tuh?”
“Anu,ngesex tapi di pantatmu”
“MMMM” Eni
“plis, munkin rada perih, tapi saya ingin coba”
“boleh mas”
kemudian paini telungkup dan saya beri bantal di pantanya serta penis saya sudah pas ke panatatnya
“saya masukin ya, sakitnya ditahan ya”
kemudian saya memasukan penis saya, setiap saya masukin, paini mendesis kesakita. saya suruh untuk masturbasi. kemuadian saya menaikan temponya. ternyata benar. dijepit pantan itu enak rupanya. “ahh….uhh….” semakin lama semakin cepat “ahh…uhhh…” eranaganku. “ahh nikmat sekali dijepit pantatmu paini !”. dan beberapa menit kemudian saya menghentikan aksi ini. saya kasihan Eni merasa kesakitan. kemudian saya suruh untuk berbalik badan. rupanya dia sudah berlinagan air mata. kemudian saya mengecup matanya.
“sudah Eni”
“loh mas kok nggak sampai puncak”
“saya kasihan sama kamu Eni”
“ah nggak papa kok mas sapai selesai, yang penting mas andi senang”
“udah nggak saya terusin analnya, sekarang gini aja, kamu diata saya dibawah, kamu pasti senang”
kemudian kita bertanding dengan posisi woman on top atau wanita diatas. dengan posisi ini saya melihat wajah paini berubah 360 derajat. “ahhhh…uhhhh…..”desahan ini selalu keluat apabila paini memasukan penisku. semakin lama desahanya semakin jadi “wow, yess ah yess”, semakin lama temponya semakin cepat. dan akhirnya
“mas, Eni mau keluar”
“mas andi juga keluar, kita keluar sama-sama yuk”
“kita hitung ya 3…”
“dua…”
“satu…”
“croot” akhirnya kami langsung lemas bersama
“ayo Eni, kita bikin penutupan”
“iya mas”
“sekarang kamu pijit-pijit penis saya biar berdiri lagi”
kemudian Eni memijit batang kemluanku dan akhirnya ngaceng lagi”
“sekarang kita bertanding di kamar mandi sambil mandi biar bersih”
“mau di kamar mandi, di dapur siapa takut!”
saya heran dengan Eni cewek kok nggak capek ngesex ya, mungkin gara-gara pengalaman pertama)
kemudian saya gotong dia ke kamar mandi dan saya setel air hangat
kemudian kami saling menyabuni dan membilas satu dengan lainya. setelah itu kami sikat gigi dengan cara unik. saya sikat gigi dengan odol yang banyak sekali. kemudian saya sikat sehinngga busanya bertumpahan. kemudian busa itu saya tranfer lewat french kiss yang lama dan saya begitu juga kumur kumur tapi airnya air bersih maksudnya air yang dari keran saya masukan ke mulut saya langsung saya beri ke paini jadi tidak saya gunakan kumur dahulu. setealah itu kita ngesex posisi standing yaitu paini saya senderkan di tembok kemudian kinya ditekuk ke atas dan saya menembus vaginanya. rupanya posisi ini membuat saya menguras banyak energi dan bikin capek tetapi tertutupi oleh kenikmatan duniawi dan setelah beberapa menit saya menegeluarkan mani terakhir saya di vaginanya dan kami saling mengeringkan badan dan memakai baju kembali
dan setelah ini Eni merapihkan rumah. Sejak peristiwa ini kami sering melakukan hubungan sumai istri apabila dirumah hanya kami berdua. dan karena sex ini mendongkrak nilai raport saya lebih bagus. dan kalau ulangan nilai saya menjadi lebih bagus dan tanpa menyontek. bahakan nilai UAN saya 100 besar sejawa timur bahkan saya bisa masuk universitas terkemuka di bandung. meskipun jauh dengan kampung halaman sesekali kami masih berhubungan badan apabila saya pulang kampung. dan apabila saya dibandung, saya selalu menyuruh Eni untuk merawat payudaranya dan meminum jamu perapet vaginanya. tetapi sayang, ketika saya sudah semester II, dia mengundurkan diri dengan alasan ingin menikah.
Setelah berselang beberapa bulan kami ketemu dengan eni di sebuah pusat perbelanjaan ,akhirnya karena rasa kangen yang tak terbendung kami langsung mencari sebuah hotel untuk menuntaskan hasrat birahi kami,akhirnya sampai detik ini pun hubunganku dengan eni lancar tanpa ada yang mengetahui rahasia kami berdua.

Eni yang lebat

$
0
0
Untuk membentuk agar bulu kemaluanku tumbuh dengan rapih, suatu hari timbul niat isengku untuk mencukur total. Kusiapkan alat-alat dahulu sebelum kumulai aksinya. Mulai dari gunting, kaca cermin, lampu duduk, dan koran bekas untuk alas agar bekas cukuran tidak berantakan kemana-mana. Kupasang cermin seukuran buku tulis tepat di depan kemaluanku untuk melihat bagian bawah yang tidak terlihat secara langsung. Tidak lupa pula kunyalakan lampu duduk di antara selangkanganku. Kumulai pelan-pelan, kugerakkan pisau cukur dari atas ke bawah.

Baru mulai aku menggoreskan pisau cukur itu, aku dengar suara langkah masuk ke kamarku, segera aku lihat bayangan di kaca buffet, tidak jelas benar, tapi aku bisa menebaknya bahwa dia adalah si Eni, teman istriku

Aku bingung juga, mau membereskan perangkat ini terlalu repot, tidak sempat. Memang aku melakukan kesalahan fatal, aku lupa mengunci pintu depan ketika kumulai kegiatan ini. Akhirnya dalam hitungan detik muncul juga wajah si Eni ke dalam kamarku. Dalam waktu yang singkat itu, aku sempat meraih celana dalamku untuk menutupi kemaluanku. Sambil meringis berbasa-basi sekenanya.
"He... he... ada apa En..?" sapaku gelagapan.
"Eh, Mas Adi lagi ngapain..?" kata Eni yang nampaknya juga sedang menyembunyikan kegugupannya.

Si Eni memang akrab dengan saya, dia sering minta bimbingan dalam hal pelajaran di sekolahnya. Khususnya pada mata pelajaran matematika yang memang menjadi kegemaranku. Eni sendiri masih sekolah di SMU. Berkata jorok memang sering kami saling lakukan tetapi hanya sebatas bicara saja. Apalagi Eni juga menanggapinya, dengan perkataan yang tidak kalah joroknya. Tapi hanya sebatas itulah.

Kembali pada adegan tadi, dimana aku tengah kehabisan akal menanggapi kehadirannya yang memergokiku sedang mencukur bulu kemaluan. Akhirnya kubuka juga kekakuan ini.
"Enggak apa-apa En, biasa... kegiatan rutin."
"Apaan sih..?"
"Eni sudah berusia 17 tahun belum..?"
"Emangnya kenapa kalau udah..?" kata Eni masih berdiri dengan canggung sambil terus menatapku dengan serius.
"Gini En, aku khan lagi nyukur ini nih, aku minta tolong kamu bantuin aku. Soalnya di bagian ini susah nyukur sendiri..." kataku sambil kuulurkan pisau cukur padanya.
"Mas Adi, ih..!" tapi ia terima juga pisau cukurnya, sambil duduk di dekatku.
Aku angkat celana yang tadi hanya kututupkan di atas kemaluanku.

"Eni tutup dulu pintunya yach Mas..?"
Dia menutup pintu depan dan pintu kamar. Sebenarnya masih ada pintu belakang yang langsung menuju ke dapur rumah induk. Namun pada jam segini aku yakin bahwa tidak ada orang di dalam. Selesai Eni menutup pintu, dia agak kaget melihat kemaluanku terbuka, sambil menutup mulutnya ia meminta agar aku menutupnya.
"Tutup itunya dong..!" katanya dengan manja.
Aku katupkan kedua pahaku, batang kemaluanku aku selipkan di antaranya, sehingga tidak terlihat dari atas, sedangkan bulunya terlihat dengan jelas.
"Nah begini khan nggak terlihat..." kataku, dan Eni nampaknya setuju juga.

Eni ragu-ragu untuk melakukannya, namun segera aku yakinkan.
"Nggak apa-apa En, kamu khan sudah 17 tahun, berarti sudah bukan anak-anak lagi, lagian khan cuman bulu, kamu juga punya khan, udah nggak apa-apa. Nanti kalau aku sakit, aku bilang deh.."
"Bukannya apa-apa, aku geli hi.. hi.." sambil cekikikan.
Dengan super hati-hati dia gerakkan juga pisau cukur mulai menghabisi bulu-bulu kemaluanku. Karena terlalu hati-hatinya maka ia harus melakukannya dengan berulang-ulang untuk satu bagian saja.

Sentuhan-sentuhan kecil tangannya di pahaku mulai menimbulkan getaran yang tidak bisa kusembunyikan. Dan ini membuat

kemaluanku

semakin tegang, tidak hanya itu, hal ini juga menyebabkan siksaan tersendiri. Dengan posisi tegang dan tercepit di antara pahaku menjadikan

kemaluanku

semakin pegal. Sampai akhirnya tidak bisa kutahan, kukendorkan jepitan kedua pahaku, sehingga dengan cepat meluncurlah sebuah tongkat panjang dan keras mengacung ke atas menyentuh tangan Eni yang masih sibuk mempermainkan pisau cukurnya.

Begitu tersentuh tangannya oleh benda kenyal panas

kemaluanku

, dia kaget dan hampir berteriak.
"Oh, apa ini Mas..? Kok dilepas..?" katanya gugup ketika menyadari bahwa batang

kemaluanku

lepas dari jepitan dan mengarah ke atas.
"Iya En. Habis nggak tahan. Nggak apa-apa deh, dihadapan cewek harus kelihatan lebih gagah gitu.."
"Mas Adi sengaja ya..?"
"Suer.., ini cuma normal."

Eni masih memperhatikan

kemaluanku

yang sudah besar dan kencang dengan wajah yang sulit digambarkan. Antara takut dan ingin tahu. Lalu dia raih kain yang ada di dekatku untuk menutupinya.
"Kenapa ditutup En..?"
"Aku takut, abis punya Mas Adi besar banget.""Emangnya Eni belum pernah melihat kemaluan laki-laki..?" tanya saya.
Eni diam saja, tapi digelengkan kepalanya dengan lemah.
"Ayo deh diteruskan," bisikku.
Kali ini Eni menjadi super hati-hati mencukurnya. Mungkin takut tersentuh

kemaluanku

. Sedangkan aku sangat ingin tersentuh olehnya. Tapi aku khawatir dia semakin takut saja. Akhirnya kubiarkan saja dia menyelesaikan tugasnya dengan caranya sendiri.

Akhirnya harapanku sebagian terkabul juga. Ketika Eni mulai mencukur bulu bagian samping kemaluanku, mau tidak mau dia harus menyingkirkan

kemaluanku

.

"Maaf ya Mas..!" dengan tangan kirinya ia mendorong

kemaluanku

yang masih tertutup kain bagian atasnya ke arah kiri, sehingga bagian kanannya agak leluasa. Untuk lebih membuka areal ini, aku rebahkan tubuhku dan kubentangkan sebelah kakiku.

Eni dengan sabar memainkan pisau cukurnya membersihkan bulu-bulu yang menempel di sekitar

kemaluanku

, nafasnya mulai memburu, dan kutebak saja bahwa dia juga sedang horny. Walaupun masih dengan ragu-ragu dia tetap memegang. celdamz.blogspot.com

kemaluanku

. Didorong ke kiri, ke kanan, ke atas dan ke bawah. Aku hanya merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tanpa kusadari kain penutup kepala kemaluanku sudah tersingkap, dan ini nampaknya dibiarkan saja oleh Eni, yang sekali-kali melirik juga ke arah kepala

kemaluanku

yang mulus dan besar itu.

Lama-kalamaan, Eni semakin terbiasa dengan benda menakjubkan itu. Dengan berani, akhirnya dia singkapkan kain yang menutup sebagian

kemaluanku

itu. Dengan terbuka begitu, maka dengan lebih leluasa dia dapat menyantap pemandangan yang jarang terjadi ini. Aku diam saja, karena aku sangat menyukainya serta bangga mendapat kesempatkan untuk mempertontonkan batang

kemaluanku

yang lumayan besar.

"Udah bersih Mas..."
Kulihat

kemaluanku

sudah pelontos, gundul. Wah, jelek juga tanpa bulu, pikirku.
"Di bawah bijinya udah belum En..?" aku pura-pura tidak tahu bahwa di daerah itu jarang ada bulu.
Lalu dengan hati-hati ia sigkapkan kedua bijiku ke atas. Uh, rasanya enak sekali.
"Udah bersih juga Mas..." ia mengulanginya.
Katanya datar saja. Menandakan bahwa hatinya sedang ada kecamuk. Aku tarik lengannya, dan dengan sengaja kusenggol payudaranya, dan kukecup keningnya.
"Terima kasih ya En..!"

Tanpa kusadari, sejak dia memberanikan diri mencukur bulu kemaluanku tadi, buah dadanya yang berukuran sedang terus menempel pada dengkulku. Begitu kukecup keningnya, dia diam saja, mematung sambil menundukkan mukanya. Lalu kuangkat dagunya dan kucium bibirnya, kupeluk sepuas-puasnya. Keremas paudaranya dan nafasnya makin memburu. Aku raih

kemaluan

nya tapi dia diam saja, kuselipnkan satu jarinya dari sela-sela celana dalamnya. Wah, ternyata sudah basah bukan main. Namun Eni segera terkejut, dan melepaskan diri dariku. Disun pipiku, dan dia segera lari ke rumah induk lewat pintu belakang.

Aku benar-benar puas, kupandangi tampang

kemaluan

gundulku yang masih tegak.
"Suatu saat nanti engkau akan mendapat bagiannya..." kataku dalam hati.

Sejak peristiwa itu, kami memang tidak pernah bertemu dua mata dalam suasana yang sepi. Selalu saja ada orang lain yang hilir mudik di kamarku. Sampai akhirnya liburan datang dan kami semua masing-masing pulang kampung untuk beberapa waktu. Liburan sekolah sudah selesai, Eni sudah datang lagi setelah berlibur ke rumah orang tuanya di Tabanan, Bali. Begitu juga aku yang datang sebelum masa kuliahku dimulai.

Waktu itu hujan deras. Eni masih berada di kamarku (suasananya sepi karena tidak ada orang sama sekali, termasuk di rumah induk) untuk minta bimbingan atas pelajarannya. Begitu selesai, Eni menyandarkan tubuhnya ke dadaku sambil berkata.
"Mas, itunya sudah tumbuh lagi belum..? Hi... hi..." sambilnya ketawa cekikikan.
"Oh, itu..? Lihat aja sendiri." sambil kupelorotkan celana pendekku sampai lepas, dan kemaluanku yang masih lunglai menggantung.
"Mas Adi ih, ngawur..." katanya.
Tapi walaupun demikian, ia santap juga pemandangan itu sambil menyibakkan sebagian T-Shirt-ku yang menutupi daerah itu. Bulu-bulu yang sudah rapih memenuhi lagi sekitar

kemaluanku

, segera terlihat dengan jelas.

"Nah, begitu khan lebih oke..." katanya.
"Aku kapok En, nggak mau nyukur plontos lagi."
"Kenapa Mas..?"
"Waktu mau numbuh. Bulunya tajam-tajam dan itu menusuk batangku."
"Habis Mas Adi sukanya macem-macem sih..!" sambil terus memandang

kemaluanku

yang masih tergantung lunglai, "Mas, kok itunya lemes sih..?"
"Iya En, sebentar juga gede, asal diusap-usap biar seneng."
"Ah Mas Adi sih senengnya enak terus."
Walaupun berkata seperti itu, mau juga Eni mulai memegang

kemaluanku

dan digerak-gerakkan ke kanan dan ke kiri. Membuat batang

kemaluanku

semakin besar, keras dan mengacung ke atas. Eni makin menyandarkan kepalanya ke dadaku. Dan langsung saja saya peluk dia, sedemikian rupa hingga payudaranya tesentuh tangan kiriku. Rupanya Eni tidak pakai BH, sehingga kekenyalan payudaranya langsung terasa olehku. Kupermainkan payudaranya, aku pencet, menjadikan Eni terdiam seribu bahasa tetapi nafasnya semakin cepat. Demikian pula Eni dengan hati-hati memainkan

kemaluanku

, masih terus dibolak-balik, ke kanan dan ke kiri.

Aku cium bibir Eni, dan dia menanggapinya dengan tidak kalah agresifnya. Barangkali inilah suatu yang ditungu-tunggu. Aku lepas blouse-nya, dan payudaranya yang masih kencang dan mulus dengan putingnya yang kecil berwarna coklat muda segera terpampang dengan jelas. Karena tidak tahan, aku langsung menciuminya. Hal ini menjadikan Eni semakin menggeliatkan tubuhnya, tandanya dia merasa nikmat. Aku ikuti dia ketika dia mambaringkan tubuhnya di tempat tidur. Aku hisap-hisap putting payudaranya, sementara rok dan celananya kupelorotkan. Eni setuju saja, hal ini ditunjukkan dengan diangkatnya pantat untuk memudahkanku melepaskan pakaian yang tersisa.

Begitu pakaian bagian bawah terlepas, segera tersembul bukit mungil di antara selangkangannya, rambutnya masih jarang, nyaris tidak kelihatan. Sekilas hanya terlihat lipatan kecil di bagian bawahnya. Pemandangan ini sungguh membuat nafsuku semakin memuncak. Begitu kuraba bagian itu, terasa lembut. Makin dalam lagi barulah terasa bahwa dia sudah banyak berair. Eni masih merem-melek, tangannya tidak mau lepas dari

kemaluanku

. Begitu pula ketika kulepas pakaianku. Tangan Eni tidak mau lepas dari alat vitalku yang semakin keras saja.

Begitu aku sudah dalam keadaan bugil, aku kembali mempermainkan

kemaluan

nya, ketika jari tengahku mau memasuki vaginanya yang sudah banjir itu. Pinggulnya digoyangkannya tanda mengelak, aku hampir putus asa


Eni yang bergelora

$
0
0


Perkenalkan nama gw Boby, saat ini gw bekerja di salah satu perusahaan jasa layanan internet sebagai marketing. Tampang gw biasa biasa aja, tapi kalau ditanya masalah pengalaman sex, gw lumayan banyak.

Salah satunya Mbak Eny. Kejadian ini waktu gw masih ngekost di bilangan tebet.
Mbak Eny adalah tetangga kost gw. Janda anak 1 bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit swasta. Tinggi 165 ukuran dada lumayan gede, kulit putih wajah keibuan.
Kisah sex gw dengan mbak Eny dimulai ketika gw pulang dari kantor kemaleman gara gara temen kantor gw ulang taun. Rute kantor ke tempat kost gw melewati rumah sakit tempat mbak eny bekerja. Kondisi malam itu sangat dingin karena habis hujan lebat membuat aku malas kebut kebutan. Persi didepan halte aku melihat Mbak eny sedang duduk sendiri menunggu angkot. Tampa pikir panjang aku menghampiri dia
“Mbak Eny, baru pulang” sapaku membuyarkan lamunannya
“Eh dek boby, iya nich mbak lupa bawa payung, jadi nunggu hujan reda”
“ya udah Mbak bareng aku aja”
“emang gak ada yang marah nich?” tanya mbak eny
“gak ada, udh ayok ntar diperkosa orang loh” kataku menakut nakuti
“eh iya deh” dengan gugup mbak eny lasung naik ke motorku.
Diperjalanan mbak eny memeluk erak banget, entah karena dingin atau karena takut. Buah dadanya yang kenyal terasa banget dipunggungku. “makasih ya bob, udh diboncengin” kata mbak eny Sesampenya ditempat kost
“iya mbak, lagian aku juga seneng kok dijalan ada temennya, jadi gak ngantuk”
kami kemudian masuk kekamar masing masing. Oh iya untuk informasi, tempat kost kami termaksud paling bagus, dengan kamar mandi dan dapur berada di dalam. Aku pun langsung menuju kamar mandi untuk mandi. Dan ternyata mbak eni yg kebetulan kamarnya bersebelahan dengan kamarku juga sedang mandi. Hal ini membuat aku gak konsen mandi gara gara ngebayangin tubuh Mbak eny tampa busana.
Selesai mandi akupun mencoba untuk tidur. Karena ngebayangin tubuh Mbak eny membuat aku gak bisa tidur, kuputuskan kewarung depan untuk beli rokok kesukaanku. Setelah membeli rokok akupun kembali kemarku melewati kamar Mbak Eny. Karena iseng akupun nyoba mengintip dari lubang kunci. Ternyata mbak eny sudah tertidur dengan menggunakan kaost dan celana dalam aja. Pemandangan yang sungguh membuat kontolku berdiri. Karena Keasikan tampa sadar aku menyenggol pintu yang ternyata tidak dikunci. Akupun nekat masuk diam diam agar Mbak Eny gak bangun.
Secara perlahan aku dekati Mbak eny yang tertidur pulas, kemudian tanganku pun meraba dada yang masih terbungkus kaost, ternyata Mbak Eny tidak menggunakan BH. Tangan kananku pun menuju ke vagina Mbak any. Rabaan tanganku ternyata direspon dengan desahan, mungkin apa yang aku lakukan membuat dia bermimpi. Tak lama aku merasakan pinggangnya ikut berputar dan aku melihat pahanya terbuka semakin lebar. Kemudia akupun pindah ke bawah kaki Mbak Eny. CDnya kusingkap sehingga bisa kuliat jelas belahan daging montok. Tampa buang buang waktu akupun segera menjilat dan mencium vagina Mbak Eny. Ternya Mbak Eny sangat merawat vaginanya dengan baik. Wanginya membuatku semakin nafsu. Kurang lebih 15 menit aku melakukan itu. Tiba tiba tubuh Mbak Eny mengejang dan vaginanya menyemburkan Cairan hangat, karena posisiku masih menjilati vaginanya, gak heran kalau cairan itu ada yang tertelan olehku.
Setelah cairan itu mereda, akupun bangkit. Aku melihat Mbak Eny Masih tertidur dengan nafsa sedikit agak cepat. Akupun segera membuka semua bajuku sampai telanjang bulat. Kontol ku yang panjangnya 17 cm pun sudah tegak berdiri, kemudian kuarahkan ke lubang kenikmatan Mbak Eny dan…. slep…. Kepalanya masuk dengan mudah karena lubangnya masih basah dengan cairan kenikmatan Mbak Eny. Aku merasakan kepala kontolku seperti disedot. Lobangnya ternyata masih sempit, mungkin karena sudah lama gak dimasukin.
Pada saat itu mbak eny terbangun karena kaget tubuhnya dimasukin benda asing. Dan akupun reflex melumat bibirnya yang seksi.
Tapi Mbak eny berusaha untuk berontak. Akupun berusaha keras membungkam mulutnya dengan mulutku sambil memaju mundurkan kontolku secara perlahan lahan dan semakin lama semakin dalam.
Belum sepenuhnya tongkat ajaibku masuk, kepala kontolkupun serasa membentur sesuatu. Perlawanan mbak eny semakin lama semakin melemah, dan mulai membalas ciumanku. Lidah kamipun saling beradu, saling sedot, dan gerakan pinggulku semakin cepat mengaduk aduk vagina Mbak Eny.
15 menit berlalu, tiba tiba mbak Eny memeluku tubuhku kencang sekali, mukanta dibenamkan dipundakku, pinggulnya dinaikan keatas dan kakinya melingkar di pinggulku, memberiku sensasi luar bias ketika dada montoknya menempet keras didadaku dan ujung kontolku mengenai dinding rahimnya ditambah semburan hangat dari vaginanya.
perlahan lahan nafas mbak eny mulai teratur dan tubuhnya mulai melemas lagi. Dengan posisi kontolku masih tebenam di lubangnya, akupun meminta maaf
“Maaf ya mbak, tadi aku gak sengaja liat pintu mbak terbuka, jadi aku melihat Mbak tidur dengan pakain minim membuat aku jadi nafsu”
Mbak Eny hanya terdiam beberapa saat. Kemudian dia berbisik “Boby jangan dikeluari didalam yach, aku baru selesai haid, aku gak mau hamil tampa suami” mendengar ini akupun mencium bibirnya secara lembut, dan mbak eny membalas dengan mesra. Kemudiaan aku mulai memaju mundurkan pinggangku sehingga kontolkupun mulai keluar masuk dilubang kenikmatan mbak eny. kemudian mbak eny memintaku berhenti dan menyabut kontolku dari vaginanya. sebenernya aku merasa keberatan, tapi aku hanya bisa menurutin kemauannya.
kemudian mbak eny turun dari ranjang dan berjalan ke meja riasnya untuk mengambil sesuatu yang ternyala handbody.
“bob, kamu tuang dikit di dubur aku ya, aku pingin di anal”
akupun terkejut, dan sekali lagi aku hanya bisa mengikuti kemauannya. Setelah mbak eny berpose nunggi, akupun segera melakukan apa yang dia perinyahkan. Kemudian kontolku yang masih tegang ku arahkan ke dubur mbak eny. Kalau kata Pak Bonda “Makyos”, sesansi yang luar biasa gw rasa kontol gw seperti disedot kencengen banget. Semakin lama sedotannya makin kuat. Membuat gerakan kontolkumakin cepet.
“Mbak, Boby udah gak tahan….!!!!”
“ehm ke…luar…in…di…da..lam…aja..bob”
dan sedetik kemudian pertahannanku jebol, bebarengan dengan suara erangan Mbak Eny, ternyata dia juga mencapai klimaks untuk yang sekian kalinya.
“Mbak, makasih ya…!!!”
“lain kali kalau lagi pingin bilangdong bob, jangan kayak tadi”
‘iya mbak”
setelah berciuman akupun kembali kekamar kostku, hari-hari kemudian kamipun masih sering ngelakuin kegiatan sex kami kalau suasana dinilai kondusif.

Eni berwisata sex di bali

$
0
0
Perkenalkan dulu namaku Tony pegawai Bank swasta di kota Malang. aku mengikuti tour jasa wisata umum di kotaku untuk menuju ke pulau Bali. Bis direncanakan berangkat pukul 17.00 dari tempat jasa wisata tersebut. Peserta berkumpul dan mulai masuk bis yang disediakan dengan nomor kursi yang telah ditetapkan. Peserta kebanyakan kaum muda yang sedang lelah bekerja dan ingin santai menikmati suasana lain di luar kantor.

“Permisi, di sini tempat duduk Nomor 6B?”, tanyaku pada seorang wanita yang duduk di sebelah jendela dengan kaca mata hitam yang tetap terpasang di matanya.
“Oh iya benar, mari silakan”, jawabnya seraya melepas kacamata serta mengemasi barang-barangnya yang menempati tempat dudukku.

Aku taksir, dia berusia sekitar 26 tahun dengan tinggi badan berkisar 165, cukup tinggi tentunya, rambut hitam pekat, kulit putih mulus serta memakai baju yang cukup ketat dengan kancing terbuka sebiji dan warna kontras dengan kulitnya yang putih, alis matanya cukup tebal dan.., ukuran dadanya kuperkirakan 34 dengan cup B seolah akan menyembul keluar, aku menarik nafas dalam-dalam. Aku duduk dengan sedikit basa-basi menanyakan sudah berapa kali dia mengikuti acara seperti ini, dia jawab sering tetapi melalui biro jasa ini masih sekali.

Bis berjalan perlahan meninggalkan kota Malang, kami masih asyik berbincang sambil sesekali aku melirik bagian dada yang cukup menantang tersebut, kubayangkan seandainya dada tersebut dapat kuraih, ahh.., Gaya bicaranya yang lugas dan tanpa ditutup-tutupi membuatku betah untuk terus bercakap mulai masalah ringan sampai masalah yang spesifik. Dia bernama Eni.

“En.., Sorry ya kamu udah married ya”, tanyaku seenaknya.
“Lho kog nanyanya ke situ, emangnya kenapa sih Mas Ton”, rengeknya manja.
“Terus kalo aku udah merried kenapa dan kalo belum kenapa kog serius banget sih”, sambungnya sambil tersenyum.
“Eh nggak kog cuman nanya aja biar aku tahu siapa kamu, ntar kalo kita akrab aku takut ada yang marah”, jawabku pura-pura bingung.
“Aku cerita ya, nanti ganti kamu ya”, aku cuma mengangguk mendengarkan.
“Aku kawin muda 18 tahun karena kecelakaan Ton, dan setelah anakku lahir suamiku tidak bertanggung jawab terhadap keluarga, akhirnya aku bercerai dan melanjutkan kuliah sampai selesai dan berusaha sendiri dengan modal yang diberikan orang tuaku, aku bergerak dibidang percetakan, anakku berusia 7 tahun tinggal bersama orang tuaku hanya sesekali saja aku menjenguknya jika rindu, ah.., udah ah jangan diterusin, aku ke sini ini bukan untuk bagi cerita lho, aku pengin santai abis kerja gitu aja.., nah akupun juga demikian nggak pengin tahu kamu lebih jauh yang pentingsaat ini kita satu bis bersama kan”, jawabnya lugas.
“Iya deh sorry aku nggak nanya lagi”, sambil kutoleh wajahnya dan tak lupa kucuri pandang ke arah dada yang montok itu.

Malam semakin larut aku semakin akrab saja sama Eni, kusodorkan jaketku melihat dia merasa kedinginan karena AC di bis cukup kencang, sedangkan dia memakai pakaian yang cukup minim. Dia menerima dan menutupkan pada bagian depan dadanya. Eni kelihatan mulai mengantuk. Tanpa terasa Eni mulai terlelap dan bersandar di bahuku. Terasa hangat, dengan sedikit keberanian kujulurkan tanganku untuk memeluknya, aku beruntung karena dia tidak menghindariku bahkan semakin menempatkan diri dalam rengkuhanku.

Bis sudah memasuki kota Situbondo dan Eni semakin terlelap dalam tidurnya. Sebagai lelaki normal melihat hal seperti ini timbul rasa isengku setelah menyadari bahwa benda lunak di dada Eni menempel pada kulitku, lunak dan lembut apalagi pada waktu bis melewati jalan berliku dan bergelombang gesekan dadanya semakin kuat terasa, aku mulai merasakan ada yang bergerak di dalam celanaku, semakin keras dan keras.

Lampu bis dipadamkan dan kulihat bangku disebelah kiriku sudah terlelap juga. Aku mulai mengadakan kegiatan gerilya, dengan perlahan namun pasti kujulurkan tangan kananku yang sedang memeluk ke arah bawah ketiaknya, kusentuh dengan lembut gumpalan daging yang sejak tadi kuincar. Ah.., kenyal dan lembut, Eni menggeliat namun tetap diam, aksiku makin berani melihat kondisi ini, kusingkap perlahan kaosnya dari bawah melalui pinggangnya yang ramping, dengan berani kuraih payudaranya sebelah kanan dengan menyingkap BH-nya, kurasakan ujung payudaranya mengeras, kuusap lembut dan semakin mengeras, dia menggeliat terbangun sedikit mengerang dan berbisik, “Mas.., kamu nakal.., Jangan ah”, pintanya tanpa berusaha melarang lebih lanjut. Kenakalanku semakin menjadi, kucium wajahnya sekilas dia malu dan merunduk, menempelkan wajahnya di dadaku dan merunduk, kulanjutkan usahaku mengusap terus payudaranya yang kenyal.

Batang kemaluanku semakin mengeras tampaknya dan dia mengetahui, perlahan dia sentuhkan tangannya ke kemaluanku dan dia menatapku. “Aku.., Aku..”, belum sempat dia bicara, kusorongkan bibirku dan disahutnya dengan mesra. Kulihat sekelilingku masih tetap terlelap dan aku terus meremas payudaranya sambil mempermainkan puting susunya yang semakin mengeras tersebut. Aku semakin menjadi dan merasa aman saja karena bagian dada Eni tertutup dengan jaket hangatku, dan tangan Eni juga tidak diam dengan cekatan dan terampil tanpa komando dielusnya penisku dari luar yang semakin mengeras itu dan aku semakin tak tahan karena geli.

Waktu menunjukkan pukul 04.00 sat bis memasuki hotel di Bali, sesuai dengan kamar yang dipersiapkan aku bersebehan dengan kamar Eni, kubantu dia menurunkan barang-barangnya untuk dimasukkan dalam kamarnya.

Pada pengangkatan barang yang terakhir dipersilakannya aku duduk dulu, tapi aku sudah tidak sabar lagi, pintu kututup dan kuraih pinggang rampingnya, kusorongkan bibirku dan diraihnya dengan ganas. Aku dan dia saling melumat, tanganku mulai bergerak menangkap gumpalan di dadanya, sambil berjalan kududukkan dia di spring bed sambil kupeluk dan kuraba punggungnya, kini sampailah pada pengait BH, kutarik pengaitnya dan lepas, aku semakin bebas memegang buah dadanya dan dia menggeliat liar sambil mendesis, kancing T-shirt yang dikenakan kutarik sampai lepas dan dengan segera kulepas T-shirtnya. Aku terkagum, kulihat pemandangan yang sungguh menakjubkan gadis berbody bagus dengan dada terbuka tergolek indah, seperti gunung kecil yang mencuat dengan puncak coklat kemerahan manantang, kulit putih mulus dengan memakai celana panjang dia terpejam, mulutku mulai menyusuri wajah turun ke leher dan akhirnya menancap pada ujung payudaranya.., Kuhisap.., terus sambil tak henti-hentinya tanganku meraba pada bagian lain.
“Oh.., Mas.., Maass”, erangnya.

Tanganku mulai turun ke bawah, kubuka kancing celananya dan perlahan kumasukkan tanganku pada bagian lunak berbulu lebat dan mulai basah. Kuusap dengan lembut, dia tidak menolak bahkan memegang tanganku untuk lebih lama tinggal di tempat basah tersebut. Kumasukkan perlahan jari tanganku.., basah dan semakin basah, dia semakin liar bergerak dan kulihat wajahnya memerah. Tanganku berhenti pada benda kecil yang ada diantara bukit berbulu tersebut, dengan lincahnya kuputar-putar benda kecil yang bernama clitoris dan kudapatkan vaginanya semakin berair.

” Aku nggak tahan Mas.., ah.., aahh”, dipeluknya aku erat-erat dan mulutku masih tetap menghisap ujung buah dadanya. Dengan gerak gemulai dia menurunkan seluruh kain yang menempel di tubuhnya, kini semuanya nyata, gadis dengan kulit mulus tanpa cela tergolek mesra di ranjang. Dengan ada bagian hitam legam penuh bulu menarik sekali nampaknya.

Ditariknya dengan keras tanganku untuk menjauh dari kemaluannya, dan dengan tiba-tiba dia terbangun, didorongnya perlahan tubuhku sampai telentang dan dia mulai merabaku dengan ganas, ditariknya kancing bajuku, celanaku, semuanya terlepas tinggal celana dalamku saja, kami tersenyum dan dengan perlahan Eni mulai melakukan aksinya, dihisapnya dadaku dan dikecupnya perlahan, dia meraba celana dalamku dari luar pelan dan terasa nikmat, tangannya yang lentik mulai merambah ke dalam celana dalamku dan “Breet”, ditariknya keluar batang kemaluanku yang sudah tegak berdiri. “Woow”, serunya berdesah, “Belum pernah aku melihat benda yang seperti ini”.
Kulirik kemaluaku dengan ujung yang membonggol memerah dan berdenyut keras.
“Ini punya manusia apa kuda?”, tanyanya manja.
“Punya manusia dengan ukuran kuda”, jawabku terpejam dan pada saat itu pula kulihat ujung kemaluanku sudah masuk dalam mulut Eni. Memang kabarnya sih (nggak GR lho, pada waktu luang aku mencoba mengukur kemaluanku ternyata memiliki panjang 17,5 cm dan lingkarnya cukup segenggaman tangan normal) disedotnya kemaluanku sampai pipinya kelihatan cekung. Mataku terpejam merasakan nikmatnya sedotan Eni. Tanganku meremas rambutnya sambil sesekali kutarik rambutnya. Tidak berhenti sampai di situ saja biji kemaluanku tidak luput dari keganasan mulut Eni, terasa bergerinjal dan licin.

Aku mengerang dan Eni semakin gila memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya yang mungil dengan cepat keluar masuk sampai terlihat otot kemaluanku semakin memerah dan tanganku juga tidak mau diam dengan meraih kemaluan Eni, kukucek dengan jemariku memelintir clitorisnya. Dia mulai memuncak, dipegangnya gagang kemaluanku dan ditutunnya ke dalam liang vaginanya, dia mendudukiku.

” Sekarang ya Maass aku nggak kuat.., hoo”, erangnya.
Aku diam saja dan, “Brreess”, ditekannya kuat-kuat vaginanya menutupi kemaluanku. Aku geli bukan kepalang, tapi kulirik masih kepala kemaluanku saja yang tenggelam dalam vaginanya, digoyangnya lagi vaginanya perlahan, centi demi centi kemaluanku amblas dilahap vaginanya. Dia menjerit dan mengerang begitu merasakan vaginanya penuh dengan kemaluanku, sesak rasanya kemaluanku tidak dapat bergerak di dalam vaginanya.

Kami diam sejenak, aku rasakan kemaluanku seperti dipijat-pijat dan berdenyut, “aahh”, erangku. Eni mulai bergerak maju mundur dan naik turun. Semakin lama semakin cepat disertai erangan manja yang membuat aku semakin terangsang. Kupegang pinggangnya untuk membantu lancarnya gerak kemaluanku mengucek kemaluannya. Dan, “Ooohh.., dengan kuat sekali dia memelukku dengan kaku sambil berteriak histeris.
“Ampuun aku nggak kuat mau keluar Ton”, erangnya. Kurasakan semakin licin kemaluanku mengocek kemaluannya. Dipeluknya aku erat-erat dan kurasakan adanya kuku yang menancap di punggungku.

“Jangan gerak dulu Ton aku nggaak kuat..”, pintanya.
Kudiamkan kemaluanku tetap bersembunyi di vaginanya. Tidak lama kemudian dia lemas dan telentang, kulihat kemaluanku masih tegak berdiri dan siap menghunjam. Kuambil handuk dan kuusapkan pada vaginanya yang basah. Setelah kering kucoba memberikan rangsangan dengan membiarkan mulutku menjilatinya. Dan ajaib, Eni mulai terangsang lagi, Eni menggeliat begitu lidahku mempermainkan clitorisnya, kugigit kecil dan kudengarkan suara teriakannya semakin menjadi.

Disorongkan pantatnya dan hidungku ambles ke lubangnya, tercium bau segar vaginanya dan batang kemlauanku semakin keras memerah. Aku berdiri dengan memegang batang kemaluanku, kusibak rambut di seputar kemaluan Eni dan kugesek-gesekkan kepala kemaluanku menyodok clitorisnya, dia semakin menggila. Kutuntun pelan-pelan dan tidak seperti pertama tadi, batang kemaluanku lebih mudah menerobos vagina Eni yang sudah mulai membanjir itu.

Dengan lancar mulai kugerakkan keluar masuk ke vaginanya, Eni menggoyangkan pantatnya mengimbangi permainanku sembari tangannya menggapai punggungku dan sesekali desisan suaranya menambah rangsanganku.
“Teruus.., Toon,.. aahh”.
“Yaahh.
“Ahh.

cerita panas, 17 tahun, cerita seks, cerita sex, cerita dewasa, Cerita dewasa 17 tahun, cerita mesum,


Semakin lama semakin kurasakan mudah menggoyang kemaluanku dan terasa berkecipak suara beradunya vagina Eni dan kemaluanku. Kepalaku mulai hangat dan kemaluanku mulai meregang.
“Enn.., aahh.
“Apa Ton.
“Aku nggak kuat En.., Mau keluar.
“Aku sudah tiga kali Ton.., Tapi sebentar Ton.

Tiba-tiba ditariknya batang kemaluanku dan dikocok sambil mulutnya menghisap ujung kemaluanku, dengan rakusnya ditarik dan dimasukkan secara cepat kemaluanku pada mulutnya yang mungil dan tak henti-hentinya dia berguman, aku semakin geli dan geli, “aahh”, sesaat kemudian, “Srreett”, kurasakan ada sesuatu zat yang keluar dari kemaluanku dan tidak disia-siakan oleh mulut Eni, dihisap dan hisap terus, tak terasa mulut Eni penuh dengan tumpahan air maniku bahkan ada beberapa yang sampai ke pipinya. Dia tersenyum, dibersihkannya kemaluanku dengan mulutnya sambil terus diciumi tanpa henti dan pecah rasanya kepalaku menahan geli yang tidak terkira.

Aku tergeletak tak berdaya dengan keringat mengucur dari setiap centi tubuhku. Dipeluk, dikecupnya tubuhku oleh Eni. Dipegangnya kemaluanku yang mulai mengecil dan diciumnya kembali.
“Aahh.., sudah dulu ah.., aku masih payah”, pintaku manja.
“Enggak kog aku cuma membersiin yang tadi saja, ini masih ada sisanya kog”, sambil terus melumat kemaluanku dan menghisapnya hingga bersih.
“Terima kasih ya Ton.., kamu hebat”.
Kuusap rambut dan tubuhnya yang polos, “Ah.., sama saja, aku belum pernah merasakan hal yang heboh seperti ini”.

Paginya rombongan melanjutkan perjalanan ke obyek wisata dan aku tidak lepas-lepas mengamit lengan Eni dan dia bergelayut dengan manja.

Sepulang dari wisata Bali petualangan seks-ku dengan Eni terus berlanjut sampai Eni melangsungkan pernikahan. Sejak menikah kami tidak pernah lagi bertemu, karena Eni sekarang tidak lagi ada di kotaku.


Eni di entot temen suami

$
0
0
Harapanku untuk menjadi istri yang baik dan setia pupuslah sudah. Semua ini akibat aku tak mampu untuk menangkis rayuan dan pujian dari teman suamiku yang bernama Andre (38 tahun). Namaku Eny (36 tahun) adalah seorang Ibu rumah tangga biasa. Aku sudah 15 tahun menikah dengan Mas Haris (40 tahun) namun belum memiliki momongan. Perkenalanku dengan Andre sebenarnya melalui suamiku. Dia memang memiliki usaha toko yang menjual pulsa dan HP dan pada saat itu dia mencari karyawan untuk menjaga tokonya yang kebetulan letaknya tidak jauh dari rumah kontrakanku. Karena dia kenal dengan suamiku dia meminta bantuan dicarikan karyawan yang rumahnya dekat dengan toko. Singkat cerita suamiku menawariku untuk kerja disana, karena memang sejak menikah aku menanggur karena ikut merantau bersama suami di Bandung. Aku langsung menerima tawaran itu dan akhirnya mulai kenal dengan Andre. Sejak pertama kerja aku mulai akrab dengan Andre, aku merasa dia sangat enak untuk di ajak ngobrol dan sangat perhatian sehingga aku sering menceritakan setiap masalah yang aku hadapi kepada dia. Entah mengapa setiap jawaban dan sarannya selalu membuatku merasa nyaman dan tenang dalam menghadapi masalah. Bukan hanya itu saja, dia sering membuat hatiku merasa tersanjung dengan memuji kecantikanku, saat itu aku tak sadar telah melakukan kekeliruan sehingga lama- lama aku dan dia merasa tak canggung untuk saling memanggil Sayang. Setiap menjelang tidur dan bangun pagi dia tak pernah lupa sms sayang dan kata-kata rayuan untukku. Disinilah perselingkuhanku dimulai, api asmara yang awalnya kecil kini telah membesar dan mulai membakar diriku. Aku seperti terbius oleh candu asmara dari Andre sehingga aku tak mampu menolak setiap kali Andre memeluk dan menciumku sebelum pulang kerja. Sejak saat itu perilaku Dia semakin lama semakin berani, bila kondisi toko sepi dia sering mengajakku bercumbu di dalam toko, karena di sudut ruang dalamnya memang yang di skat untuk meletakkan meja kasir dan tempat servis HP sehingga orang di luar tidak bisa melihat aksi kami. Di dalam ruang yang berukuran 1 x2 meter inilah "noda" mulai membaluri tubuhku. Aku yang tengah dimabuk asmara hanya pasrah saja Ketika Andre menyingkap rok yang ku pakai dan memainkan jari-jarinya di selangkanganku, sementara itu bagian atas tubuhku yang sudah terbuka penutupnya menjadi sasaran empuk bibir Andre yang nakal. Payudaraku yang montok terus di sedot- sedot olehnya bibirnya dan birahikupun semakin bergelora, aku semakin tak mampu mengendalikan diri dan hanya bisa pasrah dengan cumbuan Andre hingga tanpa kusadari dia sudah melucuti celananya. Saat tengah asik mendesah aku merasakan ada benda tumpul menggosok-gosok belahan pantatku dan saat kulihat ternyata Kontol andre yang besar dan panjang telah berdiri tegak siap menerobos memekku yang basah karena terangsang. Andre kemudian memelukku dengan erat lalu berbisik di telingaku, "yang... aku sudah nggak tahan nih.. ... di masukin aja ya kontolku...." aku pun mempersilahkannya, "terserah kamu yang.... aku juga sudah horny....." lalu Blesss Clep.... Kontol Andre berhasil menerobos memekku, dalam posisi nungging dan berpegangan pada meja komputer aku hanya bisa mendesah menikmati setiap goyangan Andre. Ahhh... ahh.. ouh... ohh.. ohh.. desahan kami saling bersautan sampai akhirnya kami sama-sama puas. Sejak peristiwa itu aku dan Andre semakin mesra dan kami hampir tiap hari ngentot di dalam toko bahkan terkadang hingga dua kali kami melakukannya. Walaupun aku tahu itu salah dan berdosa tetapi setiap Andre mengajak ngentot aku tak bisa menolak. Semakin lama aku semakin gila dalam birahi, karena bukan hanya di toko aku berselingkuh. Kami juga melakukannya di rumah kontrakanku ketika suamiku sedang mandi. waktu itu memang toko libur tiga hari karena ada acara pernikahan di rumah sebelahnya. Tentunya selama tiga hari itu Andre tidak bisa ngentoti aku sehingga dia jadi kelimpungan, akhirnya di hari ketiga dia nekat datang kerumahku sekitar jam 4 sore. Saat itu aku dan suami sedang asik nonton TV sehingga Andre tak bisa berbuat apa-apa dan kami hanya bisa ngobrol sana-sini tidak jelas. Namun kesempatan itu akhirnya datang 1 jam kemudian ketika suamiku berpamitan untuk pergi mandi. Setelah suamiku masuk kamar mandi Andre langsung merengkuh tubuhku dari belakang, " yang... aku sudah kangen banget sama kamu, tiga hari nggak ngentoti kamu seperti setahun nggak makan...." aku langsung menghindar " yang kamu jangan gila.... ini kan di rumahku, apalagi suamiku ada di balik pintu itu kalo dia tahu gimana..... bisa bahaya..." Andre langsung melepaskan tangannya dan berdri di depanku. " yang aku tahu cara yang aman...." Dia kemudian memintaku berdiri dan mengajakku ke dekat sumur yang bersebelahan dengan kamar mandi. "kamu mau ngapain ngajak kesini""udah diam aja... sekarang naikkan rok kamu keatas" sungguh edan ternyata Andre mau ngentoti aku di pinggir sumur bersebelahan dengan kamar mandi yang sedang dipakai suamiku. "yang ini cuma sebentar aja kok, suamimu ngak akan tahu kalau kita disini karena dia di balik tembok ini, selain itu kita bisa tau kalo suamimu sudah selesai mandi karena kita bisa dengar suaranya. Akhirnya aku menurut saja, dan langsung kusingkap rokku ke atas dan kupelorotkan CDku ke bawah. Andre juga membuka celananya dan dipelorotkan kebawah. Dengan posisi nungging di samping sumur aku dientoti oleh Andre. Dia sangat bernafsu dan langsung menancapkan kontolnya. Dengan bersemangat Andre menggoyangkan kontolnya maju mundur, Slepp... sleppp.... slepp, rasanya sangat nikmat. Sambil bergoyang tangan Andre juga tak henti-hentinya meremas toketku yang berukuran 34. Kami terus berpacu dengan waktu agar cepat mencapai orgasme dan akhirnya kami sama- sama puas, Sperma menyembur kuat membanjiri memekku, karena jumlahnya sangat banyak samapai ada yang keluar mengalir diantara jembutku dan buah pelor Andre. Setelah semua selesai kami langsung membersihkan kemaluan dan kembali merapikan pakaian lalu kembali menonton TV agar suamiku tidak curiga. Sesaat kemudian suamiku selesai mandi, dan kami bertingkah seperti tidak ada masalah sehingga suamiku tidak tau kalo kami baru saja ngentot disamping dia. Sejak saat itu kami menjalani hubungan gelap dalam perselingkuhan. Dalam menjalani ini semua kami sangat hati-hati sehingga aman- aman saja, dan terus berlanjut hingga sekarang

Eni yang membara

$
0
0


Kenalkan namaku Jon (nama samaran) usia 30th dari jogja,mempunyai hubungan asmara dan tentunya sex selama hampir 4 tahun dengan mbak eni. Mbak eni ini adalah tetangaku istri seorang pengusaha. Bodinya sungguh enak diliat dan setiap lelaki kalau melihatnya pasti ingin menidurinya. Cerita yg aku kirimkan ini adalah peristiwa yg benar2 terjadi pada diriku, dan mungkin pernah terjadi jg pada para pembaca.



Pembaca yg budiman..ceileee,
Kejadian ini sebenarnya berawal dari seringnya kami bertemu ketika kami sama-sama menjemput anak kami sekolah di TK. Sering kami ngobrol tentang apa saja, mulai kehidupan sehari-hari,keluarga, dll…bahkan saking seringnya ngobrol dan ketemu, kadang kami kelewat batas hingga sampai colek mencolek tubuh kami masing-masing. Suatu hari aku iseng-iseng nanya no hp nya..dia tanya, ” buat apa sih nanya nanya no hp…? Yahh ku jawab,” ya sapa tau pas ada hal penting jadi penyampaian informasi cepet nyampenya mbak..”
“ya dah nih tak kasih….” kata mbak eni.
Dalam hatiku aku merasa senang..aku mulai berpikir nyoba-nyoba ahh untuk mendekatinya pikir konyolku jelas pingin menidurinya.
Oh iya pembaca, sebenarnya aku sudah memiliki istri yg cantik dan tentunya baik dimataku. Tidak ada cacat istriku dimataku. Istriku kerjanya jg serabutan, apa aja asal halal dia kerjakan dan istriku ini orangnya taat beribadah gak kaya aku hehehe….Dan jg mbak eni juga telah memiliki suami seorang pengusaha kelas menengah yg memiliki puluhan karyawan. Punya mobil 2 motor ada 4..

Hari berganti hari..aku mulai sering sms an ama mbak eni. Tiap pagi siang malam sms an terus pokoknya.  kadang sms dibumbui kata-kata porno dan kadang aku kirimin gambar porno atau pernah kukirim video porno org bule lg ngentot. Ada rasa kawatir juga ketika aku sms an ama dia, karena takut ketahuan ama suaminya atau pas yg buka suaminya. ” mbak kalau ketahuan sms an gimana nih ama suamimu?” tanyaku. ” tenang aja gak usah kawatir ketauan, suamiku sibuk dgn urusannya kok” jawabnya singkat via sms. Ada perasaan senang, takut, kawatir dannn pokoknya mulai meningkat rasa tuk menyelingkuhi mbak eni. Karena Mbak eni ini orangnya supel energik dan tentunya seksi badannya. Kalau aku liat badannya memancarkan aura sex yg begitu hebat bagiku.

Pada suatu hari lwt sms jg kutawarkan janji ketemuan dikota P…ya cm sekedar iseng-iseng aja. Sudah kuduga jawabannya padti dia menjawab setuju tetapi dengan syarat kalau ada waktu luang, maklum dia kan istri pengusaha. Jd super sibuklah karena dia jg sering ikut ama suamine kalo pas keluar kota.

Ketika ketemu di kota P kami berdua jalan-jalan terlebih dahulu dg mengendarai motor. Ada rasa bangga dan nikmat ketika berboncengan tangan mbak eni merangkul dadaku sampai aku sengajain rem mendadak biar susunya nempel dipunggungku…duuuhhhh kenyuuuut rasanya, dan tentunya adik kecilku si Titit jadi mulai horny tegak keatas minta diisep dan dimasukin kesarangnya kali yaa. Lama-lama akhirnya gak tahan jg. ” mbak, kalau lgsg ke hotel mau gak, kita jg bisa ngobrol2 didalam kamar hotel?” tanyaku. ” tapi aku takut nih, karena aku blm pernah spt ini..”balasnya. ” ya udah kita nyantai aja..gak usah terlalu dipikirkan…
Mungkin mbak eni jg merasakan apa yg spt aku rasakan. Takut senang bercampur bermacam-macam perasaan.
Ketika sampai dihotel kami berdua ngobrol-ngobrol dan sampai suatu ketika kami sudah tidak terkontrol lagi akhirnya kuberanikan mencium dan menelanjanginya. Kubuka satu per satu pakaian yg menempel. Bh krem dan celdam krem sungguh membuat mbak eni tambah hot aja kalau kuliat dari dekat. Akhirnya Aku sudah kalap dan gelap mata ingin segera mengulum pentilnya yg sangat sangat montok aduhai itu.. Ahhhhhhhh……uuhhhhh……ahhhhhhhhh hanya kata-kata itu yg aku dengar dari mulutnya…mmmmmmmmm…ohhhh jon….ahhhhhh..trss…trsss sayanggg…aku hanya denger kata-kata itu dari mulutnya. Aku langsung menjilat semua badan bagian depan dan belakang. Kuraba jg bagian tempeknya..terlihat basah mengkilat penuh cairan…ouuuhhh nikmatnya perasaanku..yg kemudian aku isep abis lendirnya dan ku gigit gigit itilnya……ohhhh joonn pleasee aku gak kuuuuuaaattttt……aku pingin kontolmu sekarang..jon…mana kontolmu jon….please aku ingin liat…..dengan penuh nafsu dibukanya celanaku….ouuuwwwww jon, kontolmu besar dan lucuu ya…aku isep ya..kata mbak eni..jawabku ” lanjuutttt mbakk….hari ini kontolku milikmu seutuhnya….bak melihat makanan enak langsung kontolku diisep ampe abiis…tangannya jg mengocok-ngocok tititku….ohhhhhhh begitu nikmatnya kalau kontol dikocok-kocok…..terusss mbakkk….teruuuusss….
Ohhhh…uhhhhh..setelah puas dengan gaya itu, kemudian kami bermain dg gaya 69 gaya yg sangat aku suka. Kujilat itilnya, kontolku jg disedot abiis ampe anusku dijilat-jilat…ooohhh geliinya minta ampun…ketika itilnya kusedot mbak eni jg teria-teriak minta ampuun….”ampuun jonn….aku gak kuuattt,.. Berkali-kali dia melenguh penuh kenikmatan dan hal ini menambah rasa hornyku semakin memuncak dan hebat. Iseeeepppppp trs jon….nikmatnyaaaaaaaa….edaaaaAnnn bangettttt…
Mbak eni menghiba minta aku segera masukin kontolnya ke liang memeknya…”jon….cepet masukin dong kontolmu…memekku dah gak tahan nih..” dan benar memang kuliat memeknya telah basah karena penuh cairan rangsangan..

Akhirnya aku juga udah gak tahan, aku berbalik arah dg posisi aku diatas mbak eni dibawah….”langsung kontolku kuarahkan ke liang vaginanya…aaaahHhhhhhhhhh joon…uenaaaaakkk……jleeppp…sreettt….jleeepp…sreettt…suara itu begitu keras karena saking nafsunya menggenjot memek mbak eni…gilaaaaa…lendirnya banyak amat..mungkin sangking terangsangnya lendirnya banyak ya…beda ama punya istriku yg sudah keseringan jadi biasa-biasa aja lendirnya. Sampai 10 menit sudah kugenjot memek mbak eni…kurasakan maniku mau muncratt keluar…tp kadang kutahan…aku ingin meraasakan kenikmatan lebih lamaa dahulu….namun mbak eni jg sangat terangsang akhirnya udah mau keluar…”jon aku dah gak tahan aku mau keluarr niihhh……raasanya mau meledak memekku jon….desah mbak eni..” ayoooo mbak aku jg dah mau keluarrr…….bareng jonn keluarnya ya sayang…ayooo sekarang jonnn…….crrrootttt…..croooooottt…..croooooot….terasa maniku muncrat craat di liang vagina mbak eni…terasa hangat tititku dilubang vaginanya. “Ohhhhh jon…….enak jon kontolmu……kontolmu panas joon…..ahhhh puass aku jon…blm pernah aku ngrasain nikmat spt ini jon…ama suamiku pun rasanya gak spt ini lagi”.
Setelah keluarin mani scr bersama-sama akhirnya kami terkapar telanjang…setelah beberapa saat kemudian kami mandi sama-sama. Pada saat dikmr mandi adiku si Titit teraasa naik ngaceng lagi, meliat mbak eni bugil apalagi ketika mbak eni menyabuni seluruh badanku dan tentunya jg nyabunin kontolku..”duuhhh jd ngaceng lagi ni mbak”.mbak eni cuma tertawa kecil aja mendengar aku bicara begitu. Dan begitu pula sebaliknya…ketika mbak eni mandi teteknya pun aku sabuni, rasanya kenyal empuk… mbk eni mendesah nikmat merasakan sensasi yg luar biasa…ouuuhhh……ouuhhh jon……kok nikmat ya tetekku kamu sabunin…rasanya licin-licin uenak….”kapan-kapan kalau kita butuh dan ada waktu diusahaain bisa ngentot lagi ya”…dengan senang hati kujawab, ” tentu dong mbak, aku siap memuaskan nafsu birahi kita..”

Dan, dilain hari pun ketika ada kesempatan, meskipun hanya sebentar dirumahku, mbak eni kuentot penuh gairah…pdhl aku msh capek dari plg kerja..
Kadang janjian malam-malam dirumahnya ketika suaminya dinas keluar kota..kusempatkan untuk menidurinya walau hanya 2 jam an..karena walau bagaimanapun kami tetap jaga privasi keluarga kami.
Pernah juga ketika kami ngentot aku abadikan dengan poto atau video dengan tujuan bwt koleksi pribadiku atau buat pandangan kalau aku pas ingin onani..karena pada dasarnya aku punya nafsu sex yg besar. Satu hal yg msh aku impikan adalah bermain sex scr ramai-ramai, atau tuker pasangan…

Eni yang di siram birahi

$
0
0
Namaku Reni, usia 27 tahun. Kulitku kuning langsat dengan rambut panjang dan lurus. Tinggiku 165 cm dan berat 51 kg. Aku telah menikah setahun lebih. Aku berasal dari keluarga Minang yang terpandang. Banyak yang bilang kalau wajahku mirip dengan aktris dan model Mira Asmara. Saat ini aku bekerja pada sebuah Bank pemerintah yang cukup terkenal.
Suamiku Ikhsan adalah seorang staf pengajar pada sebuah perguruan tinggi swasta di kota Padang. Di samping itu, ia juga memiliki beberapa usaha perbengkelan.
Kami menikah setelah sempat berpacaran kurang lebih tiga tahun. Perjuangan kami cukup berat dalam mempertahankan cinta dan kasih sayang. Di antara sekian banyak halangan yang kami temui adalah ketidaksetujuan dari pihak orang tua kami. Sebelumnya aku telah dijodohkan oleh orang tuaku dengan seorang pengusaha.
Bagaimanapun, kami dapat juga melalui semua itu dengan keyakinan yang kuat hingga kami akhirnya bersatu. Kami memutuskan untuk menikah tapi kami sepakat untuk menunda dulu punya anak. Aku dan Bang Ikhsan cukup sibuk sehingga takut nantinya tak dapat mengurus anak.
Kehidupan kami sehari-hari cukup mapan dengan keberhasilan kami memiliki sebuah rumah yang asri di sebuah lingkungan yang elite dan juga memiliki dua unitmobilsedan keluaran terbaru hasil usaha kami berdua. Begitu juga dalam kehidupan seks tiada masalah di antara kami. Ranjang kami cukup hangat dengan 4-5 kali seminggu kami berhubungan suami istri. Aku memutuskan untuk memakai program KB dulu agar kehamilanku dapat kuatur.
Aku pun rajin merawat kecantikan dan kebugaran tubuhku agar suamiku tidak berpaling dan kehidupan seks kami lancar.
Suatu waktu, atas loyalitas dan prestasi kerjaku yang dinilai bagus, maka pimpinan menunjukku untuk menempati kantor baru di sebuah kabupaten baru yang merupakan sebuah kepulauan di daerah Mentawai. Aku merasa bingung untuk menerimanya dan tidak berani memutuskannya sendiri. Aku harus merundingkannya dulu dengan suamiku. Bagiku naik atau tidaknya statusku sama saja, yang penting untukku adalah keluarga dan perkawinanku.
Tanpa aku duga, suamiku ternyata sangat mendorongku agar tidak melepaskan kesempatan ini. Inilah saatnya bagiku untuk meningkatkan kinerjaku yang biasa-biasa saja selama ini, katanya. Aku bahagia sekali. Rupanya suamiku orangnya amat bijaksana dan pengertian. Sayang orang tuaku kurang suka dengan keputusan itu. Begitu juga mertuaku. Bagaimanapun, kegundahan mereka akhirnya dapat diatasi oleh suamiku dengan baik. Bahkan akhirnya mereka pun mendorongku agar maju dan tegar. Suamiku hanya minta agar aku setiap minggu pulang ke Padang agar kami dapat berkumpul. Aku pun setuju dan berterima kasih padanya.
Aku pun pindah ke pulau yang jika ditempuh dengan naik kapal motor dari Padang akan memerlukan waktu selama 5 jam saat cuacanya bagus. Suamiku turut serta mengantarku. Ia menyediakan waktu untuk bersamaku di pulau selama seminggu.
Di pulau itu aku disediakan sebuah rumah dinas lengkap dengan prasarananya kecuali kendaraan. Jarak antara kantor dan rumahku hanya dapat ditempuh dengan naik ojek karena belum adanya angkutan di sana.
Hari pertama kerja aku diantar oleh suamiku dan sorenya dijemput. Suamiku ingin agar aku betah dan dapat secepatnya menyesuaikan diri di pulau ini. Memang prasarananya belum lengkap. Rumah-rumah dinas yang lainnya pun masih banyak yang kosong.
Selama di pulau suamiku tidak lupa memberiku nafkah batin karena nantinya kami hanya akan bertemu seminggu sekali. Aku menyadari benar hal itu. Karena itu kami pun mereguk kenikmatan badaniah sepuas-puasnya selama suamiku ada di pulau ini.
Suamiku dalam tempo singkat telah dapat berkenalan dengan beberapa tetangga yang jaraknya lumayan jauh. Ia juga mengenal beberapa tukang ojek hingga tanpa kusangka suatu hari ia menjemputku pakai sepeda motor. Rupanya ia meminjamnya dari tukang ojek kenalannya.
Salah satu tukang ojek yang dikenal suamiku adalah Pak Sitorus. Pak Sitorus ini adalah laki-laki berusia 50 tahun. Ia tinggal sendirian di pulau itu sejak istrinya meninggal dan kedua anaknya pergi mencari kerja ke Jakarta.
Laki-laki asal tanah Batak itu harus memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya di pulau itu dengan kerja sebagai tukang ojek. Pak Sitorus, yang biasa dipanggil Pak Sitor, orangnya sekilas terlihat kasar dan keras namun jika telah kenal, sebetulnya ia cukup baik. Menurut suamiku, yang sempat bicara panjang lebar dengan Pak Sitor, dulunya ia pernah tinggal di Padang yaitu di Muara Padang sebagai buruh pelabuhan. Suatu saat ia ingin mengubah nasibnya dengan berdagang namun bangkrut. Untunglah ia masih punya sepeda motor sehingga menjadi tukang ojek.
Hampir tiap akhir pekan aku pulang ke Padang untuk berkumpul dengan suamiku. Yang namanya pasangan muda tentu saja kami tidak melewatkan saat kebersamaan di ranjang. Saat aku pulang, aku menitipkan rumah dinasku pada Pak Sitor karena suamiku bilang ia dapat dipercaya. Aku pun menuruti kata-kata suamiku.
Kadang-kadang aku diberi kabar oleh suamiku bahwa aku tidak usah pulang karena ia yang akan ke pulau. Sering kali suamiku bolak-balik ke pulau hanya karena kangen padaku. Sering kali pula ia memakai sepeda motor Pak Sitor dan memberinya uang lebih.
Suamiku telah menganggap Pak Sitor sebagai sahabatnya karena sesekali saat ia ke pulau, Pak Sitor diajaknya makan ke rumah. Sebaliknya, Pak Sitor pun sering mengajak suamiku jalan-jalan di pantai yang cukup indah itu.
Suamiku sering memberi Pak Sitor uang lebih karena ia akan menjagaku dan rumahku jika aku ditinggal. Sejak saat itu aku pun rutin diantar jemput Pak Sitor jika ke kantor. Tidak jarang ia membawakanku penganan asli pulau itu. Aku pun menerimanya dengan senang hati dan berterima kasih. Kadang aku pun membawakannya oleh-oleh jika aku baru pulang dari Padang.
***
Setelah beberapa bulan aku tugas di pulau itu dan melalui rutinitas seperti biasanya, suamiku datang dan memberiku kabar bahwa ia akan disekolahkan ke Australia selama 1,5 tahun. Ini merupakan bea siswa untuk menambah pengetahuannya. Aku tahu bea siswa ini merupakan obsesinya sejak lama. Aku pun bisa menerimanya. Aku pikir itu demi masa depan dan kebahagiaan kami juga nantinya sehingga tidak jadi masalah bagiku.
Sebelum berangkat, suamiku sempat berpesan agar aku jangan segan-segan minta tolong kepada Pak Sitor sebab suamiku telah meninggalkan pesan pada Pak Sitor untuk menjagaku. Suamiku pun menitipkan uang yang harus aku serahkan pada Pak Sitor.
Sejak suamiku di luar negeri, kami sering telpon-teleponan. Kadang aku bermasturbasi bersama suamiku lewat telepon. Itu sering kami lakukan untuk memenuhi libido kami berdua. Akibatnya, tagihan telepon pun meningkat. Aku tidak memperdulikannya. Saat melakukannya dengan suamiku, aku mengkhayalkan dia ada dekatku. Tidak masalah jarak kami berjauhan.
Aku mulai jarang pulang ke Padang karena suamiku tidak ada. Paling aku pulang sebulan sekali. Itu pun aku cuma ke rumah orang tuaku. Rumahku di Padang aku titipkan pada saudaraku.
Aku melewatkan hari-hariku di pulau dengan kesibukan seperti biasanya. Begitu juga Pak Sitor yang rutin mengantarjemputku.
Suatu saat ketika aku pulang, Pak Sitor mengajakku untuk jalan-jalan keliling pantai. Aku tahu ia dulu memang sering membawa suamiku jalan-jalan ke pantai. Tapi saat ia mengajakku, kutolaknya dengan halus. Aku merasa tidak enak. Apa nanti kata teman kantorku jika melihatnya. Kebetulan saat itu pun aku sedang tidak mood sehingga aku merasa lebih tenang di rumah saja. Di rumah aku beres-beres dan berbenah pekerjaan kantor.
Akhir-akhir ini, aku merasakan bahwa Pak Sitor amat memperhatikanku. Tidak jarang sore-sore ia datang sekedar memastikan aku tidak apa-apa. Ia dapat dipercaya untuk masalah keamanan sebab di pulau itu ia amat disegani dan berpengaruh.
Kusadari kadang saat berboncengan, tanpa sengaja dadaku terdorong ke punggung Pak Sitor. Biasanya itu terjadi saat ia menghindari lubang atau saat ia mengerem. Aku maklum, itulah risikonya jika aku berboncengan sepeda motor. Semakin lama, hal seperti itu semakin sering terjadi sehingga akhirnya aku jadi terbiasa. Sesekali aku juga merangkul pinggangnya jika aku duduknya belum pas di atas jok motornya. Aku rasa Pak Sitor pun sempat merasakan kelembutan payudaraku yang bernomer 34b ini. Aku menerima saja kondisi ini sebab di pulau ini memang tak ada angkutan. Jadi aku harus bisa membiasakan diri dan menjalaninya. Tak bisa dibandingkan dengan di Padang di mana aku terbiasa menyetir sendiri kalau pergi ke kantor.
Pada suatu Jumat sore sehabis jam kerja, Pak Sitor datang kerumahku. Seperti biasanya, ia dengan ramah menyapaku dan menanyakan keadaanku. Ia pun kupersilakan masuk dan duduk di ruang tamu.
Sore itu aku telah selesai mandi dan sedang menonton televisi. Kembali Pak Sitor mengajakku jalan ke pantai. Aku keberatan sebab aku masih agak capai. Lagipula aku agak kesal dengan kesibukan suamiku dalam beberapa pekan terakhir ini. Tiap kali kutelepon, seperti yang terakhir kulakukan tadi, ia tidak bisa terlalu lama berbincang-bincang. Alasannya lagi sibuk menyiapkan thesis. Aku mulai merasa kurang diperhatikan.
“Kalau gitu, kita main catur saja, Bu… Gimana?” Pak Sitor mencoba mencari alternatif.
Dulu ia memang sering main catur dengan suamiku. Akhirnya aku pun setuju. Lumayanlah, untuk menghilangkan kesuntukanku saat itu. Aku lalu main catur dengan laki-laki itu.
Tak terasa, waktu berlalu sangat cepat. Sudah beberapa ronde kami bermain. Beberapa kali pula aku mengalahkannya. Taruhannya adalah siapa yang kalah harus dikalungi lehernya dengan sebuah botol yang diikat tali. Semakin sering kalah, semakin banyak botol yang harus dikalungkan padanya.
Aku pun tertawa-tawa karena semakin banyak botol yang dikalungkan ke leher Pak Sitor. Aku sendiri sampai saat itu cuma dikalungi satu botol.
Seumur hidupku, baru kali ini aku mau bicara bebas dan akrab dengan laki-laki selain suamiku. Biasanya tidak semua laki-laki dapat bebas berbicara denganku. Aku termasuk tipe orang yang membatasi dalam berhubungan dengan lawan jenis sehingga tidak heran jika aku sering dicap sombong oleh kebanyakan lelaki yang kurang kukenal. Anehnya, dengan Pak Sitor aku bisa bicara apa adanya, akrab dan ceplas-ceplos. Mungkin karena kami telah saling mengenal dan juga karena aku merasa membutuhkan tenaganya di pulau ini.
Tanpa terasa, telah lama kami bermain catur sejak sore tadi. Jam telah menunjukkan pukul 10 malam. Di luar rupanya telah turun hujan deras diiringi petir yang bersahut-sahutan. Kami pun mengakhiri permainan catur kami. Aku lalu membersihkan mukaku ke belakang.
“Pak, kita ngopi dulu, yuk..? Biar nggak ngantuk,” kataku menawarinya.
Saat itu di pulau penduduknya telah pada tidur. Yang terdengar hanya suara hujan dan petir. Setelah menghabiskan kopinya, Pak Sitor minta izin pulang karena hari telah larut. Aku tidak sampai hati sebab cuaca tidak memungkinkan ia pulang. Rumahnya pun cukup jauh. Lagi pula aku kuatir jika nanti ia tersambar petir.
Lalu aku tawarkan agar ia tidur di ruang tamuku saja. Akhirnya ia menerima tawaranku. Aku memberinya sebuah bantal dan selimut karena cuaca sangat dingin saat itu.
Tiba-tiba listrik padam. Aku sempat kaget. Baru kuingat, di pulau itu jika hujan lebat biasanya aliran listrik sering padam. Untunglah Pak Sitor punya korek api dan membantuku mencari lampu minyak di ruang tengah. Lampu kami hidupkan. Satu untuk di kamarku dan yang satu lagi untuk di ruang tamu tempat Pak Sitor tidur.
Aku lalu minta diri untuk lebih dulu tidur sebab aku merasa capai. Aku pun pergi ke kamar untuk tidur. Di luar hujan turun dengan derasnya seolah pulau ini akan tenggelam.
Aku berusaha untuk tidur namun ternyata tidak bisa. Ada rasa gelisah yang menghalangiku untuk terlelap. Petir menggelegar begitu kerasnya.
Akhirnya kuputuskan pergi ke ruang tamu saja. Hitung-hitung memancing kantuk dengan ngobrol bareng Pak Sitor. Rasa khawatirku pun bisa berkurang sebab aku merasa ada yang melindungi.
Sesampainya di ruang tamu, kulihat Pak Sitor masih berbaring namun matanya belum tidur. Ia kaget, disangkanya aku telah tidur. Aku lalu duduk di depannya dan bilang nggak bisa tidur.
Ia cuma tersenyum dan bilang mungkin aku ingat suamiku.
Padahal saat itu aku masih sebal dengan kelakuan suamiku. Aku cuma tersenyum kecut dan mengatakan kalau badanku rasanya pegal-pegal.
“Kalau begitu, biar saya pijati, Bu,” kata Pak Sitor sigap.
“Orang-orang bilang, pijatan saya enak, lho,” katanya lagi sambil mengacungkan jempol.
Aku tersenyum mendengar promosinya. Aku lalu duduk membelakanginya sementara Pak Sitor memijatiku, mulai dari kepala, kedua pundakku, sampai kedua lenganku. Mau tak mau harus kuakui, pijatannya memang mantap.
Sambil memijatiku, Pak Sitor mengajakku ngobrol tentang apa saja, terutama tentang keluargaku dan suamiku.
Karena masih kesal dengan suamiku, tanpa sengaja kucurahkan kekesalanku. Aku tahu, mestinya aku tidak boleh bilang suasana hatiku saat itu tentang suamiku pada Pak Sitor namun entah mengapa kata-kata itu meluncur begitu saja. Aku merasa senang mendapatkan teman untuk curhat. Pak Sitor mendengarkan dengan seksama semua detail ceritaku. Tak terasa sudah hampir satu jam aku membeberkan semua rahasia pernikahanku kepada Pak Sitor.
Dengan cara bijaksana dan kebapakan tanpa sama sekali berkesan menggurui, sesekali ia menanggapi dan menyemangati aku yang belum banyak merasakan asam garam perkawinan. Dalam suasana cahaya lampu yang temaram dan obrolan kami yang cukup hangat, aku tidak menyadari kapan Pak Sitor pindah duduk ke sampingku.
Aku pun membiarkan saja saat Pak Sitor, sambil terus memijatiku, meraih jemariku yang dilingkari cincin berlian perkawinanku dan meremas-remasnya. Lalu aku malah merebahkan kepalaku di dadanya. Aku merasa terlindungi dan merasa ada yang menampung beban pikiranku selama ini.
Pak Sitor pun membelai rambutku seakan aku adalah istrinya. Bibirnya terus bergerak ke balik telingaku dan menghembuskan nafasnya yang hangat. Aku terlena dan membiarkannya berbuat seperti itu. Perlahan ia mulai menciumi telingaku. Aku mulai terangsang ketika ia terus melakukannya dengan lembut.
Bibirnya pun terus bergeser sedikit demi sedikit ke bibirku. Saat kedua bibir kami bertemu, seperti ada aliran listrik yang mengaliri sekujur tubuhku.
Aku seperti terhipnotis. Aku seperti tak peduli bahwa saat itu aku sedang dicumbui oleh laki-laki yang bukan suamiku. Aku tahu itu adalah perbuatan yang terlarang… tapi aku tak kuasa menolaknya. Aku melakukannya dalam kesadaran penuh… dan aku pun menikmatinya. Aku mulai merasakan basah di sekitar pangkal pahaku…
Mungkin aku telah salah langkah dan salah menilai orang. Jelas bahwa Pak Sitor sama sekali tak merasa sungkan memperlakukanku seperti itu. Ia pun seolah tahu benar apa yang harus diperbuatnya terhadap diriku untuk membuatku terbuai dalam dekapannya. Seolah-olah ia telah menyimpan hasrat yang mendalam terhadap diriku selama ini.
Malam ini adalah kesempatan yang telah ditunggu-tunggunya… Anehnya, aku seperti tak mampu menahan sepak terjangnya. Padahal yang pantas berbuat seperti itu terhadapku hanyalah suamiku tercinta. Sepertinya telah tertutup mata hatiku oleh nafsu dan gairahku yang juga menuntut pelampiasan.
Dengan demikian, Pak Sitor pun bebas mengulum bibirku beberapa saat. Aku tak tahu setan apa yang telah merasuki kami berdua. Yang jelas, aku pun membalas ciumannya sambil menutup kedua mataku menikmatinya.
Sementara itu, tangan Pak Sitor juga tidak mau tinggal diam. Melihat penerimaanku, ia pun semakin berani. Dengan alasan meneruskan pijatannya, ia mulai merabai buah dadaku yang terbungkus BH dan pakaian tidur.
Aku pun mendesah di dalam pelukannya. Aku benar-benar terlena menikmati gerayangan tangannya di tubuhku. Pak Sitor pun tampak semakin bergairah karenanya.
Dalam hati aku takjub kami bisa berhubungan sampai sejauh itu tanpa pernah kami bayangkan sebelumnya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Semuanya mengalir begitu saja secara naluriah di antara sepasang manusia berlainan jenis kelamin yang masing-masing memiliki nafsu birahi terpendam. Apalagi suasana malam yang gelap yang diguyur hujan lebat di pedalaman sebuah pulau benar-benar mendukung kegiatan kami. Aku pun merasa nyaman dalam pelukan dan buaian Pak Sitor.
“Bu Reni,” tiba-tiba Pak Sitor berkata pelan.
“Pijatannya diteruskan di kamar Ibu saja, ya?” pintanya. “Biar Ibu saya pijat seluruh badan sambil diluluri dengan body lotion…”
Sebetulnya aku terkejut dengan permintaannya. Itu berarti aku harus dipijat telanjang oleh Pak Sitor. Akan tetapi entah mengapa, aku malah jadi bergairah menerima tawarannya. Apalagi suasana malam itu yang gelap dan diiringi hujan lebat begitu mendukung.
“Boleh, Pak…” kataku pelan dengan suara serak karena gairah yang menghentak.
Aku menurut saja saat dibimbing Pak Sitor ke kamar tidur sambil bergandengan tangan. Direbahkannya tubuhku di atas ranjang yang biasa kugunakan untuk bercinta hanya dengan suamiku. Namun kini yang berada di sampingku bukanlah suamiku, melainkan seorang laki-laki tukang ojek sepantaran ayahku yang seharusnya tidak pantas untukku.
Saat itu juga aku tahu akan terjadi sesuatu yang terlarang di antara kami berdua. Aku tak pernah telanjang di hadapan laki-laki, kecuali suamiku. Entah apa yang menyihirku, yang membuatku memasrahkan diri pada laki-laki ini. Semuanya seolah berjalan begitu cepat dan mengalir begitu saja. Aku pun terhanyut terbawa aliran nafsu yang dibangkitkan Pak Sitor.
Pak Sitor lalu menutup pintu kamar dan menguncinya dari dalam. Sedang lampu di luar telah ia matikan tadi.
Aku diam saja menanti apa yang akan diperbuatnya padaku. Padahal selama ini aku tidak pernah sekali pun memberi hati jika ada laki-laki lain yang iseng merabaku dan menggodaku. Saat di Padang dulu, sebetulnya banyak rekan sekerjaku yang masih muda dan gagah berusaha iseng menggodaku. Kadang mereka dengan gigih mengajakku kencan atau sekedar makan berdua walau tahu aku sudah bersuami. Aku tak pernah melayani mereka. Aku termasuk wanita yang menjunjung tinggi kesucian dan kehormatan sesuai dengan yang selalu diajarkan orang tua dan agamaku.
Sekarang semua itu musnah tak berbekas. Di hadapan Pak Sitor, aku sudah terbaring tak berdaya. Pasrah untuk mengikuti apa yang akan diperbuatnya terhadapku. Aku akan ditelanjangi. Seluruh tubuhku akan dipijati dan dirabainya. Aku tahu aku melakukan pencemaran terhadap pernikahanku… tapi aku pun tak bisa menahan rasa basah yang mulai menggelora di sekitar pangkal pahaku…
Pak Sitor mulai melepaskan pakaianku satu per satu, mulai dari kaosku, lalu celana panjangku. Aku hanya memejamkan mataku saat ditelanjangi oleh Pak Sitor. Aku semakin buta oleh nafsu yang mulai menggebu-gebu merasuki jiwa dan tubuhku. Bahkan sepertinya aku tak sabar menanti tindakan Pak Sitor selanjutnya. Akhirnya bra dan celana dalam kremku pun terlempar ke lantai. Lengkaplah sudah sekarang kepolosanku di hadapannya. Sejenak sempat kulihat Pak Sitor menelan ludah menatap tubuh bugilku yang putih mulus.
Selesai menelanjangi aku, gantian dirinya yang melepaskan pakaiannya satu per satu hingga lapis terakhir. Aku merasa tegang saat menungguinya mencopoti pakaiannya sambil terbaring bugil di ranjang. Rasanya lama sekali. Vaginaku terasa basah karena menahan gairah. Kuperhatikan tubuhnya yang hitam. Meskipun sudah tua namun ototnya masih terukir jelas. Ada gambar tattoo tengkorak di lengannya.
Saat Pak Sitor membuka celana dalamnya, di bawah temaram lampu, aku bisa melihat ternyata penisnya tidak disunat! Aku berusaha menyembunyikan keterkejutanku dan bersikap wajar supaya ia tak merasa tersinggung.
Jantungku semakin berdebar-debar saat kami sudah sama-sama bugil dan ia mendekati tubuhku.
Kurasa dia adalah laki-laki yang keras dan hanya sedikit memiliki kelembutan. Itu aku ketahui saat ia mulai merabai tubuhku yang polos.
Aku tersentak ketika Ia mulai memeluk dan menciumiku. Diciuminya aku dari leher hingga belahan dadaku dengan kasar. Digigitinya bagian-bagian sensitifku sehingga menimbulkan cupangan. Rabaan tangannya yang kasar mulanya membuatku kesakitan tapi akhirnya aku pun jadi terangsang.
Suamiku jika merabaiku cukup hati-hati. Nyata perbedaannya dengan Pak Sitor yang lebih kasar. Tampaknya ia sudah lama tidak berhubungan badan dengan wanita. Sekarang akulah yang jadi sarana pelampiasan nafsunya setelah sekian lama. Aku tak kuasa menolak tindakannya pada diriku. Yang jelas aku merasa sangat terangsang disentuh dengan cara yang berbeda dari yang biasa dilakukan oleh suamiku. Birahiku pun naik.
Tiba-tiba air mataku sempat menetes karena tersirat penyesalan telah menodai perkawinanku. Namun percuma saja, sekarang semuanya sudah terlambat. Pak Sitor semakin asyik dengan tindakannya. Tiap jengkal tubuhku dijamahnya tanpa terlewatkan seinci pun. Kekuatan Pak Sitor telah menguasai diriku. Aku membiarkan saja ia terus merangsangi diriku. Tubuhku pun berkeringat tidak tahan terhadap rasa geli bercampur gairah.
Lalu mulutnya turun ke selangkanganku. Ia sibakkan kedua kakiku yang putih bersih itu. Di situ lidahnya bermain menjilati klitorisku. Kepalaku miring ke kiri dan ke kanan menahan gejolak yang melandaku. Peganganku hanya kain sprei yang aku tarik karena desakan itu. Kedua kakiku pun menerjang dan menghentak tidak tahan atas gairah yang melandaku.
Beberapa menit kemudian aku orgasme. Pak Sitor dengan mulutnya menelan air orgasmeku itu. Badanku lemas tak bertenaga. Mataku pun terpejam.
Setelah beristirahat beberapa saat, aku kembali dibangkitkan oleh Pak Sitor dengan cara diciumi balik telingaku hingga liang kehormatanku. Di sana jarinya ia masukkan. Ia pun mulai mengacak-acak liang kewanitaanku lalu mempermainkan celahnya.
Sambil menikmati goyangan jari-jarinya di dalam vaginaku, aku semakin sadar jika Pak Sitor telah lama merencanakan ini. Bisa jadi telah lama ia berobsesi untuk meniduriku karena sama sekali tak nampak keraguan dalam seluruh tindakannya mencabuliku. Berarti ia memang telah berencana melanggar amanat suamiku dan menguasaiku.
Di satu pihak aku memandangnya sebagai ular berkepala dua. Anehnya, di lain pihak, aku ikut merasa senang ia berhasil mewujudkan rencana rahasianya itu terhadapku! Sekarang aku menikmati sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya…
Pikiran yang memenuhi benakku pun terputus karena aku lalu mengalami orgasme untuk yang kedua kalinya oleh tangan Pak Sitor. Badanku telah basah oleh keringat. Aku benar-benar merasa lemas.
Pak Sitor lalu mengambil gelas dan menuangkan air putih dari sebotol air mineral yang ada di mejaku. Dibantunya aku untuk duduk dan minum. Dalam beberapa teguk, air dalam gelas itu kuhabiskan. Pak Sitor lalu menuangkan lagi air untuk diminumnya sendiri ke gelas yang sama. Aku duduk di tempat tidur sambil bersandar ke dinding memperhatikannya.
“Ibu masih mau minum lagi?” tanya Pak Sitor selesai menghabiskan air di gelas.
Karena masih haus, aku pun mengangguk. Pelan-pelan kuminum air dari gelas yang baru saja dipakai oleh Pak Sitor. Nikmat sekali rasanya. Sekarang giliran Pak Sitor yang memperhatikanku menghabiskan minumanku sambil tangannya mengelus-elus pundak dan leherku. Aku mulai merasa nyaman berada dalam dekapan lelaki itu.
“Sudah?” tanyanya saat kuulurkan gelas yang kosong kepadanya.
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum malu karena Pak Sitor yang bugil itu menatap mataku dalam-dalam sambil mendekap tubuhku yang juga bugil. Lalu dilepaskannya dekapannya dari tubuhku untuk meletakkan gelas kosong kembali ke atas meja.
Saat kembali ke ranjang, Pak Sitor minta izin padaku untuk memasukkan penisnya ke lubang kehormatanku. Walaupun kami sudah sama-sama bugil dan aku pun telah dicabuli oleh Pak Sitor, aku masih merasa ragu.
Aku lalu menggeleng tidak setuju karena khawatir konsekuensinya. Liang kehormatanku akan tercemar oleh cairan laki-laki lain. Aku merasa telah terlalu jauh berkhianat pada suamiku. Bagiku cukuplah tindakannya tadi dan tidak usah diteruskan lagi hingga penetrasi.
Aku mengambil pakaianku yang berceceran dan bersiap mengenakannya kembali.
Dari luar, Pak Sitor tampak mau menerima perkataanku dan tidak meneruskan niatnya. Akan tetapi, aku bisa melihat ada rasa kecewa yang dalam di matanya. Ia tampak gelisah. Aku bisa bayangkan dirinya yang telah terobsesi untuk menyenggamaiku. Aku lihat penisnya sebetulnya telah siap memasuki diriku jika aku izinkan. Panjangnya melebihi milik suamiku dan agak bengkok dengan diameter yang melebar.
Akhirnya Pak Sitor minta aku untuk membantunya klimaks dengan mengulum penisnya. Satu kali saja, katanya, sebelum kami menyudahi permainan terlarang kami malam itu.
Aku ragu. Aku dan suamiku saja selama ini tak pernah saling melakukan oral sex. Suamiku tak pernah melakukannya kepadaku, demikian juga sebaliknya. Padahal kami selalu menjaga kebersihan wilayah sensitif kami. Sedangkan aroma penis Pak Sitor lebih bau. Kelihatannya sih tak terlalu bersih. Selain nampaknya Pak Sitor memang kurang menjaga kebersihan, tentunya itu juga karena penisnya yang tak disunat. Akhirnya, aku kembali menggeleng.
Walaupun aku menolaknya, Pak Sitor tak menyerah dan terus merengek memohon-mohon padaku. Ia merasa sangat tersiksa karena belum berhasil mengeluarkan hasrat birahinya yang terpendam.
Lama-kelamaan aku merasa kasihan juga. Tidak adil rasanya bagiku yang telah dibantunya sampai dua kali orgasme untuk membiarkannya seperti itu. Aku merasa diriku egois. Timbullah perasaan bersalah di dalam diriku.
Akhirnya aku pun menyerah. Bukankah tadi Pak Sitor juga telah membantuku masturbasi dengan tangan dan mulutnya? Jadi kupikir sekarang hitung-hitung balas budi.
“Ya sudahlah, Pak…. Sekali ini saja, ya..?” kataku pelan tanpa daya sambil memegang pahanya yang kasar.
Tampak sekali kegirangan terpancar di wajah Pak Sitor. Seperti seorang anak yang baru saja diberikan mainan oleh ibunya.
Kuletakkan kembali pakaianku yang baru saja kukumpulkan dan tadinya sudah siap kukenakan kembali.
Perlahan kutundukkan wajahku mendekati selangkangan Pak Sitor. Dengan sedikit jijik kubuka mulutku. Akhirnya, kuberanikan untuk mengulum batang penisnya namun tidak muat seluruhnya ke dalam rongga mulutku. Hanya sampai setengah batangnya, kepala penisnya sudah mentok sampai pangkal tenggorokanku. Mulutku pun serasa mau robek karena besarnya penis Pak Sitor.
Baru beberapa kali kulum aku serasa mual dan mau muntah oleh aroma kelamin Pak Sitor itu. Aku maklum saja karena ia kurang bersih. Penisnya yang tidak disunat, seperti kebiasaan laki-laki Batak, memang membuatnya agak kotor. Selain itu, kurasa itu juga disebabkan oleh makanannya yang tidak beraturan. Walaupun demikian, aku berusaha sekuat tenaga menyembunyikan perasaan jijikku. Aku tak ingin membuatnya tersinggung.
Sementara kepalaku menunduk dan mengulumi penisnya, mataku kerap melirik ke atas mengamati ekspresi Pak Sitor. Awalnya aku merasa tak percaya diri apakah dapat memuaskan Pak Sitor. Sementara aku bekerja, tangan Pak Sitor yang satu mengelus-elus pundak dan leherku. Tangannya yang satu lagi diletakkannya di kepalaku. Semakin lama kurasakan tangannya semakin erat memegangi kepalaku, seolah tak menghendaki kepalaku berpindah dari selangkangannya. Untuk sementara, aku jadi lega karena itu artinya Pak Sitor sejauh ini puas dengan pelayananku.
Satu menit, dua menit… lima menit berlalu…. Entah berapa lama lagi setelah itu aku mengulumi penis Pak Sitor sampai basah dan bersih oleh air liurku… Aku lalu menyerah dan melepaskan penis Pak Sitor dari mulutku.
Aku heran Pak Sitor ini sampai sekian lama kok tidak juga klimaks. Padahal akibat kulumanku, penisnya semakin lama semakin keras seperti sebatang kayu. Entahlah, mungkin aku juga yang belum pandai melakukan oral sex… Maklumlah, ini baru pertama kali kulakukan.
Akhirnya aku sadar bahwa stamina Pak Sitor yang luar biasa besarnya itu memang harus disalurkan dengan cara bersebadan… Mungkin karena belum berpengalaman, kulumanku sekedar mengeraskan penis Pak Sitor tapi tak mampu membuatnya orgasme.
Selain salut akan staminanya, aku juga salut atas sikapnya yang menghargai wanita dengan tidak memaksakan kehendak. Padahal dalam keadaan seperti ini, aku bisa saja dipaksanya untuk disetubuhi, yang mana hal itu tidak ia lakukan karena aku menolaknya.
Aku jadi semakin merasa bersalah. Karena itu timbul keinginanku untuk membantunya saat itu juga. Di dalam pikiranku berperang antara birahi dan moral. Akhirnya, kupikir sudah terlanjur basah. Di samping itu, aku tidak ingin menambah masalah antara aku dan Pak Sitor. Jika aku larang terus nantinya Pak Sitor bisa saja memperkosaku. Seorang laki-laki yang telah naik birahinya sampai di ubun-ubun sering bertindak nekad. Lagi pula aku sendirian.
Akhirnya, dengan pertimbangan demi kebaikan kami berdua, maka aku izinkan dia melakukan penetrasi ke dalam rahimku. Kupikir lebih baik hal itu kami lakukan atas dasar suka sama suka daripada aku nanti diperkosanya. Lagipula pikiran untuk disetubuhi lelaki lain untuk pertama kalinya mulai menggoda benakku. Ya, aku membulatkan tekadku untuk menerima Pak Sitor mengintimiku…
“Hmmm… Pak Sitor…. Begini deh… Kalau Bapak memang benar-benar mau mencampuri saya… Boleh, Pak….”
Pak Sitor pun tampaknya gembira sekali. Padahal tadi sempat kulihat wajahnya tegang sekali.
“Ibu benar-benar ikhlas…?” tanya Pak Sitor menatap dalam-dalam mataku dengan penuh birahi. Tangannya membelai rambutku. Aku membalas tatapannya sambil tersenyum, lalu mengangguk dengan pasti.
Pak Sitor mencium dan mengulum bibirku dalam-dalam… Seolah menyatakan rasa terima kasihnya atas kesediaanku. Aku merasa dihargai sebagai seorang wanita. Walaupun perilakunya keras namun ia tahu bagaimana caranya memperlakukan wanita. Kubalas ciumannya dengan tulus. Aku pun semakin mantap untuk menyerahkan diriku bulat-bulat kepadanya…
Setelah dilepaskannya pagutannya dari mulutku, kami pun berpandangan dan saling tersenyum seperti sepasang kekasih. Sepasang kekasih yang bersiap-siap untuk menunaikan malam pertamanya. Ada perasaan tegang dan senang yang melanda diriku saat menyerahkan diriku pada Pak Sitor.
“Sebentar ya, Pak… dikerasin lagi penisnya, biar gampang nanti masukinnya…” kataku sambil kembali menundukkan kepalaku ke arah selangkangan Pak Sitor.
Selama beberapa saat kukulumi kembali penis Pak Sitor. Tangan Pak Sitor membelai-belai rambutku saat aku bekerja. Tampak sekali kalau ia sangat menikmatinya. Setelah batang penisnya benar-benar keras, barulah kulepaskan mulutku…
Aku lalu berbaring dan membuka kedua pahaku, memberinya jalan memasuki rahimku. Tubuh kami berdua saat itu telah sama-sama berkeringat. Rambutku telah kusut. Dari temaram lampu dinding aku lihat Pak Sitor bersiap-siap mengarahkan penisnya. Posisinya pas di atas tubuhku. Tubuhnya yang telah basah oleh keringat hingga membuat badannya hitam berkilat. Tampaknya ia masih berusaha menahan untuk ejakulasi. Di luar, derasnya hujan seakan tidak mau kalah dengan gelombang nafsu kami berdua.
Pak Sitor dengan hati-hati menempelkan kepala penisnya. Ia tahu jika tergesa-gesa akan membuatku kesakitan sebab punyaku masih kecil dan belum pernah melahirkan.
Aku pun berusaha memperlebar kedua pahaku supaya mudah dimasuki kejantanan Pak Sitor. Aku melihat kejantanannya panjang dan agak bengkok jadi aku bersiap-siap agar aku jangan kesakitan.
“Pelan-pelan ya, Pak…” Aku sempat bilang kepadanya untuk jangan cepat-cepat.
“Jangan khawatir, Bu…” katanya sambil memegang lututku mengambil ancang-ancang.
Dengan bertahap, ia mulai memasukan penisnya. Aku memejamkan mata dan merasakan sentuhan pertama pertemuan kemaluan kami. Aku merasa seperti pengantin baru yang sedang diperawani. Hatiku dag dig dug. Untuk pertama kalinya aku dimasuki oleh laki-laki lain selain suamiku! Aku punya perasaan ini akan lebih sensasional daripada malam pertamaku bersama Bang Ikhsan…
Untuk melancarkan jalannya, kakiku ia angkat hingga melilit badannya, lalu langsung penisnya masuk ke rahimku dengan lambat. Aku terkejut dan merasakan ngilu di bibir rahimku.
“Auuch… ooh.. auuch…” Aku meracau kesakitan. Pak Sitor membungkam mulutku dengan mulutnya. Kedua tubuh bugil kami pun sepenuhnya bertemu dan menempel. Aku memeluk tubuh Pak Sitor yang kekar itu erat-erat.
Tidak lama kemudian seluruh penisnya masuk ke rahimku dan ia mulai melakukan gerak maju mundur. Aku merasakan tulangku bagai lolos, sama seperti yang kualami saat menjalani malam pertama dengan Bang Ikhsan dulu…. Bahkan sekarang lebih terasa…. Perasaan yang belakangan ini sudah tak pernah lagi kualami bersama suamiku. Kini aku bisa menikmatinya kembali bersama Pak Sitor!
Aku pun mulai merasakan kenikmatan. Cairan vaginaku mulai keluar banyak dan melumasi penis besar Pak Sitor yang terus keluar masuk liang kemaluanku. Mulut pak Sitor pun lepas dari mulutku karena aku tidak kesakitan lagi. Aku tersengal-sengal setelah selama beberapa waktu mulutku disumpalnya.
Mulutku yang telah bebas kini mulai mengeluarkan erangan-erangan karena menikmati genjotan lelaki itu. Aku merasa melambung dibawa Pak Sitor ke surga dunia. Karenanya aku benar-benar percaya dan menyerahkan diriku padanya. Tampak Pak Sitor sangat bahagia melihat penerimaanku itu.
Kekuatan laki-laki ini membuatku amat salut. Genjotannya sampai membuat ranjang dan badanku bergetar semua seperti kapal yang diserang badai. Aku sampai menikmati orgasme yang luar biasa karenanya. Seolah aku telah dilahirkan kembali dan diberikan kehidupan lain yang sama sekali berbeda…
Kurang lebih 15 menit kemudian gerakan Pak Sitor bertambah cepat. Tubuhnya menegang hebat. Aku merasakan basah di dalam rahimku oleh cairan hangat. Akhirnya kesampaian juga obsesi Pak Sitor terhadapku. Sekarang rahimku sudah menerima cairan spermanya yang panas dan membludak. Resmilah sudah aku menjadi miliknya….
Tubuhnya lalu rebah di atas tubuhku tanpa melepaskan penisnya dari dalam rahimku. Aku pun dari tadi telah sempat kembali orgasme. Butiran keringat kami membuat basah kain sprei yang telah kusut di sana-sini.
Beberapa waktu kemudian Pak Sitor menggulingkan badannya ke samping sambil menarikku sehingga kami berbaring berhadap-hadapan pada sisi tubuh kami masing-masing. Aku terkagum-kagum karena dalam posisi itu, penis Pak Sitor tetap berada dalam kepitan lubang kemaluanku. Satu hal yang tak pernah kudapatkan saat bersama Bang Ikhsan suamiku.
Ini bisa terjadi karena penis Pak Sitor panjang. Selain itu, juga kurasa karena ia begitu terangsang dengan diriku sehingga penisnya terus mengeras walaupun sudah memuncratkan air mani dalam jumlah banyak. Alasan yang terakhir ini tentu saja membuatku merasa sangat tersanjung dan merasa sangat berharga di hadapannya. Aku ternyata bisa membuat Pak Sitor terangsang dengan begitu hebatnya… Otomatis aku pun merasa sangat senang sudah bisa menyenangkan dan memuaskan nafsu seks Pak Sitor.
Kami lalu tertidur dengan alat kelamin kami masih bersatu, sementara di luar hujan masih saja turun.
Entah berapa lama kami tertidur. Mestinya tak terlalu lama tapi saat bangun aku merasa sangat segar. Aku terbangun karena gerakan-gerakan Pak Sitor yang rupanya telah bangun terlebih dahulu. Sambil mengumpulkan kembali memoriku yang beterbangan saat tertidur, aku mulai menyadari kembali keadaanku saat itu. Penis Pak Sitor ternyata masih mantap tertancap di kemaluanku, bahkan terasa keras sekali…
Sejenak akal sehatku kembali mampir. Gila! Aku telah bersetubuh dengan lelaki selain suamiku…! Sepanjang tidur tadi tubuhku telah dimasuki penis dan sperma Pak Sitor… Satu hal yang sama sekali tak pernah terbayangkan sebelumnya! Di sisi lain aku pun sadar kalau semuanya sudah telanjur. Aku tak mungkin kembali lagi. Sudahlah, biarlah semuanya mengalir begitu saja… Nafsuku yang sudah dikendalikan Pak Sitor lalu kembali menguasai diriku.
Dalam keadaan belum seratus persen sadar, aku segera tahu apa yang harus kulakukan. Aku harus bersiap-siap karena Pak Sitor akan menyetubuhiku lagi… Ya, kami sedang menjalani malam pertama kami… Pak Sitor pasti ingin kulayani lagi. Aku harus memastikan dia mendapatkan haknya atas diriku. Benar saja, tak lama Pak Sitor segera mengambil posisi di atas tubuhku. Genjotan kenikmatannya pun kembali dilancarkan terhadap diriku…
Saat itu tidak ada lagi batas di antara kami. Dalam hati, aku sebetulnya merasa telah berdosa kepada suamiku. Bagaimanapun, pikiran dan akal sehatku ternyata tetap tidak bisa menahan tubuh dan nafsuku yang telah dikuasai dan dikendalikan sepenuhnya oleh Pak Sitor.
Hingga tengah malam Pak Sitor kembali menggauliku sepuasnya. Aku pun tidak merasa sungkan lagi. Saat itu kami berdua telah mencapai titik paling intim dalam hubungan kami. Kami berdua sudah tidak merasa asing lagi satu sama lain. Aku mulai berpartisipasi secara aktif untuk saling memuaskan nafsu badani kami.
Dalam waktu singkat, aku pun sudah tidak merasa jijik lagi jika melakukan oral sex untuk Pak Sitor, seolah itu adalah salah satu menu biasa yang harus kutunaikan untuknya. Bahkan ketika ia mengutarakan niatnya untuk orgasme di dalam mulutku, aku serta merta menyanggupinya dengan sukarela. Malam itu untuk pertama kalinya aku mencicipi rasa air mani seorang lelaki dan menyantapnya dengan lahap…!
***
Sejak kejadian malam itu, hidupku berubah. Bagi seorang wanita seperti aku, sangat sulit rasanya untuk melepaskan diri dari situasi ini. Yang jelas, penyesalan sudah tak ada gunanya. Dari luar, orang-orang memandangku sebagai seorang istri yang berwibawa dan menjaga kehormatan. Akan tetapi semua itu jadi tak ada artinya di hadapan Pak Sitor. Ia telah berhasil menemukan celah yang tepat untuk menguasaiku. Ia telah berhasil menggauliku. Menjadikan diriku pemuas nafsu badaninya. Kehormatan dan perkawinan yang aku junjung pun luntur sudah. Apa lagi yang bisa kuperbuat…
Pak Sitor kini telah merasa jadi pemenang dengan kemampuannya menaklukkanku hingga aku tidak berdaya. Aku semakin tidak berdaya jika ia telah berada di dalam kamarku, untuk bersebadan dengannya. Kapan pun ia datang menagih jatahnya, pasti aku penuhi. Hanya jika aku sedang haid, aku bisa menolaknya.
Di hadapannya, posisiku tak lebih sebagai gundiknya. Hebatnya, ia bisa membuatku menikmati peranku sebagai pemuas nafsunya. Di sisi lain, aku pun sangat berterima kasih padanya karena semua itu tetap hanya jadi rahasia kami berdua. Di luar tembok rumahku dan rumahnya, kami kembali menjalani peran masing-masing di masyarakat.
Aku benar-benar terlena dan terbuai oleh gelombang gairah yang dipancarkan Pak Sitor. Aku heran karena Pak Sitor yang seusia dengan ayahku ini masih mampu mengalahkanku di ranjang dan membuatku orgasme berkali-kali. Tidak seperti suamiku yang hanya bisa membuatku orgasme sekali saja.
Kuakui aku jadi mendapat pengalaman baru yang memupuskan pendapatku selama ini bahwa laki-laki paro baya akan hilang keperkasaannya.
Suatu saat, sehabis kami berhubungan badan, aku bertanya padanya bagaimana ia bisa sekuat itu di usianya yang sudah tak muda lagi.
Pak Sitor bercerita bahwa ia sangat suka mengkonsumsi makanan khas Batak, nanigota, yang berupa sup daging dan darah anjing. Makanan itu diyakininya dapat menjaga dan menambah vitalitas pria.
Aku bergidik jijik dan mau muntah mendengarnya. Aku jadi ingat, pantas saja saat bersebadan dengannya bau keringatnya lain. Juga saat aku mengulum kemaluannya terasa panas dan amis. Rupanya selama ini Pak Sitor sering memakan makanan yang di agamaku diharamkan.
Pernah suatu kali aku kurang enak badan padahal Pak Sitor ngotot ingin mengajakku untuk bersetubuh. Aku pun dibelikannya makanan berupa sate. Saat aku santap, rasanya sedikit aneh. Setelah makan beberapa tusuk, aku merasakan tubuhku panas dan badanku seakan fit kembali. Setelah sate itu aku habiskan, kami pun melakukan persetubuhan dengan amat panas dan bergairah hingga aku mengalami orgasme sampai tiga kali. Tubuhku seakan segar bugar kembali dan enak sekali.
Setelah persetubuhan, Pak Sitor bilang bahwa yang aku makan tadi adalah sate daging anjing. Aku marah dan ingin memuntahkannya karena jijik dan kotor. Hanya karena pandainya ia memberiku pengertian, ditambah sedikit rayuan, aku jadi bisa menerimanya. Tetap saja kemudian aku memintanya untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Aku tak ingin memakannya lagi walaupun terus terang, aku pun mau tak mau harus mengakui khasiatnya… Ia berjanji untuk tidak mengulanginya lagi tanpa seizinku.
***
Selama aku bertugas di pulau itu hampir satu tahun, kami telah sering melakukan hubungan seks dengan sangat rapi. Tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Untungnya pula, akibat perbuatan kami ini aku tidak sampai hamil. Aku memang disiplin ber-KB supaya Pak Sitor bebas menumpahkan spermanya di rahimku.
Kapanpun dan di manapun, kami sering melakukannya. Kadang di rumahku, kadang di rumah Pak Sitor. Kadang kalau kupikir, alangkah bodohnya aku mau saja digauli di atas dipan kayu yang cuma beralaskan tikar usang. Kenyataannya, semua itu tak kupedulikan lagi. Yang penting bagiku hasratku terpenuhi dan Pak Sitor pun bisa memberinya.
Pernah suatu hari setelah kami bersebadan di rumahnya, Pak Sitor melamarku! Ia minta kepadaku untuk mau menikah dan hidup dengannya di pulau itu. Lamaran Pak Sitor ini tentu mengejutkanku. Rupanya Pak Sitor mulai mencintaiku sejak ia dengan bebas dapat menggauliku.
Memang selama hampir setahun terakhir ini kami berdua sudah menjalani hidup nyaris seperti sepasang suami istri namun tetap saja rasanya itu tidak mungkin sebab aku masih terikat perkawinan dengan suamiku dan aku pun tidak ingin menghancurkannya.
Lagi pula Pak Sitor seusia dengan ayahku. Apa jadinya jika ayahku tahu.
Di samping itu, keyakinan kami pun berbeda karena Pak Sitor seorang Protestan. Bagiku ini juga satu masalah. Memang, sejak berhubungan intim dengannya, aku tak lagi menjalankan agamaku dengan taat. Aku tak pernah sembahyang jika bersama Pak Sitor. Kebiasaan Pak Sitor menyantap daging anjing dan babi, juga menenggak tuak, sedikit demi sedikit mulai kuikuti.
Sekarang aku telah mahir pula memasakkan nanigota ataupun masakan lainnya yang sejenis untuk Pak Sitor. Ia sering memuji kalau masakanku jauh lebih enak daripada masakan di lapo di daerah kami. Beberapa kali ia bahkan mengundang kawan-kawannya dari luar pulau untuk dijamu dengan masakan khas Batak buatanku. Satu hal yang membuatku merasa bangga tentunya.
Kadang aku ikut pula menikmati makanan seperti itu. Sekedar menemaninya dan sebagai wujud toleransiku padanya. Lagipula, khasiat itu semua terhadap gairah seks kami telah terbukti… Entah sugesti atau bukan, yang jelas setiap kali aku ikut mencicipi masakan itu, akan langsung diikuti oleh persetubuhan yang hebat antara aku dan Pak Sitor semalam suntuk… Pak Sitor pun mengetahui hal itu. Karena itulah Pak Sitor selalu berusaha mati-matian membujukku untuk bersamanya menikmati hidangan itu setiap kali kami akan berhubungan badan.
Apapun, perbedaan agama itu tetap saja terasa menjadi ganjalan. Apalagi Pak Sitor bersikukuh untuk tidak meninggalkan keyakinannya. Ia mempersilakanku untuk tetap pada keyakinanku saat ini atau mengikuti keyakinannya jika aku mau hidup bersamanya. Buatnya itu tak jadi masalah.
Suatu saat, sepulangnya aku dari kerja, Pak Sitor ”menembakku”. Saat itu aku baru saja diantarnya pulang ke rumah dan aku sedang berganti pakaian di hadapannya. Di situ ia menyatakan cintanya padaku dan menanyakan apakah aku mencintainya juga. Tentu saja aku agak gelagapan memberinya jawaban. Aku berusaha menjawabnya sebijaksana mungkin.
Masih dalam keadaan setengah bugil, aku menghentikan aktifitasku. Kuraih tangannya dan kuajaknya duduk berdampingan di sisi tempat tidurku.
“Pak Sitor, aku pun mencintai Bapak dan yang jelas aku pun sangat menyukai nafkah batin yang Pak Sitor berikan padaku selama di sini,” kataku pelan-pelan sambil menatap matanya dalam-dalam untuk menyatakan ketulusan ucapanku.
“Tapi kuharap Pak Sitor juga paham kalau di lain pihak aku masih terikat pernikahan dengan Bang Ikhsan yang kunikahi atas dasar cinta pula…” lanjutku.
Suasana jadi hening sejenak. Kurasakan genggaman tangannya agak menguat meremas-remas tanganku yang halus.
“Yaah… seandainya saja, kita bertemu waktu Bu Reni masih gadis,” keluh Pak Sitor. “Mungkin…”
“Mungkin apa, Pak?”
“Mungkin sekarang kita sudah menikah… bukan sekedar kawin…” katanya sambil mengelus pundakku yang telanjang.
Mukaku jadi memerah karena tersipu.
“Pak Sitor….” kataku pelan sambil merebahkan kepalaku di pundaknya.
“Bu Reni,” kata Pak Sitor lagi sambil menegakkan kepalaku perlahan menatap kedua matanya.
“Ya, Pak..?”
“Bu Reni lebih mencintai yang mana…. Aku atau suami Ibu…?”
Mukaku yang putih bersih pun kembali memerah karena tersipu. Kali ini kurasa benar-benar seperti udang rebus.
“Aaaa…aah, Pak Sitoor…. Pertanyaannya kok susah-susah sih…?” jawabku manja sambil mencubit tangannya.
Pak Sitor jadi gemas melihat reaksiku yang mesra dan manja. Apalagi aku sudah dalam keadaan nyaris bugil. Kurasa nafsunya sudah naik sampai ke ubun-ubun. Ia pun segera membantuku melolosi sisa pakaian yang tersisa ditubuhku sebelum ia mencopoti pakaiannya sendiri.
Asyiik… aku akan disetubuhi lagi, pikirku girang. Tentu saja aku senang. Aku tak pernah tidak senang dalam melayani Pak Sitor. Di samping itu, kini dengan melayaninya di ranjang, aku jadi tak perlu menjawab pertanyaan terakhirnya yang susah tadi.
Pak Sitor pernah menanyakan padaku kenapa aku tidak hamil padahal setiap ia menyebadaniku spermanya selalu ia tumpahkan di dalam. Diutarakannya keinginannya yang kuat untuk mendapatkan anak dari rahimku. Aku jadi terharu karena itu membuktikan betapa besarnya cintanya padaku. Sebagai seorang istri yang sah dari suamiku, tentu saja aku jadi mengalami dilema.
Aku tidak memberitahunya jika aku ber-KB karena tidak ingin mengecewakannya. Jelas ia sebenarnya menginginkan aku hamil agar memuluskan langkahnya untuk memilikiku. Bahkan ia berusaha meyakinkanku untuk melihat siapa yang akan lebih dulu berhasil menghamiliku, dirinya atau suamiku. Seandainya ia yang berhasil pertama kali, Pak Sitor berkeras untuk menikahiku. Minimal secara adat. Tak peduli apakah aku harus bercerai dulu dengan Bang Ikhsan atau tidak. Satu permintaan yang wajar sebetulnya. Untuk menyenangkan dirinya, aku pun menyanggupinya.
Bukan main girangnya Pak Sitor mendengar kesanggupanku itu. Sejak itu, ia pun berusaha sekuat tenaga untuk membuatku hamil. Dengan rajinnya aku sering dibawakannya ramuan khas Batak untuk meningkatkan kesuburan. Entah terbuat dari apa saja, aku tak tahu. Untuk menyenangkan dirinya, dengan patuh semuanya selalu kuminum. Bagaimanapun, aku tetap lebih percaya dengan khasiat pil KB yang kuminum diam-diam secara teratur.
Ia bahkan sampai hafal kapan saat-saat suburku. Jika saat itu datang, ia telah memesan padaku bahwa itu adalah jatahnya. Sampai saat ini aku masih bisa mengabulkannya, dengan catatan jika nanti Bang Ikhsan telah pulang dan ia menagih jatahnya padaku tepat pada masa suburku, aku harus mendahulukannya. Pak Sitor cukup fair untuk menerima perjanjian itu.
Akan tetapi bukan Pak Sitor namanya kalau tidak lihai dan cerdik.
“Suami Ibu kan biasanya minta jatah malam hari,” katanya.
“Nah, berarti kalau siangnya jatahku, kan…?” tanyanya tersenyum nakal. Aku pun tak bisa berkutik menanggapi permintaannya.
Itulah sebabnya, saat tiba masa suburku, aku membiasakan diri minta izin untuk tak masuk kantor dengan berbagai alasan. Tujuan sebenarnya tentu saja untuk memenuhi keinginan Pak Sitor yang ingin menyetubuhiku seharian.
Bagaimanapun, aku tetap harus menyiasati agar ia tidak bermimpi untuk menikahiku. Kurasa hubungan ini hanya sebagai pelarianku dari kesepian selama jauh dari suamiku. Aku tak ingin sampai terjerumus lebih jauh lagi, walaupun selama ini apapun yang diminta Pak Sitor dari diriku sebisa mungkin selalu aku sanggupi.
Kuakui, sedikit banyak hubungan emosional antara diriku dengan Pak Sitor tetap ada. Ada keinginan yang tulus dari diriku untuk menyenangkannya dan melihatnya bahagia. Tentu saja selama aku tidak sampai mengorbankan jatah suamiku. Toh, aku pun secara tak langsung mendapat manfaatnya jika aku bisa menyenangkan dan memuaskan Pak Sitor. Aku jadi memiliki pelindung setia selama tinggal di pulau yang terpencil dan keras ini. Jadi keamananku terjamin, sesuai dengan yang diamanatkan suamiku kepada Pak Sitor. Tapi tentu saja tak boleh lebih jauh dari itu.
Jadi aku menjelaskannya pada Pak Sitor dengan lembut dan baik-baik suatu saat seusai kami berhubungan badan.
Aku bilang jika kelak aku pindah kerja, ia harus rela hubungan ini putus. Selama aku dinas di pulau ini dan suamiku tidak ada, ia kuberi kebebasan untuk memilikiku dan menggauliku. Syaratnya, asal jangan berbuat macam-macam di depan teman-teman kantorku yang kebetulan hampir semuanya penduduk asli pulau ini.
Akhirnya ia mau mengerti dan menerima alasanku. Ia berjanji akan menutup rapat rahasia kami jika aku pindah. Ia pun menerima segala persyaratanku karena rasa cintanya padaku.
Demikianlah, selama aku tugas di pulau ini, Pak Sitor terus memberiku kenikmatan ragawi tanpa ada batas sama sekali di antara kami. Walaupun demikian, aku tetap berusaha memegang prinsip bahwa cintaku hanya untuk suamiku. Kalau diibaratkan perjalanan, Pak Sitor adalah satu stasiun persinggahan yang harus aku singgahi.
Dalam hatiku, aku berjanji untuk menutup rapat rahasia ini karena tetap masih ada setitik penyesalan dalam diriku. Kadang aku mengganggap diriku kotor karena telah merusak kesucian pernikahan kami… Tapi sudahlah, mungkin ini memang tahapan kehidupan yang harus aku lewati…

Eni sampai ke puncak

$
0
0


aku mengikuti tour jasa wisata umum di kotaku untuk menuju ke pulau Bali. Bis direncanakan berangkat pukul 17.00 dari tempat jasa wisata tersebut. Peserta berkumpul dan mulai masuk bis yang disediakan dengan nomor kursi yang telah ditetapkan. Peserta kebanyakan kaum muda yang sedang lelah bekerja dan ingin santai menikmati suasana lain di luar kantor.
Oh iya sebelumnya aku perkenalkan dulu namaku Tony pegawai Bank swasta di kota Malang dan..
“Permisi, di sini tempat duduk Nomor 6B?”, tanyaku pada seorang wanita yang duduk di sebelah jendela dengan kaca mata hitam yang tetap terpasang di matanya.
“Oh iya benar, mari silakan”, jawabnya seraya melepas kacamata serta mengemasi barang-barangnya yang menempati tempat dudukku.
Aku taksir, dia berusia sekitar 26 tahun dengan tinggi badan berkisar 165, cukup tinggi tentunya, rambut hitam pekat, kulit putih mulus serta memakai baju yang cukup ketat dengan kancing terbuka sebiji dan warna kontras dengan kulitnya yang putih, alis matanya cukup tebal dan.., ukuran dadanya kuperkirakan 34 dengan cup B seolah akan menyembul keluar, aku menarik nafas dalam-dalam. Aku duduk dengan sedikit basa-basi menanyakan sudah berapa kali dia mengikuti acara seperti ini, dia jawab sering tetapi melalui biro jasa ini masih sekali.
Bis berjalan perlahan meninggalkan kota Malang, kami masih asyik berbincang sambil sesekali aku melirik bagian dada yang cukup menantang tersebut, kubayangkan seandainya dada tersebut dapat kuraih, ahh.., Gaya bicaranya yang lugas dan tanpa ditutup-tutupi membuatku betah untuk terus bercakap mulai masalah ringan sampai masalah yang spesifik. Dia bernama Eni.
“En.., Sorry ya kamu udah married ya”, tanyaku seenaknya.
“Lho kog nanyanya ke situ, emangnya kenapa sih Mas Ton”, rengeknya manja.
“Terus kalo aku udah merried kenapa dan kalo belum kenapa kog serius banget sih”, sambungnya sambil tersenyum.
“Eh nggak kog cuman nanya aja biar aku tahu siapa kamu, ntar kalo kita akrab aku takut ada yang marah”, jawabku pura-pura bingung.
“Aku cerita ya, nanti ganti kamu ya”, aku cuma mengangguk mendengarkan.
“Aku kawin muda 18 tahun karena kecelakaan Ton, dan setelah anakku lahir suamiku tidak bertanggung jawab terhadap keluarga, akhirnya aku bercerai dan melanjutkan kuliah sampai selesai dan berusaha sendiri dengan modal yang diberikan orang tuaku, aku bergerak dibidang percetakan, anakku berusia 7 tahun tinggal bersama orang tuaku hanya sesekali saja aku menjenguknya jika rindu, ah.., udah ah jangan diterusin, aku ke sini ini bukan untuk bagi cerita lho, aku pengin santai abis kerja gitu aja.., nah akupun juga demikian nggak pengin tahu kamu lebih jauh yang pentingsaat ini kita satu bis bersama kan”, jawabnya lugas.
“Iya deh sorry aku nggak nanya lagi”, sambil kutoleh wajahnya dan tak lupa kucuri pandang ke arah dada yang montok itu.
Malam semakin larut aku semakin akrab saja sama Eni, kusodorkan jaketku melihat dia merasa kedinginan karena AC di bis cukup kencang, sedangkan dia memakai pakaian yang cukup minim. Dia menerima dan menutupkan pada bagian depan dadanya. Eni kelihatan mulai mengantuk. Tanpa terasa Eni mulai terlelap dan bersandar di bahuku. Terasa hangat, dengan sedikit keberanian kujulurkan tanganku untuk memeluknya, aku beruntung karena dia tidak menghindariku bahkan semakin menempatkan diri dalam rengkuhanku.
Bis sudah memasuki kota Situbondo dan Eni semakin terlelap dalam tidurnya. Sebagai lelaki normal melihat hal seperti ini timbul rasa isengku setelah menyadari bahwa benda lunak di dada Eni menempel pada kulitku, lunak dan lembut apalagi pada waktu bis melewati jalan berliku dan bergelombang gesekan dadanya semakin kuat terasa, aku mulai merasakan ada yang bergerak di dalam celanaku, semakin keras dan keras.
Lampu bis dipadamkan dan kulihat bangku disebelah kiriku sudah terlelap juga. Aku mulai mengadakan kegiatan gerilya, dengan perlahan namun pasti kujulurkan tangan kananku yang sedang memeluk ke arah bawah ketiaknya, kusentuh dengan lembut gumpalan daging yang sejak tadi kuincar. Ah.., kenyal dan lembut, Eni menggeliat namun tetap diam, aksiku makin berani melihat kondisi ini, kusingkap perlahan kaosnya dari bawah melalui pinggangnya yang ramping, dengan berani kuraih payudaranya sebelah kanan dengan menyingkap BH-nya, kurasakan ujung payudaranya mengeras, kuusap lembut dan semakin mengeras, dia menggeliat terbangun sedikit mengerang dan berbisik, “Mas.., kamu nakal.., Jangan ah”, pintanya tanpa berusaha melarang lebih lanjut. Kenakalanku semakin menjadi, kucium wajahnya sekilas dia malu dan merunduk, menempelkan wajahnya di dadaku dan merunduk, kulanjutkan usahaku mengusap terus payudaranya yang kenyal.
Batang kemaluanku semakin mengeras tampaknya dan dia mengetahui, perlahan dia sentuhkan tangannya ke kemaluanku dan dia menatapku. “Aku.., Aku..”, belum sempat dia bicara, kusorongkan bibirku dan disahutnya dengan mesra. Kulihat sekelilingku masih tetap terlelap dan aku terus meremas payudaranya sambil mempermainkan puting susunya yang semakin mengeras tersebut. Aku semakin menjadi dan merasa aman saja karena bagian dada Eni tertutup dengan jaket hangatku, dan tangan Eni juga tidak diam dengan cekatan dan terampil tanpa komando dielusnya penisku dari luar yang semakin mengeras itu dan aku semakin tak tahan karena geli.
Waktu menunjukkan pukul 04.00 sat bis memasuki hotel di Bali, sesuai dengan kamar yang dipersiapkan aku bersebehan dengan kamar Eni, kubantu dia menurunkan barang-barangnya untuk dimasukkan dalam kamarnya.
Pada pengangkatan barang yang terakhir dipersilakannya aku duduk dulu, tapi aku sudah tidak sabar lagi, pintu kututup dan kuraih pinggang rampingnya, kusorongkan bibirku dan diraihnya dengan ganas. Aku dan dia saling melumat, tanganku mulai bergerak menangkap gumpalan di dadanya, sambil berjalan kududukkan dia di spring bed sambil kupeluk dan kuraba punggungnya, kini sampailah pada pengait BH, kutarik pengaitnya dan lepas, aku semakin bebas memegang buah dadanya dan dia menggeliat liar sambil mendesis, kancing T-shirt yang dikenakan kutarik sampai lepas dan dengan segera kulepas T-shirtnya. Aku terkagum, kulihat pemandangan yang sungguh menakjubkan gadis berbody bagus dengan dada terbuka tergolek indah, seperti gunung kecil yang mencuat dengan puncak coklat kemerahan manantang, kulit putih mulus dengan memakai celana panjang dia terpejam, mulutku mulai menyusuri wajah turun ke leher dan akhirnya menancap pada ujung payudaranya.., Kuhisap.., terus sambil tak henti-hentinya tanganku meraba pada bagian lain.
“Oh.., Mas.., Maass”, erangnya.
Tanganku mulai turun ke bawah, kubuka kancing celananya dan perlahan kumasukkan tanganku pada bagian lunak berbulu lebat dan mulai basah. Kuusap dengan lembut, dia tidak menolak bahkan memegang tanganku untuk lebih lama tinggal di tempat basah tersebut. Kumasukkan perlahan jari tanganku.., basah dan semakin basah, dia semakin liar bergerak dan kulihat wajahnya memerah. Tanganku berhenti pada benda kecil yang ada diantara bukit berbulu tersebut, dengan lincahnya kuputar-putar benda kecil yang bernama clitoris dan kudapatkan vaginanya semakin berair.
” Aku nggak tahan Mas.., ah.., aahh”, dipeluknya aku erat-erat dan mulutku masih tetap menghisap ujung buah dadanya. Dengan gerak gemulai dia menurunkan seluruh kain yang menempel di tubuhnya, kini semuanya nyata, gadis dengan kulit mulus tanpa cela tergolek mesra di ranjang. Dengan ada bagian hitam legam penuh bulu menarik sekali nampaknya.
Ditariknya dengan keras tanganku untuk menjauh dari kemaluannya, dan dengan tiba-tiba dia terbangun, didorongnya perlahan tubuhku sampai telentang dan dia mulai merabaku dengan ganas, ditariknya kancing bajuku, celanaku, semuanya terlepas tinggal celana dalamku saja, kami tersenyum dan dengan perlahan Eni mulai melakukan aksinya, dihisapnya dadaku dan dikecupnya perlahan, dia meraba celana dalamku dari luar pelan dan terasa nikmat, tangannya yang lentik mulai merambah ke dalam celana dalamku dan “Breet”, ditariknya keluar batang kemaluanku yang sudah tegak berdiri. “Woow”, serunya berdesah, “Belum pernah aku melihat benda yang seperti ini”.
Kulirik kemaluaku dengan ujung yang membonggol memerah dan berdenyut keras.
“Ini punya manusia apa kuda?”, tanyanya manja.
“Punya manusia dengan ukuran kuda”, jawabku terpejam dan pada saat itu pula kulihat ujung kemaluanku sudah masuk dalam mulut Eni. Memang kabarnya sih (nggak GR lho, pada waktu luang aku mencoba mengukur kemaluanku ternyata memiliki panjang 17,5 cm dan lingkarnya cukup segenggaman tangan normal) disedotnya kemaluanku sampai pipinya kelihatan cekung. Mataku terpejam merasakan nikmatnya sedotan Eni. Tanganku meremas rambutnya sambil sesekali kutarik rambutnya. Tidak berhenti sampai di situ saja biji kemaluanku tidak luput dari keganasan mulut Eni, terasa bergerinjal dan licin.
Aku mengerang dan Eni semakin gila memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya yang mungil dengan cepat keluar masuk sampai terlihat otot kemaluanku semakin memerah dan tanganku juga tidak mau diam dengan meraih kemaluan Eni, kukucek dengan jemariku memelintir clitorisnya. Dia mulai memuncak, dipegangnya gagang kemaluanku dan ditutunnya ke dalam liang vaginanya, dia mendudukiku.
” Sekarang ya Maass aku nggak kuat.., hoo”, erangnya.
Aku diam saja dan, “Brreess”, ditekannya kuat-kuat vaginanya menutupi kemaluanku. Aku geli bukan kepalang, tapi kulirik masih kepala kemaluanku saja yang tenggelam dalam vaginanya, digoyangnya lagi vaginanya perlahan, centi demi centi kemaluanku amblas dilahap vaginanya. Dia menjerit dan mengerang begitu merasakan vaginanya penuh dengan kemaluanku, sesak rasanya kemaluanku tidak dapat bergerak di dalam vaginanya.
Kami diam sejenak, aku rasakan kemaluanku seperti dipijat-pijat dan berdenyut, “aahh”, erangku. Eni mulai bergerak maju mundur dan naik turun. Semakin lama semakin cepat disertai erangan manja yang membuat aku semakin terangsang. Kupegang pinggangnya untuk membantu lancarnya gerak kemaluanku mengucek kemaluannya. Dan, “Ooohh.., dengan kuat sekali dia memelukku dengan kaku sambil berteriak histeris.
“Ampuun aku nggak kuat mau keluar Ton”, erangnya. Kurasakan semakin licin kemaluanku mengocek kemaluannya. Dipeluknya aku erat-erat dan kurasakan adanya kuku yang menancap di punggungku.
“Jangan gerak dulu Ton aku nggaak kuat..”, pintanya.
Kudiamkan kemaluanku tetap bersembunyi di vaginanya. Tidak lama kemudian dia lemas dan telentang, kulihat kemaluanku masih tegak berdiri dan siap menghunjam. Kuambil handuk dan kuusapkan pada vaginanya yang basah. Setelah kering kucoba memberikan rangsangan dengan membiarkan mulutku menjilatinya. Dan ajaib, Eni mulai terangsang lagi, Eni menggeliat begitu lidahku mempermainkan clitorisnya, kugigit kecil dan kudengarkan suara teriakannya semakin menjadi.
Disorongkan pantatnya dan hidungku ambles ke lubangnya, tercium bau segar vaginanya dan batang kemlauanku semakin keras memerah. Aku berdiri dengan memegang batang kemaluanku, kusibak rambut di seputar kemaluan Eni dan kugesek-gesekkan kepala kemaluanku menyodok clitorisnya, dia semakin menggila. Kutuntun pelan-pelan dan tidak seperti pertama tadi, batang kemaluanku lebih mudah menerobos vagina Eni yang sudah mulai membanjir itu.
Dengan lancar mulai kugerakkan keluar masuk ke vaginanya, Eni menggoyangkan pantatnya mengimbangi permainanku sembari tangannya menggapai punggungku dan sesekali desisan suaranya menambah rangsanganku.
“Teruus.., Toon,.. aahh”.
“Yaahh.
“Ahh.
Semakin lama semakin kurasakan mudah menggoyang kemaluanku dan terasa berkecipak suara beradunya vagina Eni dan kemaluanku. Kepalaku mulai hangat dan kemaluanku mulai meregang.
“Enn.., aahh.
“Apa Ton.
“Aku nggak kuat En.., Mau keluar.
“Aku sudah tiga kali Ton.., Tapi sebentar Ton.
Tiba-tiba ditariknya batang kemaluanku dan dikocok sambil mulutnya menghisap ujung kemaluanku, dengan rakusnya ditarik dan dimasukkan secara cepat kemaluanku pada mulutnya yang mungil dan tak henti-hentinya dia berguman, aku semakin geli dan geli, “aahh”, sesaat kemudian, “Srreett”, kurasakan ada sesuatu zat yang keluar dari kemaluanku dan tidak disia-siakan oleh mulut Eni, dihisap dan hisap terus, tak terasa mulut Eni penuh dengan tumpahan air maniku bahkan ada beberapa yang sampai ke pipinya. Dia tersenyum, dibersihkannya kemaluanku dengan mulutnya sambil terus diciumi tanpa henti dan pecah rasanya kepalaku menahan geli yang tidak terkira.
Aku tergeletak tak berdaya dengan keringat mengucur dari setiap centi tubuhku. Dipeluk, dikecupnya tubuhku oleh Eni. Dipegangnya kemaluanku yang mulai mengecil dan diciumnya kembali.
“Aahh.., sudah dulu ah.., aku masih payah”, pintaku manja.
“Enggak kog aku cuma membersiin yang tadi saja, ini masih ada sisanya kog”, sambil terus melumat kemaluanku dan menghisapnya hingga bersih.
“Terima kasih ya Ton.., kamu hebat”.
Kuusap rambut dan tubuhnya yang polos, “Ah.., sama saja, aku belum pernah merasakan hal yang heboh seperti ini”.
Paginya rombongan melanjutkan perjalanan ke obyek wisata dan aku tidak lepas-lepas mengamit lengan Eni dan dia bergelayut dengan manja.
Sepulang dari wisata Bali petualangan seks-ku dengan Eni terus berlanjut sampai Eni melangsungkan pernikahan. Sejak menikah kami tidak pernah lagi bertemu, karena Eni sekarang tidak lagi ada di kotaku.

Eni oh Reny

$
0
0


Cerita ini terjadi beberapa waktu yang lalu. Semuanya bermula ketika penerimaan mahasiswa baru di kampusku. O iya, aku adalah salah satu mahasiswa di salah satu perguruan tinggi ternama di kotaku. Saat itu, maklumlah namanya juga senior, maka semua mahasiswa baru baik itu mahasiswa baru cowok maupun cewek tunduk atas semua perintahku.
Pada hari kedua orientasi pengenalan kampus, aku berkenalan dengan seorang mahasiswa baru yang bernama Reny dan berasal dari luar pulau. Anaknya imut-imut, manis dan lucu, membuatku sangat tertarik kepadanya. Berbagai cara pun kucoba untuk melakukan pendekatan, sehingga berhasil menjadikannya pacar.

Singkat cerita, setelah dua bulan pacaran aku mengajak dia jalan-jalan ke rumahku yang kebetulan lagi kosong. Setelah sampai di rumah, kami bercerita sebentar, mulai dari hal-hal yang berbau kampus hingga menyentuh masalah seks. Ternyata ia melayaniku dengan semangat, sampai pikiranku pun melayang ke hal-hal yang tidak-tidak. Aku berusaha memancingnya terus dengan menambah bumbu-bumbu cerita, dan dia pun terangsang.
Perlahan-lahan kudekatkan tubuhku padanya dengan hati-hati, takut siapa tahu dia menolak. Diluar dugaan, dia tidak menghindar, maka kucoba lebih jauh lagi dengan cara menciumnya. Ternyata dia membalas kecupanku dengan penuh nafsu. Aku menjadi lebih berani lagi.
Aku berusaha untuk membuka baju dan celana panjang yang ia pakai. Ohh betapa indahnya bentuk tubuhnya ketika kulihat hanya menggunakan penutup buah dada dan celana dalam putihnya. Aku pun tidak tahan lagi, sambil mengulum bibirnya yang basah, aku pun membuka seluruh pakaianku. Dia terkejut dan takjub ketika melihat batang kemaluanku yang besar telah tegang.
Dia membuka penutup dada dan celana dalamnya dan memegang batang kemaluanku sambil berkata, “Kak, besar sekali punyamu, aku kok ingin mencobanya..!”
Sambil menahan nafsu, aku membaringkan Reny ke lantai.
Awalnya kami hanya bergelut dengan saling berpelukan saja, tetapi keinginan untuk melakukan yang lebih dari itu pun tidak dapat kami bendung lagi. Hingga pikiran sehat dan rasa ingin memeperlakukan Reny selayaknya wanita yang baik pun sirna saat itu. Kami saat itu sudah dilingkupi oleh keinginan birahi yang sangat tinggi.
“Ren.., aku ingin mencium milikmu, boleh kan..?” tanyaku merayunya.
“Oh.., Kak.. Lakukan saja, aku sudah tidak tahan lagi..!” jawabnya sambil tangannya mencoba memegang batang kemaluanku yang sudah berdiri tegak itu.
Kami saling melakukan oral seks dengan posisi 69. Kegiatan kami yang satu itu berlangsung hingga 10 menit, dan kami pun terhenti bersamaan karena rupanya sama-sama menginginkan hal yang lebih lagi.
Setelah itu aku mulai memasukkan batang kemaluanku ke dalam liang keperawanannya secara perlahan-lahan. Dia meringis menahan sakit yang teramat sangat, tapi tidak berusaha untuk menolakku. Aku pun bertambah semangat untuk mengocok liang keperawanannya dengan cepat sambil menggoyangkan pinggulku.
Setelah 15 menit kami bermain cinta, aku mengajaknya terbang ke alam nikmat.
Aku mendengarnya mendesis, “Ssshh.. ahh.. Kak.., nikmat sekali.., teruuss.. Kaak.. sepertinya ada yang mau keluaarr..”
Aku berpikir bahwa dia sudah mencapai orgasme yang pertama, terus saja aku mengocoknya dan tiba-tiba, “Kakk.. aku keluar..!” dan memuncratlah cairan kental berwarna putih kemerah-merahan, tanda bahwa keperawanannya telah kutembus.
Sampai empat kali dia mengalami orgasme. Dia kulihat mengalami lemas lunglai, sedangkan aku sendiri belum. Lama-kelamaan daya tahanku mulai berkurang juga. Sambil menahan rintihan kenikamatan, aku merasa spermaku sudah saatnya dikeluarkan. Aku pun mengeluarkan batang kemaluanku dari dalam liang kewanitaannya sambil mengerang.
“Aaahh.. Reny.. kamu betul-betul hebat sayang..!” dan cairan putih kental dari dalam batang kemaluanku tertumpah di wajahnya.
Dia kemudian menjilati batang kemaluanku yang besar itu sambil tersenyum puas.
Setelah bersih dari cairan sperma dan cairan kewanitaannya, aku pun mengecup bibirnya dengan hangat. Kami kembali melakukan percintaan sambil berpelukan di bawah lantai. Tidak terasa kami pun tertidur pulas.
Setelah terbangun, aku melihat Reny masih tertidur pulas di lantai. Aku duduk sebentar di sofa. Tiba-tiba aku teringat pengalaman masa lalu saat aku berumur 15 tahun. Aku mempunyai seorang tante yang bernama persis dengan nama pacarku ini. Ya, nama tanteku juga Reny. Waktu itu aku dan tante tinggal serumah, karena ayah dan ibuku lagi keluar kota untuk mengurus pernikahanpamanku.
Karena takut tidur sendiri, maka tanteku minta tolong agar aku menemaninya di kamarnya, kebetulan di kamar tanteku ada dua buah tempat tidur yang letaknya bersampingan. Malam itu entah karena kelelahan, aku dan tanteku lupa memasang anti nyamuk elektrik, dan bisa ditebak seluruh badanku diserbu nyamuk yang memang tidak tahu diri.
Tengah malam aku terbangun karena tidak tahan akan serangan nyamuk yang tidak tahu diri itu. Aku berbalik ke arah tanteku dan melihat dia tertidur pulas sekali. Karena kamar itu hanya diterangi lampu pijar 10 watt, maka samar-samar aku dapat melihat tubuh molek tanteku yang terbaring merangsang. O ya, walaupun sudah berumur 26 tahun, tanteku mempunyai wajah yang masih sangat muda dan cantik. Entah karena nafsu, aku memberanikan diri menghampiri tanteku. Kulihat daster yang dipakainya tersibak di bagian selangkangannya.
Aku mencoba mengintip dan melihat gundukan kecil dari balik celana dalamnya. Ah, betapa aku ingin melihat yang ada di balik celana dalam itu.
Tiba-tiba tanteku terbangun, “Hei.., apa yang kamu lakukan..?”
Karena terkejut, aku pun menjawab asal-asalan, “Tadi aku melihat tikus tante..”
Tante Reny menjerit sambil memelukku, “Ahh.., dimana tikusnya..?”
Sambil terbata-bata karena gugup, aku menjawab bahwa tikusnya sudah lari. Aku pun kembali ke tempat tidur dan akhirnya tertidur pulas hingga pagi hari.
Keesokan harinya, saat sarapan aku lihat tanteku tersenyum-senyum sendiri, tapi aku takut untukmenanyakannya. Aku merasa, kalau tanteku itu sepertinya mengetahui kelakuanku tadi malam, tapi karena memang aku masih merasa tidak enak dengan tanteku, maka aku pun diam saja.
Malam harinya aku sengaja tidak tidur agar bisa mengambil kesempatan seperti malam sebelumnya. Dan saat itu pun tiba. Tepat tengah malam, saat kulihat tanteku tertidur pulas, aku mengendap ke tempat tidurnya dan mencoba mengintip. Astaga, yang kulihat bukan lagi celana dalam putih yang biasa dipakainya, melainkan gundukan kecil yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Sambil membayangkan yang tidak-tidak, aku tidak menyadari bahwa celanaku sudah merosot turun. Ya, tanteku ternyata tidak tidur.
“Masih belum tidur, De..?” tanyanya.
Aku pun sadar karena tenyata tante Reny memegang batang kemaluanku dan berkata, “Wah.., sudah besar yaa..?”
“Ihh.., geli tante..!” jawabku mencoba menghindari pegangan tangannya di kemaluanku.
Tidak hanya itu saja, karena kemudian tanteku bagun dari tempat tidurnya dan langsung mengulum kemaluanku yang sudah jelas berdiri dengan tegaknya. Dia mengulum, hingga aku meringis menahan rasa nikmat dan sedikit kesakitan, karena memang tanteku terlalu bernafsu mengulum kemaluaku, hingga sempat giginya menyentuh batang rudalku. Tante Reny kemudian membuka seluruh pakaiannya dan menyuruhku untuk naik ke atas. Dia membimbingku untuk menindihnya.
“De.., ayo naik..! Tante tahu kok kamu juga ingin kan..?” katanya manis mencoba membujukku.
Aku pun naik dan tanteku membimbing batang kemaluanku yang saat itu masih belum terlalu besar masuk ke dalam liang kewanitaannya sambil mengerang.
“Ayo.. De.., kamu pasti bisa. Jangan diam begitu dong..! Gerakkan maju mundur. Ayoo, yahh.. begitu.., ahh enak De..!” katanya kesetanan.
Benar-benar aku mencoba mengerahkan segala kekuatan dan keahlian yang kudapat dari beberapa kali menonton film porno untuk menerapkannya pada perbuatan kami itu.
“Terus De.., terus.., tante merasa enak..!” katanya memuji goyangan tubuhku dan rudalku yang mencoba memuaskan gairah kenikmatan tanteku.
Aku pun merasa keenakan dan akhirnya, “Crutt.. crutt.. crutt..!” air maniku pun keluar.
“Wah.., belum apa-apa sudah keluar. Tapi tidak apa-apa.., wajar kok bagi pemula..”
“O ya.. tante.., normalnya berapa lama baru air mani keluar..?” tanyaku tanpa malu-malu lagi.
“Satu jam..” katanya sambil tersenyum simpul.
Kami terus saja melakukan hal itu dalam berbagai macam gaya. Aku tentu saja menikmatinya, karena itu merupakan pengalaman seks pertamaku.
Setelah malam itu, kami beberapa kali melakukan hubungan seks sampai daya tahanku betul-betul teruji. Kami melakukan diantaranya di kamar mandi, sofa dan tentu saja kamar tanteku. Memang saat-saat bersama tanteku dulu, merupakan kenangan yang indah untuk kehidupan seksku.
Aku terus saja melamun sampai kudengar suara Reny menegurku, ” Kak.., antarkan aku pulang..!” katanya sambil merangkul diriku.
“Eh, Reny.., kamu sudah bangun..?” tanyaku terbata-bata karena kaget.
“Kak.., lain kali kita bikin lagi yaa..?” pintanya manja.
“Iyalah.., nanti. Enakkan..?” tanyaku lagi.
“Iya.. Kakak hebat mainnya, Reny sampai ketagihan..!” katanya sambil merangkul tubuhku dengan erat dan kemudian mencium pipi kananku.
“Iya dong.., siapa dulu..!” balasku juga sambil mencim keningnya.
Hanya sebentar setelah percumbuan kami yang indah itu, kami berpakaian kembali dan membersihkan ruangan itu yang sempat agak berantakan. Kemudian aku pun mengantar Reny pulang dan tersenyum puas.

Eni yang sexy

$
0
0


Aku berusia 37 tahun saat ini, sudah beristeri dan mempunyai 4 orang anak. Rumahku terletak di pinggiran kota Jakarta yang bisa disebut sebagai kampung. Orang tuaku tinggal di sebuah perumahan yang cukup elite tidak jauh dari rumahku. Orang tuaku memang bisa dibilang berkecukupan, sehingga mereka bisa mempekerjakan pembantu. Nah pembantu orang tuaku inilah yang menjadi ‘pemeran utama’ dalam ceritaku ini.

Bapakku baru dua bulan yang lalu meninggal dunia, jadi sekarang ibuku tinggal sendiri hanya ditemani Enny, pembantunya yang sudah hampir 4 tahun bekerja disitu. Enny berumur 26 tahun, dia masih belum bersuami. Wajahnya tidak cantik, bahkan giginya agak tonggos sedikit, walaupun tidak bisa disebut jelek juga. Tapi yang menarik dari Enny ini adalah bodynya, seksi sekali. Tinggi kira-kira 164 cm, dengan pinggul yang bulat dan dada berukuran 36. Kulitnya agak cokelat. Sering sekali aku memperhatikan kemolekan tubuh pembantu ibuku ini, sambil membandingkannya dengan tubuh isteriku yang sudah agak mekar.

Hari itu, karena kurang enak badan, aku pulang dari kantor jam 10.00 wib, sampai di rumah, kudapati rumahku kosong. Rupanya isteriku pergi, sedang anak-anakku pasti sedang sekolah semua. Akupun mencoba ke rumah ibuku, yang hanya berjarak 5 menit berjalan kaki dari rumahku. Biasanya kalau tidak ada di rumah, isteriku sering main ke rumah ibuku, entah untuk sekedar ngobrol dengan ibuku atau membantu beliau kalau sedang sibuk apa saja.

Sampai di rumah ibuku, ternyata disanapun kosong, cuma ada Enny, sedang memasak.
Kutanya Enny, “En, Bu Dewi (nama isteriku) kesini nggak?”
“Iya Pak, tadi kesini, tapi terus sama temannya” jawab Enny.
“Terus Ibu sepuh (Ibuku) kemana?” Tanyaku lagi.
“Tadi dijemput Bu Ina (Adikku) diajak ke sekolah Yogi (keponakanku)”
“Oooh” sahutku pendek.
“Masak apa En? tanyaku sambil mendekat ke dapur, dan seperti biasa, mataku langsung melihat tonjolan pinggul dan pantatnya juga dadanya yang aduhai itu.
“Ini Pak, sayur sop”
Rupanya dia ngerasa juga kalau aku sedang memperhatikan pantat dan dadanya.
“Pak Irwan ngeliatin apa sih” Tanya Enny.
Karena selama ini aku sering juga bercanda sama dia, akupun menjawab, “Ngeliatin pantat kamu En. Kok bisa seksi begitu sih En?”
“Iiih Bapak, kan Ibu Dewi juga pantatnya gede”
“Iya sih, tapi kan lain sama pantat kamu En”
“Lain gimana sih Pak?” tanya Enny, sambil matanya melirik kearahku.
Aku yakin, saat itu memang Enny sedang memancingku untuk kearah yang lebih hot lagi.
Merasa mendapat angin, akupun menjawab lagi, “Iya, kalo Bu Dewi kan cuma menang gede, tapi tepos”
“Terus, kalo saya gimana Pak?” Tanyanya sambil melirik genit.
Kurang ajar, pikirku. Lirikannya langsung membuat tititku berdiri. Langsung aku berjalan kearahnya, berdiri di belakang Enny yang masih mengaduk ramuan sop itu di kompor.
“Kalo kamu kan, pinggulnya gede, bulat dan kayaknya masih kencang”, jawabku sambil tanganku meraba pinggulnya.
“Idih Bapak, emangnya saya motor bisa kencang” sahut Enny, tapi tidak menolak saat tanganku meraba pinggulnya.

Mendengar itu, akupun yakin bahwa Enny memang minta aku ‘apa-apain’. Akupun maju sehingga tititku yang sudah berdiri dari tadi itu menempel di pantatnya. Adduuhh, rasanya enak sekali karena Enny memakai rok berwarna abu-abu (seperti rok anak SMU) yang terbuat dari bahan cukup tipis. Terasa sekali tititku yang keras itu menempel di belahan pantat Enny yang, seperti kuduga, memang padat dan kencang.
“Apaan nih Pak, kok keras? tanya Enny genit.
“Ini namanya sony En, sodokan nikmat” sahutku.
Saat itu, rupanya sop yang dimasak sudah matang. Ennypun mematikan kompor, dan dia bersandar ke dadaku, sehingga pantatnya terasa menekan tititku. Aku tidak tahan lagi mendapat sambutan seperti ini, langsung tanganku ke depan, ku remas kedua buah dadanya. Alamaak, tanganku bertemu dengan dua bukit yang kenyal dan terasa hangat dibalik kaos dan branya.

Saat kuremas, Enny sedikit menggelinjang dan mendesah, “Aaahh, Pak” sambil kepalanya ditolehkan kebelakang sehingga bibir kami dekat sekali.
Kulihat matanya terpejam menikmati remasanku. Kukecup bibirnya (walaupun agak terganggu oleh giginya yang sedikit tonggos itu), dia membalas kecupanku. Tak lama kemudian, kami saling berpagutan, lidah kami saling belit dalam gelora nafsu kami. TItitku yang tegang kutekan-tekankan ke pantatnya, menimbulkan sensasi luar biasa untukku (kuyakin juga untuk Enny).

Sekitar lima menit, keturunkan tangan kiriku ke arah pahanya. Tanpa banyak kesukaran akupun menyentuh CDnya yang ternyata telah sedikit lembab di bagian memeknya.
Kusentuh memeknya dengan lembut dari balik CDnya, dia mengeluh kenikmatan, “Ssshh, aahh, Pak Irwan, paak.. jangan di dapur dong Pak”
Dan akupun menarik tangan Enny, kuajak ke kamarnya, di bagian belakang rumah ibuku.
Sesampai di kamarnya, Enny langsung memelukku dengan penuh nafsu, “Pak, Enny sudah lama lho pengen ngerasain punya Bapak”
“Kok nggak bilang dari dulu En?” tanyaku sambil membuka kaos dan roknya.
Dan.. akupun terpana melihat pemandangan menggairahkan di tubuh pembantu ibuku ini.

Kulitnya memang tidak putih, tapi mulus sekali. Buah dadanya besar tapi proporsional dengan tubuhnya. Sementara pinggang kecil dan pinggul besar ditambah bongkahan pantatnya bulat dan padat sekali. Rupanya Enny tidak mau membuang waktu, diapun segera membuka kancing bajuku satu persatu, melepaskan bajuku dan segera melepaskan celana panjangku.

Sekarang kami berdua hanya mengenakan pakaian dalam saja, dia bra dan CD, sedangkan aku hanya CD saja. Kami berpelukan, dan kembali lidah kami berpagut dalam gairah yang lebih besar lagi. Kurasakan kehangatan kulit tubuh Enny meresap ke kulit tubuhku.
Kemudian lidahku turun ke lehernya, kugigit kecil lehernya, dia menggelinjang sambil mengeluarkan desahan yang semakin menambah gairahku, “Aahh, Bapak”

Tanganku melepas kait branya, dan bebaslah kedua buah dada yang indah itu. Langsung kuciumi, kedua bukit kenyal itu bergantian. Kemudian kujilati pentil Enny yang berwarna coklat, terasa padat dan kenyal (Beda sekali dengan buah dada isteriku), lalu kugigit-gigit kecil pentilnya dan lidahku membuat gerakan memutar disekitar pentilnya yang langsung mengeras.

Kurebahkan Enny ditempat tidurnya, dan kulepaskan CDnya. Kembali aku tertegun melihat keindahan kemaluan Enny yang dimataku saat itu, sangat indah dan menggairahkan. Bulunya tidak terlalu banyak, tersusun rapi dan yang paling mencolok adalah kemontokan vagina Enny. Kedua belah bibir vaginanya sangat tebal, sehingga klitorisnya agak tertutup oleh daging bibir tersebut. Warnanya kemerahan.
“Pak, jangan diliatin aja dong, Enny kan malu” Kata Enny.

Aku sudah tidak mempunyai daya untuk bicara lagi, melainkan kutundukkan kepalaku dan bibirkupun menyentuh vagina Enny yang walaupun kakinya dibuka lebar, tapi tetap terlihat rapat, karena ketebalan bibir vaginanya itu. Enny menggelinjang, menikmati sentuhan bibirku di klit-nya. Kutarik kepalaku sedikit kebelakang agar bisa melihat vagina yang sangat indah ini.
“Enny, memek kamu indah sekali, sayang”
“Pak Irwan suka sama memek Enny? tanya Enny.
“Iya sayang, memek kamu indah dan seksi, baunya juga enak” jawabku sambil kembali mencium dan menghirup aroma dari vagina Enny.
“Mulai sekarang, memek Enny cuma untuk Pak Irwan” Kata Enny.
“Pak Irwan mau kan?”
“Siapa sih yang nggak mau memek kayak gini En?” tanyaku sambil menjilatkan lidahku ke vaginanya kembali.
Enny terlihat sangat menikmati jilatanku di klitorisnya. Apalagi saat kugigit klitorisnya dengan lembut, lalu lidahku ku masukkan ke liang kenikmatannya, dan sesekali kusapukan lidahku ke lubang anusnya.
“Oooh, sshshh, aahh.. Pak Irwan, enak sekali Pak. Terusin ya Pak Irwan sayang”

Sepuluh menit, kulakukan kegiatan ini, sampai dia menekan kepalaku dengan kuat ke vaginanya, sehingga aku sulit bernafas”Pak Irwan.. aahh, Enny nggak kuat Pak.. sshh”Kurasakan kedua paha Enny menjepit kepalaku bersamaan dengan itu, kurasakan vagina Enny menjadi semakin basah. Enny sudah mencapai orgasme yang pertama. Enny masih menghentak-hentakkan vaginanya kemulutku, sementara air maninya meleleh keluar dari vaginanya. Kuhirup cairan kenikmatan Enny sampai kering. Dia terlihat puas sekali, matanya menatapku dengan penuh rasa terima kasih. Aku senang sekali melihat dia mencapai kepuasan.

Tak lama kemudian dia bangkit sambil meraih kemaluanku yang masih berdiri tegak seperti menantang dunia. Dia memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya, dan mulai menjilati kepala kemaluanku. Ooouugh, nikmatnya, ternyata Enny sangat memainkan lidahnya, kurasakan sensasi yang sangat dahsyat saat giginya yang agak tonggos itu mengenai batang kemaluanku. Agak sakit tapi justru sangat nikmat. Enny terus mengulum kemaluanku, yang semakin lama semakin membengkak itu. Tangannya tidak tinggal diam, dikocoknya batang kemaluanku, sambil lidah dan mulutnya masih terus mengirimkan getaran-getaran yang menggairahkan di sekujur batang kemaluanku.

“Pak Irwan, Enny masukin sekarang ya Pak?” pinta Enny.
Aku mengangguk, dan dia langsung berdiri mengangkangiku tepat di atas kemaluanku. Digenggamnya batang kemaluanku, lalu diturunkannya pantatnya. Di bibir vaginanya, dia menggosok-gosokkan kepala kemaluanku, yang otomatis menyentuh klitorisnya juga. Kemudian dia arahkan kemaluanku ke tengah lobang vaginanya. Dia turunkan pantatnya, dan.. slleepp.. sepertiga kemaluanku sudah tertanam di vaginanya. Enny memejamkan matanya, dan menikmati penetrasi kemaluanku.

Aku merasakan jepitan yang sangat erat dalam kemaluan Enny. Aku harus berjuang keras untuk memasukkan seluruh kemaluanku ke dalam kehangatan dan kelembaban vagina Enny. Ketika kutekan agak keras, Enny sedikit meringis.
Sambil membuka matanya, dia berkata, “Pelan dong Pak Irwan, sakit nih, tapi enak banget”.
Dia menggoyangkan pinggulnya sedikit-sedikit, sampai akhirnya seluruh kemaluanku lenyap ditelan keindahan vaginanya.

Kami terdiam dulu, Enny menarik nafas lega setelah seluruh kemaluanku ‘ditelan’ vaginanya. Dia terlihat konsentrasi, dan tiba-tiba.. aku merasa kemaluanku seperti disedot oleh suatu tenaga yang tidak terlihat, tapi sangat terasa dan enaak sekali. Ruaar Biasaa! Kemaluan Enny menyedot kemaluanku!

Belum sempat aku berkomentar tentang betapa enaknya vaginanya, Ennypun mulai membuat gerakan memutar pinggulnya. Mula-mula perlahan, semakin lama semakin cepat dan lincah gerakan Enny. Waw.. kurasakan kepalaku hilang, saat dia ‘mengulek’ kemaluanku di dalam vaginanya. Enny merebahkan badannya sambil tetap memutar pinggulnya. Buah dadanya yang besar menekan dadaku, dan.. astaga.. sedotan vaginanya semakin kuat, membuat aku hampir tidak bertahan.

Aku tidak mau orgasme dulu, aku ingin menikmati dulu vagina Enny yang ternyata ada ‘empot ayamnya’ ini lebih lama lagi. Maka, kudorong tubuh Enny ke atas, sambil kusuruh lepas dulu, dengan alasan aku mau ganti posisi. Padahal aku takut ‘kalah’ sama dia.

Lalu kusuruh Enny tidur terlentang, dan langsung kuarahkan kemaluanku ke vaginanya yang sudah siap menanti ‘kekasihnya’. Walaupun masih agak sempit, tapi karena sudah banyak pelumasnya, lebih mudah kali ini kemaluanku menerobos lembah kenikmatan Enny.

Kumainkan pantatku turun naik, sehingga tititku keluar masuk di lorong sempit Enny yang sangat indah itu.
Dan, sekali lagi akupun merasakan sedotan yang fantastis dari vagina Enny. Setelah 15 menit kami melakukan gerakan sinkron yang sangat nikmat ini, aku mulai merasakan kedutan-kedutan di kepala tititku.
“Enny, aku udah nggak kuat nih, mau keluar, sayang”, kataku pada Enny.
“Iya Pak, Enny juga udah mau keluar lagi nih. Oohh, sshh, aahh.. bareng ya Pak Irwan.., cepetin dong genjotannya Pak” pinta Enny.

Akupun mempercepat genjotanku pada lobang vagina Enny yang luar biasa itu, Enny mengimbanginya dengan ‘mengulek’ pantatnya dengan gerakan memutar yang sangat erotis, ditambah dengan sedotan alami didalam vaginanya. Akhirnya aku tidak dapat bertahan lebih lama lagi, sambil mengerang panjang, tubuhku mengejang.
“Enny, hh.. hh, aku keluar sayaang”
Muncratlah air maniku ke dalam vaginanya. Di saat bersamaan, Enny pun mengejang sambil memeluk erat tubuhku.
“Pak Irwaan, Enny juga keluar paakk, sshh, aahh”

Aku terkulai di atas tubuh Enny. Enny masih memeluk tubuhku dengan erat, sesekali pantatnya mengejang, masih merasakan kenikmatan yang tidak ada taranya itu. Nafas kami memburu, keringat tak terhitung lagi banyaknya. Kami berciuman.

“Enny, terima kasih yaa, memek kamu enak sekali” Kataku.
“Pak Irwan suka memek Enny?”
“Suka banget En, abis ada empot ayamnya sih” jawabku sambil mencium bibirnya.
Kembali kami berpagutan.
“Dibandingin sama Bu Dewi, enakan mana Pak?” pancing Enny.
“Jauh lebih enak kamu sayang”
Enny tersenyum.
“Jadi, Pak Irwan mau lagi dong sama Enny lain kali. Enny sayang sama Pak Irwan”
Aku tidak menjawab, hanya tersenyum dan memeluk Enny. Pembantu ibuku yang sekarang jadi kekasih gelapku.


E N D



Ceu kokom yang nakal

$
0
0
Selesai berpamitan dengan Bi Neneng (plus pengalaman seks utuh bersamanya yang tak terlupakan) akupun langsung pulang karena keletihan sekaligus kepuasan dan aku langsung menunda niatku untuk berkeliling lagi untuk sekdar berpamitan dengan segenap tetangga yang kenal dekat. Esok paginya aku menghabiskan banyak waktu hanya untuk banyak melamun sekedar untuk mengenang bagaimana nikmatnya seks utuh pertamaku yang kualami kemarin denga sebegitu indahnya tak terkatakan.
pada siang harinya aku langsung melanjutkan niatku kemarin untuk berkeliling-keliling ketetangga-tetangga yang lain sekedar hanya untuk berpamitan dan mengobrol-ngobrol ringan sebelum kepergianku untuk pindah ke Padang yang memang jauh dan entah kapan lagi aku kembali karena tak tahu kapan aku bisa kembali pulang walau hanya untuk berkangen ria dengan sanak famili dan tetangga-tetanggaku di sini yang sebenarnya sudah nyaman di hati kecilku ini. Aku memulai berkeliling untuk hari ini dengan menuju rumah Kang Cecep yang juga masih bisa di katakan tetangga dan juga dekat dengan diriku dan keluarga besarku. Setelah sampai Disana aku malah bertemu juga dengan Ceu Kokom yang juga kebetulan lagi mampir juga ke rumah Kang Cecep, entah ada keperluan atau hanya sekedar mampir sambil mengobrol-ngobrol saja disana tapi yang ku tahu memang biasanya di sini antar tetangga saling rukun dan saling kunjung-mengunjungi satu sama lain termasuk cue kokom yang sering mampir ke rumah kang cecep walaupun cuman sekedar untuk ngobrol-ngobrol gak jelas juntrungannya. Ceu Kokom sebenarnya dia sudah pindah dari rumah, tetapi memang beberapa hari ini ceu kokom sedang menginap di rumah orangtuanya karena memang ibunya sedang ke rumah neneknya di Banjar jadi ceu kokom lagi nunggu rumah orangtuanya entah aku juga tak tahu kapan ibu ceu kokom akan pulang padahal kan aku juga ingin berpamitan dengan ibu nya ceu kokom karena memang aku dan keluarga besarku juga dekat dengan beliau malah aku sering makan di rumahnya dan memang masakan ibu nya ceu kokom lebih enak dari masakannya ceu kokom tapi entah kalau sekarang barangkali ceu kokom sudah pintar memasak.

Ketika ceu kokom mengetahui aku main kerumah kang cecep karena selain ingin ngbrol-ngobrol juga ingin pamitan karena aku akan pindah ke padang untuk melanjutkan sekolahku dan entah kapan lagi akan kembali kesini karena belum tentu untuk kembalinya kesini, Ceu Kokom malah menawarkanku untuk sekedar mampir bersamanya kerumahnya dan menyuruhku untuk makan siang bersama disana. Pucuk dicinta ulam tiba Karena memang siang itu belum makan dan sedang lapar-laparnya, aku langsung setujui saja penawaran baik dari ceu kokom sambil sekalian pengen mencicipi masakannya yang sekarang dan berharap masakannya yang sekarang sudah lebih enak dari yang dulu, sekalian juga aku ingin berpamitan dengan segenap keluarganya. Lalu Ceu Kokom dan aku bersama-sama ke rumahnya sambil sepanjang jalan ngobrol dengan apa saja yang di obrolkan.

“Baru jam dua belas nih. Adekku dan bapakku baru pulang jam nanti jam setengah dua-an. Gimana? Mau makan duluan atau mau nunggu aja sekalian biar bisa makan bareng?”, tanya Ceu Kokom.

Karena niatku dari awal memang ingin bertemu dengan keluarga ceu kokom jadi akhirnya kuputuskan saja untuk menunggu semua keluarga ceu kokom pulang agar bisa berkumpul bersama sakalian bisa ngobrol-ngobrol bareng walaupun nantinya aku akan pindah dari sini.

Tak lama kami sampai di rumah ceu kokom, langsung terdengar suara bayi yang menangis. Rupanya itu suara tangisan bayinya Ceu Kokom. Karena memang aku ingin kenal dengan bayinya yang memang belum pernah ku lihat sejak dia pindah jadi aku penasaran juga ingin melihat bayinya ceu kokom di kamar, aku ikuti ceu kokom yang masuk ke dalam kamarnya dan melihat bayinya, ternyata bayi ceu kokom adalah seorang bayi laki-laki yang montok dan lucu tapi pada dasarnya bayi itu memang lucu dan menggemaskan bila dilihat.
“namanya siapa ceu?” tanyaku.
“o..Namanya Andi Ahmad, panggilannya Andi”, kata Ceu Kokom sambil meraih bayinya, kemudian ceu kokom langsung menggendong si andi dalam dekapannya dan langsung mengeluarkan sebelah susunya dari kerah bajunya dengan memelorotkan sebelah bh-nya agar bisa untuk segera menyusui si bayi. Tapi ternyata memang bayinya sedang tidak mau menyusu atau memang lagi tidak selara atau apa jadinya si bayi malah tidak mau menyusu dan masih terus menangis walaupun lebih pelan karena sudah di dekapan ceu kokom. Rupanya si bayi tidak mau menyusu bukan karena dia lagi tidak selera atau karena sedang tapi karena si bayi ternyata ngompol dan itu membuat si bayi tidak nyaman melakukan apapun karena ternyata memang pempersnya penuh dengan pipis si bayi yang mungkin sudah mengompol dari tadi.
“Sekalian kita mandi saja ya sayang..”, kata Ceu Kokom kepada bayinya sambil mencopoti baju bayi dengan pelan-pelan dan ternyata si bayi juga nurut dan sudah tidak mengis lagi entah karena memang senag akan di mandikan atau karena sudah nyaman di dalam dekapan si ibunya tapi yang jelas waktu melihatnya tidak menangis lagi malah tambah lucu dan menggemaskan rasanya ingin ku gigit karena sangat menggemaskan walupun hanya dengan melihatnya saja.

“Jar, isi baknya si andi dengan air ya, terus jangan lupa tuangin air panas yang udah disiapin di teko ke bak mandi bayi-nya, Andi mau dimandiin”, katanya kepadaku. Sambil terus menimang-nimang sayang bayi-nya dengan penuh kasih sayang.

Aku yang memang senang dengan bayi jadi ingin ikut pula memandikan si bayi walaupun tak ikut menyabuni atau apapun tapi hanya sekedar melihatnya ketika si bayi sedang di mandikan saja. “Tititnya kecil ya..”, kataku.
“Namanya juga bayi”, kata Ceu Kokom.
“Eh, bagaimana titit kamu? Sudah nambah panjang lagi nggak?”, Ceu Kokom tiba-tiba teringat dengan proyek pembesaran penisku.
“pasti dong. Kan berkat saran Ceu Kokom”, aku meyakinkan bahwa penisku lebih panjang lagi.
“emang masih dilakuin apa yang ku saranin” tanya ceu kokom.
“pasti dong. Kan kata ceu kokom gedean dikit lebih baik.” Ujarku.
“tuh pinter. Kan kalo gedean dikit cewek emang lebih seneng asal jangan kegedean loh..” jelas ceu kokom
“emang kenapa ceu?” tanyak.
“malah sakit kalo kegedean kan gak enak rasanya nanti” jelasnya lagi.

Selesai memandikan si bayi ceu kokom langsung kembali kekamar dengan aku masih membuntuti nya dari belakang dan memakaikan bedak dan bajunya si bayi sekarang jadinya si bayi harum banget khas bayi jadi seneng banget ciumin pipinya, kemudian ceu kokom kembali mendekap bayinya dan mengeluarkan kembali susu nya setelah melorotkan kerah bajunya yang lentur dan longgar dengan tak lupa melorotkan bh nya juga ia menyusui bayinya dengan santai seperti tak ada aku padahal mataku dari tadi sudah melotot melihat susunya yang di keluarkannya itu apa ceu kokom tidak merasa kalau aku dari tadi merhatiin dia atau emang ceu kokom kelakuannya begitu tapi entahlah karena memang si bayi tak lama menyusu karena sudah tertidur dan kemudian ceu kokom menidurkan kembali bayinya di tempat tidur dengan di kelilingi bantal dan guling yang tinggi. Lalu ia bergegas menuju kebelakang untuk langsung ke kamar mandi.
“Aku mandi dulu ya..” ujar ceu kokom.
“Boleh lihat lagi seperti dulu nggak?”, aku keceplosan ngomong. Ceu Kokom terhenti langkahnya.
“Sebagai kenang-kenangan”, kataku asal saja. Ceu Kokom memandangku,
”Ayo.. tapi Tolong tutup dulu pintu depan ya..”, katanya mengizinkan.

Aku langsung bergegas menuju pintu depan tempat ku masuk kerumah ini dan langsung menutup pintunya serapat-rapatnya dan tak lupa menguncikannya dari dalam sekencang-kencangnya agar tak ada yang mencurugai, apa kata orang kalau ada yang tau perbuatan kami nantinya.
“Kamu bugil juga”, Ceu Kokom menyuruhku bugil sambil dia mencopoti seluruh pakaiannya.

Semua pakaiannya sudah di gantungkan di gantungan baju yang ada di kamar mandi ini dan kemudian ceu kokom melepasi bh nya yang kemudian di lanjutkan dengan meloroti cd nya dan di gantungkannya di gantungan bajunya juga. Ada melihat tubuh putih ceu kokom yang masih tetap mulus semulus terakhir kali aku melihatnya secara langsung tapi memang tak bisa di pungkiri ada sedikit perubahan tapi menurutku hanya sedikit sekali perubahan itu terjadi pada tubuh ceu kokom karena saat aku melihat tubuh bugil Ceu Kokom, sekarang hanya sedikit lebih gemuk dan susunya membesar yang membuatku menarik nafas dalam-dalam karena hanya melihat kedua susunya yang semakin membesar dari terakhir kali aku melihatnya.

“ehm..Beda ya? Karena aku sudah punya bayi ya..kayak gini jadinya”, katanya menjelaskan dengan sedikit malu-malu terlihat di wajahnya walau aku tak bertanya tentang tubuhnya yang kini sudah sedikit berubah, hanya sedikit sekali yang berbah dari tubuhnya di mataku.
“Kamu juga bedaan dari yang dulu, badanmu sekarang jadi tinggian lagi, lebih berisi, juga burungmu tuh.. kelihatannya makin gedean, makin panjangan”. Ucapnya dengan senyum simpul tersungging di bibirnya karena telah melihat tubuh bugilku ini

Lalu ceu kokom kemudian berdiri di bak mandi yang hanya sebatas pinggang dan langsung mengambil gayung yang kemudian langsung mandi tapi sejujurnya ketika dia mandi terlihat begitu seksi dimataku, tubuhnya berkilauan di terpa cahaya dari sela-sela fantilasi belum lagi kedua susunya yang makin membesar itu bergoyang-goyang seirama tubuhnya yang selalu bergerak-gerak apalagi kalau melihat pantatnya yang selalu melenggok-lenggok benar-benar membuat nafsuku langsung naik ke ubun-ubun rasanya.

Melihatnya ceu kokom yang sedang mandi bagitu, aku jadi tambah ngaceng sampai penisku agak nyeri karena sudah begitu kerasnya walaupun hanya dengan melihat ceu kokom mandi bugil di depanku bahkan waktu pas ceu kokom berbalik selelsai membasuh seluruh tubuhnya dengan air dia hanya memendang ku dan dia tersenyum simpul karena melihatku yang sedang ngaceng sekeras-kerasnya. Ceu kokom memandangi penisku yang saat ini sudah ngaceng bergitu kerasnya mennjuk-nunjuk ke arah nya yang sedang kutatap penuh nafsu tapi sepertinya ceu kokom tahu dengan pandangan buas ku dan mengacungkan jempolnya untuk memuji penisku yang sekarang sudah sedikit lebih besar dan panjang dari terakhir kali ceu kokom melihatnya di tahun kemarin. Hanya dengan melihat tubuhnya yang sekarang sudah lebih montok membuatku begitu Tak tahan lagi untuk tidak menyentuhnya walaupun hanya secuil saja, aku berjalan menghampiri ceu kokom yang membelakangiku sambil terus perlahan-lahan ceu kokom terus mengguyur tubuhnya dengan air yang membuatnya sungguh seksi dimataku yang kemudian langsung menyergapnya dan memeluknya dari belakang. Dia agak sedikit terkejut barangkali karena aku menyergapnya dengan cepat sehingga ceu kokom sedikit tergaket dan langsung menoleh kebelakang sambil terus membiarkanku untuk sekedar memeluk dari belakang sambil ceu kokom meneruskan mandi dengan aku yang juga ikut terguyur air dengan tubuhku semakin merapat di punggungnya dan dengan penisku yang sudah ngaceng berada tepat di antara kedua belah pantatnya yang sungguh menggugah nafsuku itu tapi tetap saja ceu kokom diam saja dengan apa yang kulakukan entah dia merasa kasihan padaku atau kerena sesuatu hal yang lain tapi yang jelas benar-benar kunikmati momen-momen penting dalam hidupku ini walaupun mungkin hanya sebentar saja. Tanganku yang tadinya memeluk perut dan pinggangnya perlahan-lahan memberanikan diri untuk dapat menggerayangi susunya dengan perlahan, saat pertama kali menyentuh susunya rasanya aku seperti merinding entah karena apa aku merinding tapi itu semua cuman sesaat karena setelah itu nafsuku seperti semakin meladak di dadaku waktu kedua tanganku mengelusi kedua bongkahan susu ceu kokom yang ternyata begitu halus dan begitu kejal sehingga tanganku seperti tak mau berhenti untuk meremasi kedua susunya walaupun dengan halus aku meremasnya karena takut menyakiti ceu kokom, lalu dengan lebih memberanikan diri aku mengarahka tanganku untuk turun lebih kebawah untuk dapat menggerayangi dan juga membelai-belai mesra bulu-bulu jembutnya yang ternyata halus dan tidak kasar entah kenapa bisa halus seperti itu tapi yang jelas ternyata vaginanya juga malah lebih lembut lagi ketik ku sentuh. Saat aku terus menerus sedang menggerayangi vagina lembut milik ceu kokom ini, ternyata tanpa aku sadari Ceu Kokom makin lama makin membuka selangangannya sedikit demi sedikit sehingga membuatku sedikit lebih mudah bagiku menemukan itil-nya yang kecil tapi menggemaskan itu setidaknya bagiku tapi yang membuatku begitu berkobar-kobar adalah vaginanya karena lubang vaginanya sungguh sangat lembut sekali bahkan vagina ceu kokom mungkin vagina terlembut yang pernah kupegang walaupun persisnya aku tidak tahu perbedaan semua vagina-vagina yang pernah kusentuh entah karena lupa atau memang karena sedang terfokus semua pikiran ku pada kelembutan vaginanya yang begitu lembut dan empuk yang menggunung.

Dengan tetap berdiri Di belakang ceu kokom aku terus berusaha untuk menempelkan dan terus menggesek-gesekkan penisku ke tubuh ceu kokom yang sedikit licin karena guyuran air untuk mandi kami berdua, pantatnya begitu montok jadi begitu terasa sekali di penisku saat tegencet diantara belahan kedua buah pantatnya yang ku akui itu cukup nikmat dan belum lagi tanganku yang selalu membelai-belai dengan mesra lubang vaginanya yang ku akui sangat lembut bahkan mungkin yang paling lembut nan basah pastinya walaupun agak sedikit kesat kurasakan di jarikuentah karena terus menerus terguyur air jadinya kesat seperti itu ataukan memang seperti itulah vagina ceu kokom tapi yang jelas aku tak tahu persis tentang itu dan aku hanya berusaha untuk terus menikmati detik-demi detik untuk menyemai nikmat bersama ceu kokom yang montok ini. Ceu Kokom kemudian menghentikan mandinya bersamaku yang saat itu kami berdua sudah basah dengan guyuran air yang terus-menerus di guyurkan oleh ceu kokom, kemudian sebelah tangan ceu kokom terulur kebelakang lalu memegang penisku yang saat berada tepat dibelakangnya atau lebih tepatnya di antara kedua belah pantat seksi nya, tanpa ku duga tiba-tiba tubuh ceu kokom sedikit agak membungkung dengan kedua tangannya bertopang pada bibir bak mandi dan posisinya seperti orang menungging lalu benar-benar menungging dengan pantat semok nya seperti terangkat ketas sehingga terlihatlah juga vagina ceu kokom yang memang benar-benar menggunung cembung alias tembem dengan helaian-helaian bulu jembut yang halus itu dan perlahan-lahan kemudian tangannya mengarahkan penisku untuk dapat ditempelkannya ujung penisku tepat di pintu lubang kemaluannya yang begitu lembut dan basah itu dengan menghantarakan gelombang-gelombang kenikmatan yang halus .dan sungguh menghanyutkan tapi belum sempat aku bereaksi, tiba-tiba saja ceu kokom mendadak langsung menggerakkan pantatnya mundur kebelakang dan dengan serta merta penisku langsung terdesak dan langsung masuk kedalam vaginanya, hilang tertelan vagina ceu kokom yang sungguh teramat sangat lembut dan hangat tapi juga kesat jadi penisku seperti mendapatkan rangsangan yang berlipat-lipat ganda yang tak pernah aku bayangkan akan merasakan kenikmatan ganda ini secara bertubi-tubi tanpa henti-hentinya. Ketika kulihat kebawah pinggulku sudah merapat dengan erat dengan pantat bohay ceu kokom yang harus ku akui vagina nya seperti berdenyut-denyut walaupun hanya terasa bila dalam diam, kunikmatai betul sensasi rasa nikmat menggelegar ini dari tubuh ceu kokom yang mungil dan berwajah imut setidaknya itu menurut penilaianku.

“Aah.. tititmu memang gede..”, katanya, lalu menggoyang-goyangkan pantatnya maju mundur dengan perlahan-lahan.
“ehm..emangnya kenapa ceu?” tanyaku takut menyakitinya walaupun memang nikmat bagiku.
“emm..kerasa banget tititmu..” ujar ceu kokom sambil terus memaju mundurkan pantatnya walaupun masih sangat perlahan sekali.

Aku sendiri merasakan sensai nikmat ini sambil terus meresapinya sedalam mungkin kenikmatan ini dan ini semua seperti tak ku percaya terjadi hari ini. Ini adalah vagina kedua yang aku masukin dan ternyata terjadi pada hari ini, dan pengalaman seks yang utuh yang kedua yang ternyata juga terjadi pada hari ini. Aku sungguh-sungguh tak mau menyia-nyiakan ini semua walau sedetikpun aku tak rela ini hilang. Jadi ku beranikan kedua tanganku untuk memegang kanan-kiri pinggulnya sambil ku usap-usapi untuk membantuku agar lebih dapat meresapi dan menghayati rasa yang begitu nikmat tak terkatakan ini, lalu kutarik pinggulnya kebelakang dengan sedikit kuat sambil pinggulku ku dorongkan kedepan agar penisku dapat masuk semuanya tapi yang kurasakan malah membuat penisku semakin meremang karena kenikmatan apa lagi ketika penisku seperti memasuki lubang di dalam lubang vaginanya, entahlah apa yang terjadi di dalam sana tapi kejadian itu sungguh sangat nikmat sekali jadi aku terus menghentak-hentakkan penisku untuk terus masuk kedalam lubang di dalam sana dan kepala penisku seperti tergelitik-litik ketika melewati lubang di dalam sana yang memang kuakui lebih sempit dan sangat hangat sekali walaupun lubang vagina ceu kokom memang hangat tetapi ketika kepala penisku masuk kedalam lubang yang terdalam itu rasanya kepala penisku lebih menghangat, entahlah apa itu terjadi karena gesekan-gesekan nikmat yang terjadi itu atau memang kenyataannya lubang yang terdalam sana lebih hangat tapi yang jelas itu sungguh teramat sangaaat nikmat. Aku berkonsentrasi sambil terus menghayati kenikmatan ini dengan terus menerus aku menyodok vaginanya dengan penisku dari belakang dan berulangkali merasakan nikmatnya lubang terdalam dari vagnia tembem ceu kokom yang seksi di mataku ini. Aku sudah benar-benar tak lagi peduli dengan Ceu Kokom terus menerus mengaduh-aduh bahkan aku seperti lupa daratan karena kenikmatan yang sungguh memabukkan ini mungkin karena terlalu kuat sehingga menimbulkan suara khas kedua selangkangan yang beradu atau ceu kokom merasakan sedikit nyeri atau apapun itu sehingga membuat ceu kokom sedikit berusaha menahan goyangan kuat dariku dengan mengulurkan sebelah tangannya dan kemudian tangannya berusaha untuk mencoba menahan sodokanku, entah karena ceu kokom merasa agak sedikit nyeri atau karena apa aku juga tidak tahu tapi yang jelas usaha ceu kokom tak terlalu lama karena ceu kokom tangannya seperti melemas kembali memegangi bibir bak mandi di depannya bersama dengan kedua tangannya.

karena aku begitu asyiknya dengan kenikmatan yang bertubi-tubi tanpa henti ini aku tak lagi bisa berkonsentrasi pada apapun kecuali untuk terus menerus menyodok vagina ceu kokom senikmat mungkin samapi-sampai aku tak tau kalau ceu kokom sedang menuju puncaknya karena tiba-tiba saja vagina nya semakin lama semakin berdenyut-denyut dan itu terasa walaupun aku sedang menyodoknya tanpa henti padahal denyutan-denyutan dari vagina ceu kokom akan terasa apabila aku berhenti menyodoknya tetapi kali ini tetap terasa walaupun aku tetap menyodoknya terus menerus dan tak lama kemudian ceu kokom tiba-tiba mengerang walaupun seperti agak di tahan oleh ceu kokom yang barangkali takut kedengaran anaknya atau di dengar orang di luar sana karena erangannya cukup panjang mengiringi puncaknya dengan denyutan-denyutan vaginanya terus menerus berdenyut dan membuat vagina nya semakin becek hingga vagina ceu kokom tak lagi berdenyut dengan keras lagi yang berarti ceu kokom terlah selesai dengan puncak kenikmatannya yang sudah di raihnya dalam rasa yang luar biasa di puncaknya. Dan berhubung memang karena aku belum keluar jadi aku teruskan saja tanpa berhenti sedetikpun untuk menyodok-nyodokkan penisku kedalam vaginanya yang sudah sedikit lebih licin dari sebelumnya dengan tetap terasa lebih hangat dari sebelumnya dan sepertinya membuatku ketagihan tanpa bisa berhenti karena apapun. Karena mungkin ceu kokom capek karena terus menerus menungging dan juga karena keletihan sebab sudah meraih puncaknya jadi Ceu Kokom kemudian memajukan pinggulnya kedepan dengan cepat dan keluarlah penisku dari jepitan vagina hangatnya tapi belum sempat aku ingin protes ternyata ceu kokom langsung berdiri menghadapku, lalu mengangkat sebelah kakinya untuk dan di sampirkan di sebelah pinggangku dengan tetap satu kakinya berdiri dan tangannya kemudian memegang penisku lalu di tuntunya penisku untuk masuk kembali ke vaginanya yang luar biasa nikmat bagiku. Berbuhung sudah lebih licin dan juga sudah kemasukan penisku jadinya Penisku lancar saja ketika kembali menyodok vaginanya walaupun hanya dengan posisi kami yang ketika saat ini sama-sama berdiri dan barangkali ceu kokom sudah berpengalaman dengan posisi ini bersama suaminya karena buktinya ceu kokom tidak kelihatan kesulitan walaupun dengan posisi ini dan malah menikmati ini semua sambil memejamkan matanya seolah meresapi apa yang terjadi dengan penuh kenikmatan, sebenar inipun sebuah pengalaman yang baru bagi diriku tapi aku sungguh sangat menikmati pengalaman baruku ini dengan senang hati dan dengan sepenuh hati kuhayati kenikmatan ini. Dengan terus menerus kusodok-sodok vagina ceu kokom ternyata cukup membuat sedikit kesulitan jadi ceu kokom pun memelukku dengan erat agar lebih mudah dan juga lebih nikmat dengan mengeratkan kedua tubuh kami yang menghangat dihangatkan nafsu birahi kamu berdua dan aku semakin lama semakin tak tahan lagi, terus menerus ku sodok-sodok vagina ceu kokom dengan kuat dan dengan secepat-cepatnya yang aku mampu karena aku sudah sangat sulit sekali untuk menahan maniku untuk lebih lama menikmati lambutnya vagina tembem ceu kokom tapi memang kenyataannya aku tak bisa lebih lama lagi yang ada di otakku hanya berusaha untuk mempercepat dan lebih cepat lagi menyodok-nyodokan panisku sedalam-dalamnya ke vaginanya hingga yang terdalam agar kurasakan lagi gelitik-gelitik nikmat di kepala penisku seperti waktu menungging tadi. Sesekali aku menyodok ceu kokom sambil mencium dan menghisap susunya bahkan ini semmua semakin membuatku tak tahan dan lebih tak tahan samapi aku tak dapat lagi menahan maniku dan meledaklah semua maniku mendobrak bagian terdalam vagina ceu kokom yang kurasakan berdenyut-denyut lagi dengan kuat seakan beriringan dengan denyutan-denyutan penisku yang berulangkali menyemburkan maniku dengan kuat sampai aku seperti lupa ingatan sesaat karena otakku hanya dipenuhi dengan kenikmatan yang teramat sangat luar biasa nikmatnya sampai membuatku melayang-layang walaupun hanya sesaat

Sesaat kudiamkan penisku didalam vagina Ceu Kokom yang masih terasa berdenyut-denyut di penisku seakan panisku dan vagina ceu kokom saling berinteraksi di dalam sana, setelah penisku lama-lama loyo akupun mencabutnya dari vaginanya yang masih terasa mampu menjepit penisku walaupun penisku sudah jadi loyo. Karena memang kami sama-sama dalam posisi berdiri, jadi terlihat banyak sekali maniku yang menempel melumuri penisku, dan terlihat juga sebagian maniku yang ada di dalam vagina ceu kokom mulai merembes keluar dari vagina Ceu Kokom yang seakan-akan seperti mampu membuka dan menutup sendiri walaupun ceu kokom tak memperdulikannya. Kami berduapun akhirnya mengakhiri permainan yang sungguh nikmat ini dengan rasa lelah dan letih bercampur puas dan nikmat luar biasa dan langsung dilanjutkan dengan mandi bersama-sama sambil saling menyabuni dan juga saling meremasi baik tubuh ceu kokom maupun tubuhku.

setelah kami berdua Selesai mandi ternyata Ceu Kokom malah memintaku untuk membelikan rokok dan es batu di warung yang letaknya cukup jauh dari rumah orang tua ceu kokom. Dan ketika aku sudah sampai kembali di rumah orang tua ceu kokomi, bapak dan adek ceu kokom ternyata sudah pulang. Rupanya aku baru mengerti kalau tadi aku disuruh beli rokok dan juga es batu di warung yang letaknya agak jauh supaya rambutku kering dan agar menghilangkan kecurigaan.

jadi Aku makan banyak yang memang biasanya kalau makan dirumah orang tua ceu kokom biasanya aku makan banyak karena masakan ibu ceu kokom enak tapi kali ini ternyata masakan ceu kokom ternyat sudah seenak ibunya jadi aku makan banyak karena selain memang di suruh makan banyak akupun makan banyak untuk memulihkan tenagaku yang terkuras waktu di kamar mandi dan juga waktu beli rokok dan es batu di warung yang cukup jauh dari rumah orang tua ceu kokom. Karena aku memang kecapekan Dan juga sudah malas berkeliling-keliling lebih lama lagi akupun langsung berusaha semangat lagi untuk menyelesaikan keliling-keliling ke rumah tetangga untuk berpamitan agar cepat selesai dan bisa pulang dan tidur dirumah.



kupuaskan istrimu sobat

$
0
0
Ini adalah karanganku yang ke tujuh kalo gak salah, semula memang akan dibagi menjadi dua posting tapi aku pikir malah kurang nyaman, jadi aku langsung lanjutin sampai tamat, selamat menikmati….enjoy.
Aku mempunyai sahabat karib, kami tumbuh bersama, kenakalan kecil, belajar mabuk, melamar pekerjaan, bahkan main cewek pun kami berangkat bersama. Robert memang ganteng dan lumayan play boy. Yang aku tahu pasti, dia termasuk hiper. Two in one selalu menjadi menu wajib kalo kami mampir ke jl Mayjen Sungkono Surabaya. Dia juga mempunyai banyak teman mahasiswi yang “siap pakai” dan lucunya dia sering menawari aku bercinta dengan gadis mahasiswinya di depan hidungnya. Terkadang dia mengajak threesome. Aku sih ok ok saja, why not…enak kok…dan lagi ketika itu aku cuma karyawan swasta yang bergaji kecil ketika itu sedang Robert sudah memiliki usaha sendiri yang cukup sukses.
Sayang sekali di umur 35, sahabatku ini mengalami kecelakaan yang membuat dia terpaksa menggunakan kursi roda. Padahal dia baru 2 tahun menikah dan dikaruniai satu anak laki laki yang lucu.
Peristiwa ini benar benar membanting dirinya, untunglah Arini benar benar istri yang setia dan selalu memompakan semangat hidup agar Robert tidak menyerah. Sebagai sahabat akupun tidak bosan bosannya menghibur agar dia mau mencoba mengikuti terapi.
Seperti biasa di malam minggu aku main kerumahnya, daripada ngluyur nggak karuan, maklum setua ini aku masih bujang.
“ Ron..elo masih ingat jaman kita gila dulu. Minimal gue selalu ambil dua cewek. Hahahaha dan mereka selalu ampun ampun kalo gue ajak lembur.” Robert tersenyum senyum sendiri. Aku memahami rupanya Robert terguncang karena kemampuan sex yang dibanggakan mendadak tercerabut dari dirinya.
“ Ron, gue harus sampaikan sesuatu ke elo, kenapa gue selalu bicara tentang sex ke elo. Hhhhhhhh….gue kesian sama Arini….dia istri yang baik dan setia, tetapi gue tidak mungkin memaksa dia untuk terus menerus mendampingi gue. Dia punya hak untuk bahagia. Dan lagi….hhhh dan lagi….” Robert terdiam cukup lama.
“ Istriku masih muda, 25 tahun….gue nggak ingin dia nanti menyeleweng. Lebih baik kami berpisah baik baik, dia bisa mendapatkan suami yang lebih baik.” Matanya menerawang.
Tetapi Arini tetap bersikukuh tidak mau. Baginya menikah cuma sekali dalam hidupnya. Tetapi gue kuatir Ron…gue kuatir…karena…hhhhh karena….Arini nafsunya besar. Bisa kamu bayangkan betapa tersiksanya dia. Kami dulu hampir setiap hari bercinta.
Robert terdiam lagi lama.
“Kemarin dia bicara, mas aku nggak akan menyeleweng, karena cintaku sudah absolut. Kalo kamu memaksa untuk berpisah, aku tidak bisa. Memang kalau bicara sex, sangat berat bagiku. Tapi kita bisa mencoba pakai tangan kan mas. Mas bisa puasin pakai tangan mas, pake lidah juga masih bisa….kita coba dulu mas…
Kami mencobanya tetapi karena lumpuhku, jari dan lidahku tidak bisa maksimal, dan dia tidak mampu orgasme. Sempat juga pakai dildo. Itupun juga gagal. Ini lebih disebabkan posisi tubuhku yang tidak mendukung. Akhirnya aku mengatakan bahwa bagaimana kalau kamu mencoba pakai cowok beneran. Kita bisa pakai gigolo, asal kamu bercinta di depanku jangan di belakangku. Aku bilang bahwa ini hanya murni untuk menyenangkan dirinya. Kamu tahu…istriku hanya menangis, dalam hatinya sebenarnya dia mungkin mau tapi entahlah…”Robert sudah tidak berloe gue lagi….
Hhh…sebenarnya aku mau minta tolong kamu…pertama kamu temanku, sudah seperti saudara sendiri, kamu belum menikah, kamu sekarang juga sudah nggak segila dulu…mungkin udah berhenti ya ?….jadi aku minta tolong…bener bener minta tolong..puaskan istriku…” Kata Robert, suranya sedikit tercekat…
“ No..no..no no no no….nggak Rob..aku nggak mau…maaf aku gak bisa bantu seperti itu, Arini wanita baik baik, aku melihatnya seperti malaikat. Dan aku sungguh menghormatinya. Sorry aku pulang dulu Rob…tolong pembicaraan ini jangan diteruskan.” Aku menghindar.
Arini adalah wanita sempurna, cantik, hatinya lembut, setia ke suami, tidak neko neko, dan tubuhnya benar benar sempurna. Robert benar benar sinting kalo aku diminta meniduri istrinya…
3 minggu kemudian, pagi pagi aku mampir lagi ke rumahnya, aku pikir dia sudah tidak mau membicarakan itu lagi, ternyata aku salah. Kali ini dia memintaku sambil memohon, bahkan matanya berkaca kaca : “ Ron please, bantu aku, kamu tidak kasihan lihat istriku ? kami sudah sepakat kalau kamu dan dia tidak perlu ML. Mungkin memuaskan dengan tangan atau lidah ?
Aku sungguh tidak setuju dengan rencananya, tapi melihat permintaannya hatiku trenyuh…: “Ok Rob, aku coba bantu, tapi aku perlu bicara dulu dengan Arini….”
“Bicaralah dengannya, dia ada di beranda belakang, bicaralah..”.Desak Robert.
Perlahan aku melangkah ke bagian belakang rumahnya yang besar, aku lihat Arini sedang menyirami bunga anggrek, sinar matahari pagi turut menyiram wajahnya yang lembut, kimononya yang berwarna merah kontras sekali dengan kulitnya yang putih bersih,..sungguh anggun… Mungkin Robert sudah memberi tahunya karena dia seperti menunggu kedatanganku.
“ Hai Rin…mana si kecil Ardi ? masih tidur ya ?” Tanyaku basa basi.
“Hai mas..iyaaa..Ardi masih bobo…tumben datang pagi begini…udah sarapan belum ?”Arini tersenyum lembut. Wajahnya hanya ber make up tipis, begitu sempurna
Mmmm. udah kok…uummm, aku bantu potongin anggrek ?…dulu aku suka bantu ibuku merawat anggrek…aahhh ini sepertinya kepanjangan Rin..coba deh dipotong lebih pendek lagi, supaya lebih cepat berbunga.” Kataku sok serius.
“ Mas…aku sangat mencintai mas Robert. Akupun tahu dia sungguh mencintaiku. Dia adalah suami yang pertama dan terakhir….” Suaranya tercekat, wajahnya menunduk.Arini bicara langsung ke pokok persoalan. Ini lebih baik, karena semakin lama disini aku semakin canggung.
 “ Aku sungguh berharap, mas Ronny tidak menganggapku wanita murahan. Mas Robert bilang bahwa kalau melihat aku bahagia maka dia juga bahagia. Jadi nanti apa yang kita lakukan harus masih dalam koridor saling menghormati ya mas…” Kini matanya berkaca kaca.
“ Rin aku ikuti apa maumu, kalau nanti kamu minta berhenti , aku berhenti. No hurt feeling…jangan kuatir aku tersinggung, Kamu adalah wanita yang paling aku hormati setelah ibuku. Aku… aku akan memperlakukanmu dengan terhormat. “Bisikku.
Perlahan Arini menarik tanganku menuju lantai 2, mungkin ini kamar tamu. Interior kamar sungguh nyaman, warna warna soft mendominasi, mulai dari warna bedcover, bantal dan gorden terkomposisi dengan baik, benar benar mendapat sentuhan wanita.
“ Ummmm.. bagaimana dengan Robert, dia pernah bilang kalo harus sepengetahuan dia..”Tanyaku kuatir, aku tidak mau dituduh mengkhianati sahabat sendiri.
“ Mas Robert nanti datang setelah dia rasa kita ada hubungan chemistry yang lebih jauh. Aku juga keberatan kalo mas menyentuhku di depan mas Robert terlalu terus terang. Aku tidak mau hatinya sakit. Dan ditahap awal ini aku sungguh berharap kita tidak terlalu jauh.
Mungkin aku belum terlalu siap…dan maaf kalo tiba tiba aku minta berhenti..mas ngerti kan perasaanku ? Arini berkata dengan wajah menunduk. Tangannya terlihat gemetar ketika perlahan lahan membuka bedcover. Aku hanya mengangguk tanpa bicara…
Lalu Arini berjalan menuju meja rias, membelakangiku, perlahan dilepas cincin kawin dijarinya, “aku tidak bisa bercinta dengan orang lain dengan tetap memakai cincin ini…” katanya berbisik. “ Maafkan aku Rin…aku akan meperlakukan kamu dengan baik..” bisikku dalam hati.
Perlahan dia berbalik menghadapku sambil membuka gaunnya, ternyata dibalik kimononya, Rini hanya memakai lingerie warna pink, G string plus stocking putih berenda. “ Aku tidak mau sembarangan untuk memulainya. Ini aku pakai juga untuk menghormati mas Ronny” Arini berjalan perlahan ke arahku. AKu hanya bisa menahan nafas, dadaku sesak bergemuruh, rasanya sulit untuk bernafas, rasanya aku tidak akan bisa menyentuhnya, dia terlalu indah, Arini terlalu indah untukku….kakiku lemas.
Dengan perlahan Arini membuka kancing bajuku, sedikit mengelus dadaku yang berbulu, wajahnya masih menunduk, tanganku menyentuh rambutnya lembut kemudian aku cium perlahan keningnya.. Dengan bertelanjang dada tanpa melepas celana panjangku, kutuntun Arini ketempat tidur. Aku peluk lembut, aku ciumi keningnya berulang kali. Turun ke pelipis, lama aku cium di situ. Aku harus membuatnya rileks….
Matanya yang indah tampak berkaca kaca. Hembusan nafasnya masih memburu bergetar.
Aku mengerti Arini masih belum siap…
Aku bisikkan kata kata lembut ketelinganya :” Rin…kamu santai saja, aku nggak akan menyentuh yang nggak semestinya kok. Jangan kuatir, kita tidak terlalu jauh, ini hanya semacam perkenalan saja…ok ? “ Arini mengangguk sambil memejamkan matanya mencoba menghayati.
Kemudian bibirku menyentuh pipinya, harum Kenzo di lehernya, menuntunku ke arah sana. Lehernya sungguh indah, bibirku menyelusuri leher jenjangnya sambil sekilas menciumi belakang telinganya.
“ Ahhhhhh….. mas..ahhhh” Nafasnya dihembuskan panjang, rupanya tadi dia terlalu tegang. Aku tetap mencium tidak beranjak dari sekitaran pipi, kening, leher dan telinga. Sengaja tidak kucium bibirnya, takut membuat moodnya jadi hilang. Tetapi ternyata Arini sendiri yang mencari bibirku, dan mencium lembut perlahan. Badanku merasa meremang.
Kemudian kami berpandangan dekat, matanya lekat menghunjam mataku, seperti mencari kepercayaan disitu. Ini adalah titik kritis, berhenti atau lanjut…
Perlahan Arini memejamkan matanya, bibirnya sedikit terbuka, aku mengerti kalau ini semua bisa berlanjut lebih jauh. Kucium lama dan lembut bibirnya yang indah itu.
Perlahan bibirku turun ke leher sedikit ke bawah. Turun …turun ke belahan dadanya yang ranum. Wanginya sungguh memabukkan. Arini hanya melenguh pelan “ ehhhhh..mas..”.
Tanganku mulai mengelus pahanya…aku gosok perlahan, tanganku berhenti ketika jemari Arini menyentuh tanganku. Ahh mungkin aku terlalu jauh..ternyata jemari Arini menggosok permukaan lenganku. Kulanjutkan lagi gosokan tanganku ke pangkal pahanya.
Kusentuh missVnya yang hangat. Aku tidak membuat gerakan yang tiba tiba, semua harus mengalir lembut. Cukup lama jemariku menyentuh bulu bulunya. Bibirnya terasa dingin, Arini sudah mulai terangsang…sambil masih mencium lembut bibirnya, jemariku mulai menyentuh klitorisnya, begitu tersentuh, Arini langsung merintih nafasnya memburu : Mas…uffff..mas..fiiuhhh…” Cepat sekali vaginanya basah. Aku memahami, mungkin sudah satu tahun Arini tidak disentuh Robert.
Bibirku perlahan mulai mencium dari belahan dada menuju bukit indahnya. Belum pernah kulihat payudara seranum ini. Lidahku menari nari diujung putingnya yang merah muda. Aku sentuh dengan ujung lidah kemudian sedikit aku sedot lalu aku lepas lagi, begitu berulang ulang. Nikmat sekali. Aku lirik wajah Arini merah padam, nafasnya tersengal sengal “ geliii…aaahhhh…geliii mas….jangan lama lama…geli…aduuuuhhh.”
Sengaja aku teruskan jilatanku, dengan sedikit mengeluarkan erangan, agar Arini mengerti kalo aku sendiri juga super terangsang. Eranganku dengan erangannya kini bersahut sahutan. Kepala Arini bolak balik terbangun mungkin karena dia tidak tahan dengan gelinya. Jemariku bertambah cepat menggosok klitorisnya. Tiba tiba jemari Arini meremas rambutku dan kedua tangannyapun menekan kepalaku, sehingga aku sulit bernafas karena terbenam di buah dadanya. Pinggul Arini terangkat tinggi sambil merintih panjang…: “masssssss…ahhhhh” Arini Orgasme….
Pinggul kembali terhempas ke tempat tidur yang langsung terayun ayun, badannya melemas, tangannya lunglai ke bawah, sambil berkali kali menelan ludahnya Arini mulai menangis memalingkan wajahnya….
Aku ciumi lembut kepalanya, kucium air matanya di pipi, kemudian kucium tipis bibirnya.
Perlahan kepalaku turun ke leher, dada, perut, pusar dan berhenti di bulu bulu kemaluannya. Lidahku mulai menari di klitorisnya yang super basah. Arini hanya terdiam.
Aku masih sibuk menjilati vaginanya yang wangi. Arini mulai recovery lagi…jemari lentiknya meremas rambutku. Dagunya terangkat ke atas, nafasnya terputus putus memburu. Perlahan kuturunkan celanaku….bibirku kembali ke atas, mencium pusarnya, mengecup putingnya kemudian menyentuh bibirnya. Mataku beradu dengan matanya. Pandangan mataku bertanya, haruskah kuteruskan…. Arini mengerti kalau batangku menempel kemaluannya. Perlahan kakinya melingkar ke pahaku..mata kami tetap berpandangan. Ku gesekkan batangku perlahan lahan, Arini sedikit merintih, bibirnya terbuka..
Kepala batangku mulai menekan, menekan…sedikit masuk, masuk lagi perlahan, lalu kaki Arini menekan pinggulku sehingga batangku lebih dalam masuk. Masuk seluruhnya..badanku meremang, batangku terasa hangat. Mata kami masih beradu pandang…tiba tiba disudut matanya muncul air bening yang mengalir perlahan ke pipinya. Arini kembali menangis…
Kembali aku cium lembut bibirnya. Pinggulku tidak langsung aku gerakkan, agar dia merasa nyaman dulu dengan batangku didalam. Lalu Perlahan aku mulai gerakkan pinggulku sedikit demi sedikit, pelan pelan…Arini merintih : Mas…” Gerakan lebih kupercepat…aku rasakan batangku masuk sepenuhnya kedalam vaginanya, Tempat tidur mulai berguncang, bunyi geritan besi tempat tidur mulai keras terdengar.
Tiba tiba Arini memelukku erat, bibirnya mendekat ke telingaku dan berbisik : ”kok besar sekali mas….terima kasih…nikmat sekali mas…ooohhh nikmat..” Arini kini lebih agresif menciumku, lidahnya mulai berani masuk ke mulutku. Tubuh kami berguling, kini dia diatasku. Otomatis batangku lebih menghunjam ke dalam, posisi ini favoritku karena aku bisa sepenuhnya melihat kecantikannya, melihat lekuk tubuhnya, meremas dadanya dan pinggulnya lebih leluasa.
Gerakan tubuh Arini mulai liar, wajahnya tengadah keatas dengan mata terpejam. Gerakannya malah lebih cepat dari gerakanku. Tubuhnya mulai menggigil dipenuhi peluh yang mengucur deras di sela belahan buah dadanya, pemandangan ini membuat tubuhnya tampak sensual, kujilati semua peluhnya dengan nikmat. Arini mendekati puncak….sementara aku susah payah bertahan agar tidak ejakulasi.
” aaaaa…..aaaaaaahhhh.. aahh !” Dia mulai tidak malu mengeluarkan rintihan dan erangan suaranya lebih keras, tiba tiba tubuhnya menghentak keras, lenguhannya memanjang kemudian tubuhnya lunglai ambruk di tubuhku. Segera kupeluk erat dan kucium lembut keningnya. Aku lega….senang bisa memuaskannya..
” Terima kasih mas….terima kasih…aku belum pernah merasa nikmat seperti ini, dua kali orgasme…”Bisik Arini. ”Aku bisa teruskan kalo kamu mau Rin….Bisikku sambil menciumi pelipisnya.
”Terima kasih…may be next time…sekarang giliran mas Ronny…mas belum puas kan.?
Aku tersenyum dan kugelengkan kepalaku : ” No…tidak perlu…itu tidak penting. Kamu bisa menikmati itu lebih penting. Kalau aku turut mencari kepuasan artinya aku tidak menghargai kamu. Semua ini untuk kamu Rin…hanya untuk kamu” Dalam hati kumaki maki diriku, mengapa aku sok suci. Tetapi tak bisa kumaafkan diriku kalau aku ikut menikmati kesempatan emas ini, Arini bersedia bercinta denganku artinya dia sudah menghempaskan semua harga dirinya dihadapanku. Aku menghargai dan menghormatinya.
”Mas…kamu baik sekali…sungguh kamu baiiiikk sekali.” Rini memelukku erat lama sekali sampai aku terengah engah karena kepalaku terbenam di belahan payudaranya. Sebenarnya aku ingin meneruskan dengan melumat dan mengigit gigit putingnya, tapi aku tidak mau merusak suasana.
”Mengapa robert tidak kemari, bukankah dia minta kita bercinta di depannya. Aku tidak mau dikatakan mengkhianati teman…”
”Mas Robert mungkin sudah melihat kita dari tadi, dia ada di ruangan dibalik kaca meja rias, itu kaca tembus pandang mas, ” Arini menjelaskan ketika melihat mataku memandang pintu.
”uummm mas gak bersih bersih badan ? aku bantu di kamar mandi yuk…“ sambil menarik tanganku.
Kami saling menggosok badan, aku remas lembut buah dadanya dari belakang dan mencium lembut punggungnya. Arini kembali merintih..tubuhnya berbalik kemudian melumat bibirku, benar benar agresif, tiba tiba Arini jongkok dan cepat menggenggam batangku sedetik kemudian mulutnya mengulum milikku yang makin mengeras penuh. Aku benar benar tidak menduga Arini melakukan itu. Tindakannya membuat kakiku lumpuh. ” Jangan Rin…jangan Rin…nanti aku keluar ahhh…Rin..sudah..please…” Rintihku.
Arini segera berdiri lagi lalu berbalik menghadap shower dinding. Aku mengerti dia ingin aku masuk dari belakang. Dengan guyuran air hangat, aku masukkan batangku cepat, aku sudah tidak tahan, nafsuku sudah memuncak, Arini pun mengerakkan tubuhnya mengimbangi tubuhku. ” Aaahhh mas…aku …aku…ahhh.aku….” Tubuhnya kembali menggeliat dan mengejang, jemarinya kuat meremas tangkai shower, sementara aku benar benar tidak dapat menguasai diriku. Spermaku yang tertahan dari tadi akhirnya mau tak mau menyembur keluar, masuk jauh ke relung vaginanya…” Sh(bip)t mengapa aku tidak bisa menahannya ? Arini kembali jongkok dan kini membersihkan lelehan spremaku dengan lidahnya. Aduh aku merasa geli sekali. Dia kocok kocok lagi agar semua spermaku keluar. Kemudian mengakhirinya dengan sedotan panjang diujung batangku.
Ahhh Arini..kenapa aku harus ejakulasi…
Selesai berbersih diri dan memakai baju, kami keluar kamar. Rupanya Robert sudah menunggu di depan TV, dia tersenyum dari kejauhan. Ake merasa jengah, merasa tidak enak. Sementara Arini menunduk dan berjalan ragu ke sebelah suaminya.
Dari kursi rodanya, Robert memeluk pinggang istrinya : ”terima kasih Ron, kamu sahabat yang baik. Aku sudah melihat percintaan kalian tadi. Aku berharap kamu tidak keberatan untuk meneruskan nanti.”
Aku hanya mengangguk pelan. Bisakah aku hanya bertahan murni bercinta tanpa melibatkan perasaan ? Aku tidak yakin dengan diriku. Aku tidak yakin nanti tidak jatuh cinta kepada Arini…dan aku yakin Arinipun mempunyai perasaan yang sama. Sorot matanya ketika bercinta tadi menunjukkan itu.
 Setelah kejadian itu,aku selalu mendambakan agar dapat berlanjut hubunganku dengan arini,akhirnya memang jadi kenyataan Arini selalu memintaku untuk menuntaskan hasrat birahinya di kala kesempatan itu ada,tanpa sepengetahuan Robert.Nafsu birahi Arini memang sangat besar,di setiap ada kesempatan dia selalu ingin bercinta denganku sampai tuntas birahinya.

kokom istri temanku yang binal

$
0
0


"Hallo?", kataku ketika telepon sudah tersambung.
"Hallo?", terdengar suara wanita menjawab.
"Ini pasti Kokom, ya? Saya Adit, Bu..", kataku.
"O, mas roy Apa kabar?", tanya Kokom ramah.
"Baik, Bu.. Bisa bicara dengan Pak Yoga, Bu?", tanyaku.
"Suami saya sejak kemarin malam pulang ke cirebon, Pak..", kata Kokom
"O begitu ya, Bu.. Well, kalo begitu saya pamit mundur saja, Bu..", kataku cepat.


"Sebentar, mas roy!", kata Kokom menyela.
"Ya ada apa, Bu?", tanyaku.
"Tidak ada apa-apa kok, mas. Hanya saja rasanya kita sudah lama tidak pernah bertemu", katanya.
"Betul sekali, Bu. Kebetulan saja saat ini sebetulnya saya ada perlu dengan Pak Yoga tentang masalah bisnis kami, Bu", kataku.
"Ada yang bisa saya bantu, mas adit tanya Kokom serius.
"Mm.. Kayaknya tidak ada, Bu. Terima kasih..", kataku lagi.
"Sekarang mas adit sedang dimana?", tanyanya kian melebar.
"Saya sedang di jalan, Bu. Tadinya mau ke rumah Ibu. Tapi ternyata Pak Yoga tidak ada di rumah..", kataku seadanya.
"Kesini saja dulu, mas!", ajak Kokom
"Gimana, ya?", kataku ragu.
"Ayolah, mas.. Teman suami saya berarti teman saya juga. Please..", pintanya.
"Baiklah, saya akan mampir sebentar..", kataku setelah berpikir sejenak.
"Okay.. Saya tunggu, mas. Bye", kata Kokom sambil menutup telepon.
Segera aku menuju ke rumah Yoga, teman bisnisku. Di teras sebuah rumah di kampung sebelah tampak seorang wanita tersenyum ketika aku mendekat. Kokom, sekitar 27 tahun, wajah lumayan enak dipandang. Kulit putih, postur tubuh sedang saja. Yang membuatku suka adalah tubuhnya yang seksi terawat. Aku kenal dia sekitar satu tahun yang lalu ketika aku mengantar Yoga suaminya, pulang dari urusan bisnis.
"Silahkan masuk, mas", katanya sambil membuka pintu rumahnya.
"Terima kasih", kataku sambil duduk di ruang tamu.
"Mau minum apa, mas?', tanyanya sambil tersenyum manis.
"Apa saja boleh, Bu..", jawabku sambil membalas senyumannya.
"Baiklah..", katanya sambil membalikkan badan dan segera melangkah ke dapur.
Mataku tak berkedip melihat penampilan Kokom pagi itu. Dengan memakai kaos tank-top serta celana pendek ketat/hot span, membuat mataku dengan jelas bisa melihat mulusnya punggung serta bentuk dan lekuk paha serta pantat Kokomyang bulat padat bergoyang ketika dia berjalan.
"Maaf kelamaan..", kata Kokom sambil membungkuk menyajikan minuman di meja. Saat itulah dengan jelas terlihat buah dada Novianti yang cukup besar. Darahku berdesir karenanya.
"Silakan diminum..", katanya sambil duduk.
Kembali mataku selintas melihat selangkangan Kokom yang jelas menampakkan menggembungnya bentuk memek Kokom
"Iya.. Iya.. Terima kasih..", kataku sambil meneguk minuman yang disajikan.
"Sudah lama sekali ya kita tak bertemu..", kata Kokom membuka percakapan.
"Betul, Bu. Sudah sekitar enam bulan saya tidak kesini..", jawabku.
"Senang rasanya bisa bertemu mas Roy lagi..", kata Kokom tersenyum sambil menyilangkan kakinya.
Kembali mataku disuguhi pemandangan yang indah. Bentuk paha indah Kokom membuat darahku berdesir kembali. Ini perempuan kayaknya bisa juga.., pikiranku mulai kotor.
"Hei! mas Roy lihat apa?", tanya Kokom tersenyum ketika melihat mataku tertuju terus ke pahanya.
"Eh.. Mm.. Tidak apa-apa, Bu..", jawabku agak kikuk.
"Hayoo.. Ada apa?", kata Kokom lagi sambil tersenyum lebar. Aku suka tatapan matanya yang terkesan binal.
"Saya suka lihat bentuk tubuh Ibu, jujur saja..", kataku memancing.
"Memangnya kenapa dengan tubuh saya?", tanyanya sambil matanya menatap tajam mataku.
"Mm.. Nggak ah.. Nggak enak mengatakannya..", jawabku agar dia penasaran.
"Tidak enak kenapa? Ayo dong Pak Roy..", katanya penasaran.
"Sudah ah, Bu.. Malu sama orang.", kataku sambil tersenyum.
"Iihh! Pak Roy bikin gemes deh..", katanya sambil bangkit lalu menghampiri dan duduk di sebelahku.
"Saya cubit nih..! Ayo dong katakan apa?", katanya sambil mencubit pelan tanganku.
"Yee.. Ibu ternyata agresif juga ya?!", kataku sambil tertawa.
"Tapi suka, kan?", katanya manja.
"Iya sih..", kataku mulai berani karena melihat gelagat Kokom seperti itu.
"Kalau begitu, ayo dong mas Roy kasih tahu ada apa dengan tubuh saya?", tanya Kokomagak berbisik sambil tangannya ditumpangkan di atas pahaku. Aku tak menjawab pertanyaannya, hanya tersenyum sambil mataku tajam menatap matanya.
"Ihh, kenapa mas Roy tak mau jawab sih?", suara Kokom terdengar pelan sementara matanya menatap mataku.
Beberapa saat mataku dan mata Kokom saling bertatapan tanpa bicara. Sedikit demi sedikit kudekatkan wajahku ke wajahnya. Terdengar jelas nafas Kokom menjadi agak cepat disertai remasan tangannya di pahaku ketika bibirku hampir bersentuhan dengan bibirnya.
"Tubuh Ibu seksi..", bisikku sambil menempelkan bibirku ke bibir merahnya.
"Mmhh..", desahnya ketika kukecup dan kulumat perlahan bibirnya.
Tak kusangka Kokom membalas lumatan bibirku dengan sangat panas dan liar. Lumatan bibir, hisapan dan permainan lidahnya benar-benar membuatku bergairah. Apalagi ketika tangan Kokom dengan berani langsung memegang dan meremas celana bagian depanku yang sudah mulai menggembung.
"Mmhh..", desahnya ketika tanganku mulai meraba buah dadanya yang cukup besar menantang.
"Kita pindah ke kamar saja, mas Roy..", bisiknya sambil bangkit dan menarik tanganku.
"Oke..", jawabku sambil meremas pantatnya.
Segera kuikuti Kokom ke kamarnya sambil sesekali memegang dan meremas pantatnya. Di dalam kamar. Kokom tanpa segan lagi langsung melepas semua pakaiannya hingga dengan jelas aku bisa menyaksikan betapa seksinya tubuh dia. Aku suka buah dadanya yang cukup besar dengan puting susu kecil berwarna agak coklat. Apalagi ketika melihat memeknya yang dihiasi bulu yang tak terlalu banyak tapi rapi. Mas Roy aku sangat menunggu saat saat seperti ini dari dulu ,setia mas roy main kesini aku selalu menghayan bias bercinta dengan dengan mas roy,…makannya ketika berhubungan dengan suamiku pun kadang wajah mas roy yang selalu jadi imajinasiku.
"Ayo dong lekas buka pakaiannya..", kata Kokom ketika melihatku belum membuka pakaian.
"Tubuh Ibu sangat bagus..", kataku tersenyum sambil membuka pakaianku.
"Apa yang mas Roy suka?", tanya Kokom sambil menghampiri dan membantu membuka pakaianku.
"Saya suka ini..", kataku sambil meremas buah dadanya lalu meraba memeknya.
"Ihh, nakal..!!", katanya sambil memegang dan mengelus kontolku yang sudah mulai tegang. Kurengkuh belakang kepalanya lalu segera kulumat bibirnya, Kokom pun segera membalas lumatanku sembari tangannya makin keras meremas kontolku.
"Uhh..", desah Kokom ketika tanganku meremas buah dadanya dan sesekali memainkan puting susunya.
Sambil berdiri kami berciuman dan saling raba apa pun yang mau diraba, saling remas apapun yang mau diremas. Sampai beberapa saat kemudian, kudorong dan kurebahkan tubuh mulus telanjang Kokom ke atas ranjang.
"Oww.. Pak Roy! Enakkhh..", desah Kokom keras ketika bibirku menyusuri belahan memeknya sementara tanganku memegang dan meremas buah dadanya.
"Ohh.. Ohh..", jerit Kokom sambil menggelinjang ketika lidahku menjilati kelentit dan lubang memeknya bergantian.
Tubuh Kokom makin bergetar dan melengkung ketika sambil kujilat kelentitnya, kumasukkan jariku ke lubang memeknya. Terasa di jariku jepitan-jepitan pelan lubang memeknya ketika jariku kukeluarmasukkan perlahan.
"Oohh..", jerit Kokom makin keras serta dengan keras menjambak kepalaku dan mendesakkan ke memeknya.
"Aku mau keluarrhh, Royyhh..", jerit  Kokom sambil menggerakan dan mendesakkan memknya ke mulutku.
"Oohh!! Nikmaatthh..!!", jerit Kokom ketika mendapatkan orgasme, lalu tubuhnya melemah. Aku bangkit lalu kutindih tubuhnya.
"Bagaimana rasanya, Bu?", tanyaku sambil mengecup bibirnya. Kokom tidak menjawab pertanyaanku, tapi membalas kecupanku dengan lumatan ganas walau mulutku masih basah oleh cairan memeknya sendiri.
"Gantian, Pak..", kata Kokom sambil tersenyum lalu bangkit.
"Mm.. Enak, Bu..", kataku ketika kontolku dikocoknya sambil sesekali Kokom menjilat kepala kontolku.
"Uhh..", desahku ketika terasa mulut dan lidah Kokom dengan hangat melumat dan menghisap kontolku.
Jilatan dan hisapan Kokom sangat terasa nikmat. Sangat lihay sepertinya Kokom dalam hal ini. Apalagi ketika lidah Kokom dengan tanpa ragu menjilat lubang anusku berkali-kali sembari tangannya tak henti mengocok kontol. Apalagi ketika ujung jarinya dimasukkan ke lubang anusku, lalu mulutnya tak henti menjilat dan menghisap kontolku.
"komm.. Enakk bangett..", kataku sambil terpejam lalu memegang kepalanya. Kemudian kugerakkan kontolku keluar masuk mulutnya.
"Uhh.. Enak sekali, Nov..", kataku sambil meremas rambut Novianti.
"Sudah deh.. Naik sini!", pintaku. Kokom menurut.
Setelah menghentikan hisapannya, dia segera bangkit lalu segera naik ke atas tubuhku. Kemudian dengan satu tangan dipegang kontolku lalu diarahkannya ke lubang memeknya. Bless.. Tak lama memeknya sudah mulai digerakkan ketika kontolku sudah masuk.
"Sudah lama saya memimpikan bisa bersetubuh dengan Pak Roy..", kata Kokom sambil tetap menggerakan pinggulnya turun naik di atas kontolku.
"Memangnya kenapa, Bu.. Mhh..", kataku sambil meremas kedua buah dadanya yang bergoyang seiring gerakan tubuh Novianti yang bergerak turun naik dengan cepat.
"Mmhh.. Karena.. Mmhh.. Karena sejak pertama kita bertemu, saya sudah suka dengan Pak Roy. Saya tertarik pada Pak Roy.. Mmhh..", kata Kokom sambil mengecup bibirku. Aku tersenyum lalu membalas kecupannya sambil meremas pantatnya.
"Ohh, mas Roy.. Enak sekali rasanya..", bisik Kokom sambil mempercepat gerakannya.
"Ohh.. Sayaanngg.. Ohh..", jerit Kokom sambil tubuhnya bergerak makin cepat seperti meronta. Sampai akhirnya, serr! Serr! Serr! Kokom mencapai orgasme.
"Ohh..", jerit Kokom sambil mendekap erat tubuhku sambil mendesakkan memeknya ke kontolku. Tubuhnya bergetar dan meronta merasakan nikmat yang amat sangat.
"Ohh.. Pak Royy.. Enak sekali..", bisik Kokom sambil mengecup bibirku. Aku tersenyum sambil membalas kecupannya.
"Mau posisi apa, sayang?", tanya Kokom sambil tetap berada di atas tubuhku.
"Posisi kesukaan Kokom apa?", aku balik bertanya.
"Doggy style.. Mau?", tanya Kokom sambil tersenyum lalu mengecup bibirku.
"Whatever you want..", jawabku.
Kokom bangkit lalu mulai nungging di pinggir ranjang. Tampak jelas memeknya merekah merangsang.. Segera kuarahkan kontolku ke lubang memeknya, lalu bless.. Bless.. Aku mulai memompa kontolku dalam-dalam di memeknya. Rasanya sangat nyaman dan nikmat.
"Ohh.. Enak banget memekmu..", kataku sambil meremas pantat Kokom.
"Mmhh.. Kapanpun Pak Roy mau, akan saya berikan.. Mmhh..", kata Kokom sambil menoleh ke arahku, sementara pantatnya digoyang dan diputar mengimbangi pompaan kontolku.
"Remasshh.. Remass buah dada saya, Pak Royy..", desah Kokom sambil meremas buah dadanya sendiri.
Aku pun segera menuruti kemauannya. Sambil memompa kontol, tanganku segera memegang, meremas buah dada dan memainkan puting susu Kokom bergantian.
"Ohh.. Ohh.. Nikmaatthh..", jerit lirih Kokom sambil memegang tanganku yang sedang meremas-remas buah dadanya.
"Ohh.. Enak sekali, sayang..", kataku sambil mempercepat gerakan kontolku karena sudah mulai terasa ada sesuatu yang ingin keluar seiring rasa nikmat yang aku rasakan.
"Keluarkan saja di dalam memekku, sayang..", kata Kokom sambil mempercepat goyangan pantatnya.
Kupercepat kontolku keluar masuk memeknya sambil meremas buah dadanya, lalu tak lama kemudian kudesakkan kontolku ndalam-dalam ke memeknya.. Croott! Croott! Croott! Air maniku menyembur sangat banyak di dalam memeknya seiring rasa nikmat dan nyaman kurasakan. Aku terus desakkan kontolku dalam-dalam ke memeknya sampai kurasakan air maniku habis keluar. Dan akhirnya aku merebahkan diri di samping tubuh molek Kokom.
"Pak Roy hebat.. Saya puas..", kata Kokom sambil meraba kontolku yang mulai lemas.
"Ibu juga hebat, memeknya sangat nikmat..", kataku balas memuji.
"Kapan pun Pak Roy mau, saya akan selalu penuhi keinginannya..", kata Kokom sambil tersenyum lalu mengecup bibirku.
"Kapan pun Ibu perlu saya, just make a call..", kataku sambil membalas kecupannya.
"Saya mau mandi dulu, Pak Roy.. Mau ikut?", tanya Kokom manja sambil bangkit dan turun dari ranjang.
"Mandi bareng wanita cantik siapa yang mau nolak?", kataku sambil bangkit pula.
"Ihh! Genit!", katanya sambil mencubit tanganku.
"Kalau sudah kena air dingin, bisa ada ronde kedua dong..", bisik Kokom sambil memeluk tubuh telanjangku.
"Siapa takut..", jawabku sambil mengecup bibir ranumnya.
Kokom, saya sayang kamu..
E N D

Bercinta bertiga bersama

$
0
0
Cerita panas sex ini terjadi beberapa waktu yang lalu. Sex gangbang dengan istri merupakan pengalaman pertama yang tak terlupakan. Ceritanya begini.. Aku dan istriku, Risnawati yang biasa kupanggil dengan Ris, sudah menikah kira-kira 4 tahun. Istriku saat ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga, meskipun sempat kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri. Sedikit gambaran fisik tentang istriku, Ris pada saat ini berumur 29 tahun, berkulit putih, berambut ikal sepunggung, dengan payudara yang cukup besar (34B) berbentuk bagus sekal, tinggi 155 cm, berat 50 kg, dengan perut rata dan pinggang kecil namun sintal. Pinggulnya serasi dengan bentuk badannya dan kedua bongkahan pantatnya sekali. Secara umum, dia cukup seksi.
Telah lama kami mempunyai fantasi untuk melakukan aktifitas seks three some. Biasanya, sebelum melakukan Making Love, kami mengawalinya dengan saling menceritakan fantasinya masing-masing. Fantasi yang paling merangsang bagi kami berdua, adalah membayangkan Ris melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain dengan kehadiranku. Sekedar informasi, Ris memang mempunyai gairah seks yang sangat tinggi, sementara di sisi lain, aku biasanya cuma sanggup ejakulasi satu kali. Setelah ejakulasi, meskipun sekitar satu jam kemudian penisku bisa ereksi lagi, umumnya aku merasa lelah dan tidak bergairah, mungkin akibat beban pekerjaan yang cukup berat. Karenanya, biasanya ketika dia minta agar bisa mencapai orgasme berikutnya, paling banter aku melakukannya dengan tangan, atau membantunya bermasturbasi dengan dildo. Walaupun demikian selama ini dia bisa merasa puas dengan cara tsb.
Setelah sekian lama mempunyai fantasi tsb, suatu hari aku tanya apakah ia mau merealisasikan fantasi tsb. Pada awalnya ia cuma tersenyum dan mengira aku cuma bercanda. Namun setelah aku desak, ia balik bertanya apakah aku serius. Aku jawab, ya aku serius. Terus dia tanya lagi apakah nanti aku masih akan tetap sayang sama dia, aku jawab ya, aku akan tetap menyayanginya sepenuh hati, sama seperti sekarang. Lalu aku tambahkan, bahwa motivasi utama aku adalah untuk membuatnya bahagia dan mencapai kepuasan setinggi-tingginya. Melihat wajahnya ketika mencapai orgasme, selain sangat merangsang juga memberikan kepuasan tersendiri bagiku.
Akhirnya dia jawab dia mau melakukannya kalau moodnya mengijinkan. Kemudian aku dan Ris mendiskusikan kira-kira dengan siapa kami melakukannya, akhirnya pilihan datang kepada seorang teman dekatku, namanya Vence biasa kupanggil dengan Ven, yang telah lama kami kenal, namun jarang bertemu karena tinggal di kota lain. Sejak itu sering fantasi kami melibatkan kehadiran Ven. Usia Ven 33 tahun, sama denganku, meski demikian tubuhnya lebih tinggi kurang lebih 175 cm dan besar serta tegap, maklum dia adalah keturunan campuran Eropa-Indonesia.
Akhirnya setelah beberapa bulan berlalu, aku menghubungi Ven dari kantorku. Setelah berbasa-basi sebentar, lalu aku mulai menceritakan tentang fantasi-fantasi kami. Sebagai sahabat lama, kami terbiasa berbicara terbuka, termasuk masalah seks. Ven tampak antusias mendengar ceritaku dan dia menyatakan kesanggupannya. Mengingat kesibukan bisnisnya, dia merencanakan untuk datang ke kotaku sekitar 2-3 minggu lagi. Tidak lupa aku tegaskan, bahwa semua rencana ini sepenuhnya bergantung kepada kesediaan istriku. Artinya jika pada saat-saat terakhir Ris berubah pikiran, maka sama sekali tidak boleh ada satu pihakpun yang memaksakan kehendaknya. Aku katakan juga, dia tidak boleh berlaku kasar terhadap Ris, sebab kepuasan Ris adalah segala-galanya. Ven setuju dan dapat memakluminya.
Akhirnya waktu yang yang ditunggu tiba, baik Ris maupun aku cukup gugup menghadapi apa yang telah kita rencanakan. Namun aku meyakinkan Ris bahwa dia boleh berubah pikiran kapanpun. Sekitar pukul 6 sore Ven datang, pada saat itu aku masih berada di kantor, Ris mengabarkan kedatangannya melalui telepon. Pukul 7 aku tiba di rumah, tampak Ven telah mandi dan ganti baju dan sedang menonton TV. Sementara itu Ris sedang berada di kamar mandi. Setelah ngobrol sebentar, kemudian aku masuk ke kamar untuk menyimpan tas dan mengganti pakaian. Pada saat bersamaan Ris baru keluar dari kamar mandi (kamar mandi terletak di dalam ruang tidur kami) dengan hanya memakai handuk. Dia tampak sangat cantik malam itu. Sementara aku mengganti pakaian, Ris mengenakan daster pendek berwarna merah. Ris tampak cantik dengan daster tersebut, panjang daster tsb hanya sampai ke pertengahan paha, tampak kontras dengan pahanya yang berwarna putih mulus. Sementara Ris masih menyisir rambut dan memakai parfum, aku keluar menemui Ven.
Setelah beberapa saat kami mengobrol, bercerita tentang keadaan masing-masing. Ris kemudian keluar kamar. Ven hampir tak berkedip menatap Ris yang benar-benar tampil seksi malam itu. Singkat cerita, setelah selesai makan malam kami sama-sama duduk di karpet, menonton acara TV yang saat itu sedang berlangsung. Posisinya Ven, kemudian Ris di tengah menyender di dadaku. Terus terang suasana saat itu agak canggung dan kami benar-benar tidak tahu cara untuk memulai semua rencana yang telah disusun.
Akhirnya aku mengambil inisiatif dengan mulai menyentuh dan melingkarkan tangan di dada Ris dan menyentuh payudaranya dari luar daster. Mendapat tindakan demikian Ris mulai terangsang dan nafasnya mulai tidak teratur. Segera setelah itu, aku lumat bibirnya dan tangan aku mulai menyusup ke balik dasternya. Ternyata saat itu Ris sudah tidak memakai BH. Ris benar-benar terangsang kini. Pada saat itu tangan Ven mulai mengelus-elus paha Ris yang telah terbuka, karena daster mininya telah terangkat ke atas. Kaki Ris yang tadinya tertekuk ditarik, sehingga sekarang Ris berada dalam posisi duduk sambil bersandar padaku dengan kedua pahanya yang agak terbuka dan kaki melonjor ke depan. Tangan Ven mulai bergerilya pada bagian paha atas Ris.
Kemudian Ven menarik tangan Ris dan meletakkannya di atas pangkuan Ven. Secara reflek, dalam keadaan terangsang, Ris mengusap-usap kemaluan Ven yang telah tegang dari luar celananya. Bagian bawah celana Ven terlihat menggembung besar. Aku mengira-ngira betapa besar kemaluan Ven ini. Sementara bibirku mulai menyusur leher dan belakang telinganya (bagian yang paling sensitif baginya). Setelah itu aku berbisik di telinga Ris, inilah saat untuk merealisasikan fantasi kita. Lalu aku melepaskan pelukanku untuk memberi kesempatan pada Ven untuk beraksi.
Sekarang Ven mulai mengambil alih permainan selanjutnya. Ditariknya Ris ke pelukannya dan tangannya yang satu langsung mendekap payudara Ris yang sebelah kanan, sedangkan tangannya yang satu mengelus-elus punggung Ris sambil mulutnya melumat bibir Ris dengan gemas. Tangan Ven yang berada di payudara Ris disisipkan pada belahan daster Ris yang terbuka dan mulai memelintir dengan halus ujung putingnya yang telah mengeras. Kemudian Ven menarik tangan Ris ke arah resluiting celana Ven yang telah terbuka dan menyusupkan tangannya memegang kemaluan Ven yang telah tegang itu. Kelihatan Ris agak tersentak ketika terpegang senjata Ven yang tampaknya besar itu.
Setelah beberapa saat mengelusnya, kemudian Ris membuka celana Ven sehingga kemaluannya tiba-tiba melonjak keluar, seakan-akan baru bebas dari kungkungan dan sekarang dengan jelas terlihat. Aku sangat terkejut melihat kemaluan Ven yang sangat besar dan panjang itu. Kemaluan yang sebesar itu hanya ada di film-film BF barat saja. Batang penisnya berdiameter 7 cm dikelilingi oleh urat-urat yang melingkar dan pada ujung kepalanya berbentuk topi baja yang sangat besar, panjangnya mungkin lebih dari 20 cm, pada bagian pangkalnya ditumbuhi dengan rambut pirang yang lebat.
Setelah keluar dari celananya kelihatan seram, jauh lebih panjang dan besar dari punyaku. Sesaat Ris menoleh ke arahku, dari sinar matanya yang agak panik, tampak dia agak ketakutan dan tidak menduga akan menghadapi penis yang sebesar itu. Aku mulanya juga agak ragu-ragu, tapi untuk menghentikan ini, kelihatannya sudah kepalang, karena tidak enak hati pada Ven yang telah bersedia memenuhi keinginan kami itu.
Kemudian aku mengangguk sambil tersenyum memberi semangat pada Ris. Mendapatkan persetujuanku dan dorongan semangat itu, Ris kemudian dengan kedua tangannya memegang penis Ven dan mulutnya mendekat ke kemaluan Ven. Ris mulai menjilati kepala penis Ven yang besar itu. Kemudian setelah cukup basah oleh air ludahnya, perlahan Ris mulai memasukkan penis Ven ke dalam mulutnya. Terlihat sangat susah bagi Ris untuk bisa memasukkan penis yang besar itu ke dalam mulutnya. Terlihat mulutnya harus dibuka lebar-lebar untuk bisa menampung penis Ven yang dahsyat itu. Ven tampak sangat menikmati isapan Ris itu.
Kira-kira sepuluh menit Ris mengulum kemaluan Ven, kemudian Ven menarik kepala Ris dan mendekatkan ke mukanya dan kemudian melumat bibir Ris. Ris balas melumat bibir Ven dengan ganasnya, sementara tangan Ven merambah ke payudara Ris dan mulai membuka daster Ris. Setelah daster terlepas, sambil tetap berciuman, tangan Ven mulai menyusup ke balik celana dalam Ris yang berwarna cream sambil memainkan clitoris Ris. Tangan Ris sendiri tidak tinggal diam, ia terus mengelus kemaluan Ven yang semakin menegang.
Kemudian Ven menggendong Ris dan membawanya ke kamar tidur tamu. Terlihat Ris sangat kecil dalam gendongannya, dibandingkan badan Ven yang besar itu. Secara perlahan kemudian Ven meletakkan Ris di ranjang dan membuka celana dalam Ris. Hingga kini Ris telah telanjang bulat. Tampak kulitnya yang putih dan vaginanya yang tanpa rambut (Ris biasa mencukur bulu vaginanya secara teratur) merekah dan tampak basah. Kemudian Ven perlahan-lahan mengarahkan bibirnya ke leher Ris, kemudian turun ke dadanya dan mulai melumat puting payudara Ris bergantian.
Sementara itu aku terus memperhatikan dari pintu kamar dengan menahan birahi yang sangat memuncak. Setelah puas bermain-main di payudara Ris, Ven kemudian mulai menciumi pusar Ris sampai akhirnya mulai menjilati lubang vagina Ris yang semakin basah. Setelah berlangsung kira-kira 30 menit, tampak Ris mulai mendekati orgasme, mengetahui demikian, Ven kemudian mulai mengarahkan penisnya ke vagina Ris yang makin merekah. Sebelum memasukkan penisnya, tidak lupa Ven menggosok-gosok kepala penisnya pada bibir vagina Ris. Badan Ris menggelinjang kegelian merasakan gosokan penis Ven pada vaginanya.
Perlahan-lahan Ven mulai memasukkan penisnya ke vagina Ris. Ris berusaha membantu dengan membuka bibir vaginanya lebar-lebar. Kelihatannya sangat sulit untuk penis sebesar itu masuk ke dalam lubang vagina Ris yang kecil. Tangan Ven yang satu memegang pinggul Ris sambil menariknya ke atas, sehingga pantat Ris agak terangkat dari tempat tidur, sedangkan tangannya yang satu memegang batang penisnya yang ditekan masuk ke dalam vagina Ris.
Sementara Ven sedang berusaha memasukkan penisnya kedalam memek Ris, badan Ris terlihat menggelinjang-gelinjang dan dari mulutnya terdengar suara, “aahh…, aahh…, ssshh…, ssshh”, seperti orang sedang kepedasan. Pada waktu Ven mulai menekan penisnya, terdengar jeritan tertahan dari mulut Ris, “Aduuhh…, sakiiitt…, Veenn…, pelan-pelan…, doong”. Ven agak menghentikan kegiatannya sebentar untuk memberikan kesempatan pada Ris mengambil nafas, kemudian Ven melanjutkan kembali usahanya untuk menaklukkan vagina Ris. Aku agak kasihan juga melihat keadaan itu, disamping itu melihat badan Ris yang menggeliat-geliat dan tangannya yang mencengkeram alas tempat tidur dengan kuat, membuatku terangsang dengan hebat. Ven dengan pasti tetap mendorong kemaluannya masuk secara perlahan-lahan ke dalam vagina Ris.
Akhirnya sesaat kemudian, hampir seluruh kemaluan Ven masuk ke dalam vagina Ris. Ven kemudian menggerakkan penisnya keluar masuk dengan irama yang teratur, sementara Ris mengimbangi dengan mengerakkan pantatnya. Tidak lama kemudian, Ris mencapai klimaks. Tubuhnya mengejang dan mulutnya mengeluarkan jeritan tertahan, “Aku sampaai Veeenn…, peluk aku kuat-kuat”. Bersamaan dengan itu, kakinya melingkar di pinggang Ven dan mengunci dengan erat. Sementara Ven hampir tidak bisa bergerak dan hanya menekankan kemaluannya ke dalam vagina Ris sekuat mungkin. Tak lama, Ris mulai tampak rileks dan melonggarkan kakinya yang melingkar di pinggang Ven.
Sementara Ven kemudian meneruskan gerakan keluar-masuk penisnya secara perlahan-lahan dan Ris hanya diam kelelahan dengan nafas yang tidak teratur. Tidak lama, tampaknya birahi Ris mulai bangkit lagi dan menggerakkan pantatnya lagi. Maklum wanita kan bisa mengalami multiple orgasme.
Tidak lama kemudian, Ven mencabut penisnya dari vagina Ris dan meminta Ris untuk menungging. Kemudian Ven memasukkan kemaluannya ke vagina Ris dari belakang. Aku yang sejak tadi hanya menyaksikan mulai tidak tahan, kemudian aku mendekat, membuka celana, dan mengarahkan kemaluanku yang sudah sangat tegang ke mulut Ris. Dengan sangat bernafsu, Ris mengulum penisku sementara Ven tampak menggerakan pinggulnya semakin cepat. Tidak lama kemudian tampaknya Ven hampir mencapai klimaksnya dan mengerakkan pantatnya dengan sangat cepat. Ris mengimbangi gerakan Ven dan melepaskan penisku dari mulutnya, sambil mengeluarkan erangan Ris berkata, “Ayo Ven gerakkan yang cepat…, ah…, uh”. Setelah itu Ven ejakulasi dan menekankan pantatnya rapat-rapat sehingga pinggulnya menempel ketat pada pinggul Ris. Dan pada saat hampir bersamaan Ris pun kembali mencapai orgasme. Tak lama Ven mencabut penisnya dan tidur telentang di samping Ris.
Aku kemudian duduk di kursi sofa yang ada di ruang tidur itu dan menarik Ris. Perlahan Ris jongkok di atasku dan mulai menurunkan vaginanya yang tampak membengkak ke arah kemaluanku (mungkin akibat barang Ven yang sangat besar itu). Dengan mudah penisku masuk ke dalam vagina Ris, maklum setelah cukup lama barang Ven yang besar itu keluar masuk, membuat vagina Ris agak melar. Walau demikian, aku tidak bisa menahan ejakulasi terlalu lama, mungkin akibat pengaruh situasi, tidak lama penisku memuntahkan cairan sperma di dalam vagina Ris, sampai meluber keluar.
Tampak Ven terbaring dengan lesu di ranjang dan aku di sofa. Tampaknya energi kami benar-benar terkuras. Sementara Ris kemudian pergi ke kamar mandi, untuk pipis dan membersihkan sisa-sisa spermaku di vaginanya. Kira-kira setengah jam kami beristirahat, Ris berinisiatif mengulum kemaluan Ven yang masih mengkerut. Sementara aku hanya memperhatikan. Tidak lama, kemaluan Ven mulai membesar lagi setelah beberapa saat dikulum. Ris kemudian mengangkangkan kakinya di atas Ven yang telentang tidur dan menghadapkan wajahnya ke arah penis Ven. Ven kemudian menjilati vagina Ris sampai ke lubang anusnya, dan Ris sendiri sibuk mengulum dan menghisap penis Ven. Melihat pemandangan ini, kemaluanku pun mulai menegang kembali.
Tak lama Ris bangun dan duduk di atas Ven, kemudian Ris memasukkan penis Ven ke vaginanya dengan posisi Ris di atas. Ris menaik-turunkan pantatnya dengan bibir vagina mencengkeram penis Ven dengan erat. Ketika Ris menaikkan pantatnya, bibir vaginanya turut tetarik keluar mencengkeram kemaluan Ven. Sungguh pemandangan yang sangat mengairahkan. Makin lama gerakan Ris makin cepat dan tak lama Ris tampak mencapai orgasmenya dan menekankan pantatnya kuat-kuat sehingga penis Ven masuk seluruhnya. Setelah itu Ris menarik pantatnya dan jongkok di tepi ranjang sambil mengulum kemaluan Ven. Sementara vaginanya mengarah ke arahku. Melihat pemandangan demikian, aku memasukkan penisku ke vagina Ris dari belakang, sementara mulutnya sibuk mengulum kemaluan Ven keluar masuk.
Kira-kira sepuluh menit kemudian, Ris kembali mencapai orgasmenya dan aku rasakan vaginanya menjepit penisku dengan erat. Tak lama aku pun kembali mencapai ejakulasi. Setelah itu Ris mengelap sisa air maniku yang tertinggal di mulut vaginanya dengan handuk kecil, Ris kemudian berbaring di ranjang dan Ven kembali memasukkan penisnya ke vagina Ris.
Setelah hampir satu jam, dan Ris telah mencapai dua kali orgasme lagi, barulah Ven pun mencapai orgasmenya, namun kali ini Ven mengeluarkan penisnya dari vagina Ris, sehingga spermanya muncrat ke payudara dan perut Ris. Sambil tersenyum Ris membalurkan sperma tsb ke seluruh dada dan perutnya, untuk menikmati kehangatannya. Setelah itu Ris kemudian mengelapnya dengan handuk kecil. Sementara Ven tampak kelelahan namun sangat menikmati. Ven kemudian mencium bibir Ris, istriku dan memeluknya. Ris berkata bahwa ia sangat menikmati malam itu dan tersenyum manis kepadaku. Kemudian mereka berdua tertidur di ranjang dengan tubuh telanjang, sementara aku tertidur kelelahan di atas sofa.


Selingkuh Dengan Teman Suamiku

$
0
0
Karena suamiku sangat hobby bermain DOMINO.alias GAPLEakhirnya perselingkuhan aku dengan teman suamikupun terjadi, dari ayng awalnya iseng cuman cumbuan sampai terjadi Ml alias ngentot.
Permainan domino itu tidak menggunakan uang..hanya saja yang kalah kuliat berdiri.dan telinganya digantungi batu bateray,,,,kadang juga berdiri sambil menggunakan HELManeh aneh saja.
terkadang suamiku main GAPLE di teras rumah sampai jam 1 dini hari.sehingga pengeluaran rutinitas kami bertambah dengan menyediakan kopi dan makanan ringan untuk teman teman suamiku.yang menemaninya bermain gaple
suamiku wiraswastaia hanya makelar mobil..tapi penghasilannya lumayan.jadi hidup kami yah mencukupi bahkan masih ada yang bisa kami tabung
kami belum memiliki anaksedang perkawinan kami sudah berjalan 3 tahun..,umur suamiku 32 tahun sedang aku
24 tahun.., suamiku lahir di malang dan aku asli surabaya.
tawa dan canda mereka yang saling mengejek apabila ada yang berdiri tidak putus2nya..sepanjang malamdan ini sudah berlangsung hampir setahun..rumah kami memang dijadikan tempat ngumpul teman teman suamiku.juga tetangga sebelah menyebelah kami..
ada salah satu teman suamiku yang kemudian kuketahui bernama bang Asmar.dia tinggal tidak begitu jauh dari rumah kami..pekerjaannya kalau tidak salah adalah SATPAM.
orangnya lebih tinggi sedikit dari suamikubadannya atletis.dan kelihatan rahangnya begitu kokohdan kuat
Bang Asmar paling sering memperhatikan aku.kalau aku mengantarkan minumanatau makanan ke meja mereka.
ia paling sering menatapkuanehdan tidak henti2nya menatap ke payudaraku.kadang aku jadi malu dibuatnya
caranya berbicara kadang aneh terdengar dikuping.tuturkatanya.lain dari kebanyakan.rupanya dia memang bukan dari JAWAtapi dari makassar ,kalau tidak salah bang Asmar suku bugis..
orangnya selalu ceriah.dan kadang membuat banyolan2 yang membuat suamiku dan temannya yang lain tertawaterpingkal pingkal
suatu hari suamiku berangkat ke ngawikalau gak salah di mantinganuntuk mengambil mobil yang katanya mau dijual murahsuamiku berangkat sore
ia berkata padaku
mamungkin saya balik besok pagi..soalnya agak jauh juga nihgak kuat nyupir malam.
iyaahati hati pakataku mengiringi kepergiannya.
dan malamnya bergantian temannya datang kerumahku menannyakan suamiku.kujawab mungkin malam ini gak ada gaple gaple ansoalnya suamiku kembalinya besok
oooooo,ya sudah kalau gitu..merekapun pulang.
dan sekitar jam 22.00 WIB datanglah Bang Asmar
dia juga menanyakan suamikukujawab yang sama
tapi dia malah gak pulang.seperti teman suamiku yang lainnya..
ia malah duduk di teras..wahhsayang yahgumamnya
aku hanya tersenyum.ia menatapku..yahitu tatapan matanya itumembuat selalu jantungku berdebar debar..
aku hanya tersenyum.dan matanya kembali melihat kepayudarakuaku kembali salah tingkah.
sudah tau yah?..sekarang ada siaran TIVI baru..siaran khusus jawa timuran.namanya JTV?..
apa iya??? kataku menimpali..dalam hati ku berfikir, mungkin ini awal selingkuh antara aku dan dia.
di tiviku kok belum ada yah.gak tau cara nyari siarannya..
ayo.abang yang nyarikan.
ia langsung berdiridan masuk kerumahku..aku malah yang mengekorinya dari belakang.
ia menuju ke TV dan dicarinya siarannya..aku hanya duduk dikursi tamu melihat aktifitasnya..
setelah ketemu ..iapun ikutan duduk dikursi tamu pas didepanku.
tuhsudah.bagus khan?siarannya?.
aku mengangguk..tapi kok aku gelisah yah berduaan dengannya..,lantas iapun berkata..ongkosnya mana?..
aku tertawa .ooo pake ongkos toh.ya iyyalah.
mau tau ongkosnya?..tanyanya lagi.berapa sih?..
tanyaku.bang Asmar mendekatiku..ia lansung memelukku
dan mencium pipiku.mengecup bibirku
aku terpana .mulutku diamaku bingung..tak tau harus berbuat apa dengan kejadian yang begitu cepat dan tak kuduga duga itu..
aku melepaskan diri.
bang.nanti diliat orangkataku.ia melepaskan pelukannya
ia menuju kepintukukira ia mau pulang sudah tau taunya ia menutup pintu.dan tidak lupa mengambil sandalnya memasukkannya kedalam rumahdan mengunci pintuiapun menuju kearahku.nahsekarang gak diliat orang khan.
iapun kembali memelukku.dan menciumiku habis2an..aku tak mampu menolaknya.
saat itu aku memang tidak dengan sengaja sudah merangsangnya dengan gaun tidurku ini..soalnya aku memang sudah pengen istirahat maklum suami sedang pergimungkin saja bang Asmar.terangsang,.dengan kondisiku ini sehingga ia begitu berani melakukan hal ini..
aku sama sekali tidak sadar.ketika ia menggiringku kekamar.dan merebahkanku ke tempat tidur..
tangannya melingkar dibawah leherku.menjadi bantal bagi kepalaku.
Kemudian dengan tangan yang satunya dia sibakkan gaun tidurku sehingga payudaraku yang tidak memakai bra terbuka tanpa terhalang apapun. Matanya melotot mengamat-ngamati dan mengelus payudaraku yang memang menantang ini.., dengan puting kemerahan serta kulitnya yang putih mulus. memang bentuk dan ukuran payudaraku bisa membuat laki laki.menitikkan air liurnya bila menatapnya..
begitulah sehingga bang Asmar..tidak henti hentinya mempermainkan payudaraku..sehingga.
Nnngghh.. Bang desahku dengan mendongak ke belakang merasakan mulutnya memagut payudaraku yang membuatnya
terpesona..
Mulutnya menjilat, mengisap, dan menggigit pelan putingnya. Sesekali aku bergidik keenakan kalau kumis pendeknya menggesek putingku yang sensitif. Tangan lainnya turut bekerja pada payudaraku yang sebelah dengan melakukan pijatan atau memainkan putingnya sehingga kurasakan kedua benda sensitif itu semakin mengeras. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan meremasi rambutnya yang sedang menyusu.
Puas menyusu dariku, mulutnya perlahan-lahan turun mencium dan menjilati perutku yang rata dan terus berlanjut makin ke bawah sambil tangannya menurunkan celana dalamku. Sambil memeloroti dia mengelusi paha mulusku. celana dalamkupun akhirnya lepas melalui kaki kananku yang dia angkat, setelah itu dia mengulum sejenak jempol kakiku dan juga menjilati kakiku..
Darahku semakin bergolak oleh permainannya yang erotis itu. Selanjutnya dia mengangkat kedua kakiku ke bahunya, badanku setengah terangkat dengan selangkangan menghadap ke atas.
Aku pasrah saja mengikuti posisi yang dia inginkan, pokoknya aku ingin menuntaskan birahiku ini. Tanpa membuang waktu lagi dia melumat kemaluanku dengan rakusnya, lidahnya menyapu seluruh pelosok vaginaku dari bibirnya, hingga ke dinding di dalamnya, anusku pun tidak luput dari jilatannya. Lidahnya disentil-sentilkan pada lubang kemaluanku memberikan sensasi yang luar biasa pada daerah itu. Aku benar-benar tak terkontrol dibuatnya, mataku merem-melek dan berkunang-kunang, syaraf-syaraf memekku mengirimkan rangsangan ini ke seluruh tubuh yang membuatku serasa menggigil dan ngilu dibagian selangkangan.
Ah.. Aahh.. Bang.. Nngghh.. Terus! erangku lebih panjang di puncak kenikmatan, aku meremasi payudaraku sendiri sebagai ekspresi rasa nikmat
Asmar.. terus menyedot cairan yang keluar dari sana dengan lahapnya. Tubuhku jadi bergetar seperti mau meledak. Kedua belah pahaku semakin erat mengapit kepalanya. Setelah puas menyantap hidangan pembuka berupa cairan cintaku, barulah dia turunkan kakiku. Aku sempat beristirahat dengan menunggunya membuka baju, tapi itu tidak lama. Setelah dia membuka baju, dia buka juga dasterku yang sudah tersingkap, kami berdua kini telanjang bulat.
Dia membentangkan kedua pahaku dan mengambil posisi berlutut di antaranya. Bibir kemaluanku jadi ikut terbuka memancarkan warna merah merekah diantara bulu-bulu hitamnya, siap untuk menyambut yang akan memasukinya. Namun Asmar tidak langsung mencoblosnya, terlebih dulu dia gesek-gesekkan penisnya yang besar itu pada bibirnya untuk memancing birahiku agar naik lagi. Karena sudah tidak sabar ingin segera dicoblos, aku meraih batang itu, keras sekali benda itu waktu kugenggam, panjang dan berurat lagi.
Aaakkhh..! erangku lirih sambil mengepalkan tangan erat-erat saat penisnya melesak masuk ke dalamku
Aauuhh..! aku menjerit lebih keras dengan tubuh berkelejotan karena hentakan kerasnya hingga penis itu tertancap seluruhnya pada lubang memekku.
Untung saja rumah kami agak terpisah jauh dengan rumah tetangga.karena rumahku memiliki halaman samping yang lumayan luas.,kalau tidak tentu suara-suara aneh di kamarku pasti terdengar oleh mereka, bagaimanapun Bang Asmar.. ini termasuk nekad berani melakukannya meggelutiku.menggeluti isteri temannya sendiri. disinilah sensasinya ngeseks .!!!!!
katanya kalo nyuri-nyuri..sensasinya sangat luarrrbiasa..
dan daya semprot klimaks..dan daya pompa orgasme..jauh lebih.kerassss..
Dengan gerakan perlahan dia menarik penisnya lalu ditekan ke dalam lagi.seakan ingin menikmati dulu gesekan-gesekan pada himpitan lorong sempit yang bergerinjal-gerinjal itu. Aku ikut menggoyangkan pinggul dan memainkan otot memekku. mengimbangi sodokannya. Responku membuatnya semakin menggila, penisnya semakin lama menyodok semakin kasar saja, kedua gunungku jadi ikut terguncang-guncang dengan kencang.
Kuperhatikan selama menggenjotku otot-otot tubuhnya mengeras, tubuhnya yang kekar bercucuran keringat, ..sungguh sangat perkasanampaknya., pria sejati yang memberiku kenikmatan sejati. Suara desahanku bercampur baur dengan erangan jantannya dan derit ranjang. Butir-butir keringat nampak di sejukur tubuhku seperti embun, walaupun ruangan ini ber-ac tapi aku merasa panas sekali.
Uugghh.. Titin.. Sayang.. Kamu emang uenak Oohh.. .punya isteriku .tidak seperti ini..
punyamu LEGIT..dan bisa menggigit gigitkon**lkuuuuuhhhhhhhhh katanya sambil gemetarrrrr
ucapnya tak karuan di tengah aktivitasnya.
Dia menurunkan tubuhnya hingga menindihku, kusambut dengan pelukan erat, kedua tungkaiku kulingkarkan di pinggangnya. Dia mendekatkan mulutnya ke leher jenjangku dan memagutnya. Sementara di bawah sana penisnya makin gencar mengaduk-aduk memekku.., diselingi gerakan berputar yang membuatku serasa diaduk-aduk. Tubuh kami sudah berlumuran keringat yang saling bercampur, akupun semakin erat memeluknya. Aku merintih makin tak karuan menyambut klimaks yang sudah mendekat bagaikan ombak besar yang akan menghantam pesisir pantai.
teman suamiku ini betul betul hebat..dan perkasa..
aku dibuatnya melayang layang..sekan akan terbang keatas awan..
ketika Bang Asmar.. sudah di ambang klimaks, dia menurunkan frekuensi genjotannya. Tanpa melepaskan penisnya, dia bangkit mendudukkan dirinya, maka otomatis aku sekarang diatas pangkuannya. Dengan posisi ini penisnya menancap lebih dalam pada vaginaku, semakin terasa pula otot dan uratnya yang seperti akar beringin itu menggesek dinding kemaluanku. Kembali aku menggoyangkan badanku, kini dengan gerakan naik-turun. Dia merem-melek keenakan dengan aksi yang kulakukan, mulutnya sibuk melumat payudaraku kiri dan kanan secara bergantian membuat kedua benda itu penuh bekas gigitan dan air liur. Tangannya terus menjelajahi lekuk-lekuk tubuhku, sambil mengelus ngelus..
Tak lama kemudian aku kembali mendekati orgasme, maka kupercepat goyanganku dan mempererat pelukanku. Hingga akhirnya mencapai SAAT titik dimana tubuhku mengejang, .ssshhhhhhhhhh.detak jantung mengencang, dan pandangan agak kaburdan nanar.. lalu disusul erangan panjang serta terada ada cairan hangat dari dalam lobang kemaluanku..
Saat itu dia gigit putingku dengan cukup keras sehingga gelinjangku makin tak karuan oleh rasa perih bercampur nikmat. Ketika gelombang itu berangsur-angsur berlalu, goyanganku pun makin mereda, tubuhku seperti mati rasa dan kurobohkan ke belakang ..kuhentakkan badanku keatas ranjang..sambil menengadah keatas tanganku terbuka lebar..ahhhhhhaku betul betul PUASSSS.
AKU Menyambar Aqua botol disamping tempat tiduraku meminumnya habisaku betul betul dikurass..bang Asmar membiarkanku istirahat sejenak., setelah minum..membuatku lebih enakan dan tenagaku mulai pulih kembali.
Sudah segar lagi kan Tin???? Kita terusin lagi yuk! sahut Bang Asmar.ia tersenyum sambil mulai menggerayangi tubuhku kembali.
Gila.betul nih orangfikirkutenaganya tidak ada habisnya..seperti KUDA
Kali ini tubuhku dibalikkan dalam posisi menungging, kemudian dia mulai menciumi pantatku. Lidahnya menelusuri punggungku.kebawah.tangannya menjangkau buah dadaku kebawah.dipilin pilin nya kembali putingku.dan aaacccchhhhhh.akupun menggelinjang lagi..nafsukubangkit lagi.betul betul hebat teman suamiku ini.ia juga pandai membangkitkan gairah pasangannyawalaupunnnnaku sudah berapa kali orgasme..aku masih maudan mau.lagi
dan .telunjuknya meraba raba.anusku.. membuatku geli dan menggelinjang Kemudian aku merasa kan kon**lnya sudah menempel dipantatku.terasa hangat..kon**lnya punditusukkannya pelan.dan..sleeebbbbmasuklah lagi kon**lnya yang besar itu kememekku.dari arah belakang..ia menggenjotnya .tiada habis habisnya.sambil kedua tangannya memegangi pinggangku..oooohhhhh.aku tak tahan.aku tak kuat..menahan nikmat inimati akuaduh.ampun..aku tak kuasa menahan dera birahi ini.teramat sangat.enakkkkkkk
aku pun kelojotan bagai orang kesetanan dan setelah 20 menit menggenjotku dari belakang.ahirnya..akusampai lagi..aku kluarrrrrrrr bannnnnngggggg
jeritku.aku.betul betul mengalami orgasme yang sangat dahsyattttt
Aku merintih ..mataku merem melek..sambil menggigit guling menahan rasa nikmat ini.. Air mataku saja sampai meleleh keluar..bersamaan melelehnya lagi..air memekku.
Aduuhh.. Sudah dong Bang.. Titin.. nggak tahan rintihku yang tidak dihiraukannya.
Uuhh.. uuuhh sssshhhh aaacchhhhhh.dia memperlancar sodokannyadan beberapa detik kemudian.diapun klimaks. bang Asmar mengerang.
aaaacchhhhhhhhh..
Akhirnya ada sesuatu perasaan nikmat mengaliri tubuhku yang kuekspresikan dengan mengikuti erangan panjang bang Asmar.kami sama sama mengerannnngggggg..
orgasme yang sangat panjang.ssampaiii ke ubun ubun.
tak ada lagi nikmat diatas kenikmatan yang kami peroleh saat iturupanya sensasi selingkuh.sangat ruarrrrrbiasa
aku tak mampu mau ngomong apa lagi..untuk nuliss enaknya..
kamipun menghempaskan kembali badan kami keatas ranjang..sesaat kami diam dan sama sama mengatur nafas.badanku lemas seperti tak bertulang. .. .
Tubuh kami tergolek lemas bersebelahan. Aku memejamkan mata dan mengatur nafas sambil merenungkan dalam-dalam kegilaan yang baru saja kami lakukan, sebuah hubungan terlarang .aku berpacu dalam birahi.dengan sahabat suamiku sendiri..
Kami menikmati perselingkuhan ini, dalam hati kami berjanji untuk tidak membongkar cerita selingkuh ini pada pasangan kami masing-masing.

Istriku di di pijat kenikmatan

$
0
0


Ketika suatu saat aku dapat khabar dari teman bahwa ada pemijat yang mahir dalam bidang tulang,akhirnya setelah berunding dengan suamiku aku langsung langsung mengundangg pemijat itu untuk dating kerumah,setelah beberapa jam akhirnya datanglah pemijat itu,…Apa ini benar rumah Ibu Reni ?’’benar pak ,..oh ini pak darwis ya’betul bu,mari masuk pak…langsung aja kekamar pak ‘baik bu..silahkan ibu berbaring ,..karena aku udah siap di pijat aku hanya pakia kain tapih dan hanya memakai BH dan celana dalam saja,pak darwis mulai memijatku dari mulai kaki akhirnya naik,.ke paha dan terus naik sampai ke selangkanganku,…entah kenapa pijatan tangan pak darwis .,..mendadak nafsu birahiku timbul,,….aaacchhh…terus pak enak pak …pijatanya,..tangan pak darwis akhirnya tambah naik dan menyentuk bibir vaginaku,,..aacchhh…pak…enak pak,akupun tak habis piker kenapa jadi menikmati rabaan ,..bahkan jari pak Darwin sampai masuk ke dalam vaginaku,….acch…pakk…enak pak…tanpa sadar CDku sudah terlepas entah kapan tangan pak darwis melepas nya…mungkin karena aku merasakan nafsu yang menggebu..aku memjamkan mata..karena menahan kenikmatan dari tangan pak darwis..aku mendadak kaget setelah ada benda tumpul masuk kedalam vaginaku..entah kapan pak darwis melepas cdnya tau-tau udah masuk kedalam vaginaku,,….achh…
Sungguh di luar dugaanku ternyata senjata pak darwis begitu besar…aku menahan kenikmatan….itu…aaccchhh…ppakk….gede banget……achh….nikkmattt…pakk…genot terus pak memekku….aacchhh…..dan akhirnya,…karena tak sanggup menahan kenikmatan itu ,,…akupun orgasme,…cratt…craattt…craattt.
Setelah kejadian itu Di dalam kamar, Reni hanya bisa merenung. Dirinya masih tak percaya, kalau baru saja dirinya melakukan sesuatu yang tak di duga , namun dirinya tak berdaya dan tak kuasa lagi menolak dan mencegah semua itu. Tarikannya serta sodokanya demikian kuat. Reni tak pernah merasakan dan mengalami gairah sehebat tadi. Bahkan selama berumah tangga dengan Ferry suaminya.
Apakah ini selingkuh ? Entahlah. Namun dirinya tak bermaksud dan memang tak melakukan apa yang disebut selingkuh. Dirinya tak menduakan suaminya dengan lelaki lain, bahkan dengan lelaki yang baru saja melakukan percumbuan dengannya tadi itu. Dina berargumen, dirinya tak melakukan sesuatu yang secara hakikat disebut selingkuh. Tidak. Dirinya tak melakukan hal itu.
Apa ini sebuah upaya pembenaran atas apa semua yang telah dilakukannya ?  Mungkin. Tapi itu yang sesungguhnya. Semua itu terjadi dan berjalan begitu saja dan tanpa beban perasaan, dalam arti kata cinta. Semua hanya…biologis. Ya, hanya itu.
Namun, secara etika dan moral, memang apa yang telah dilakukannya itu memang tidak dapat dibenarkan. Namun kembali, dirinya sungguh tak kuasa lagi menolak atau menghindarinya. Tarikannya demikian kuat dan hebatnya. Bahkan, sampai saat inipun, dirinya masih merasakan sisa-sisa kenikmatannya itu dengan kuat. Pada bagian organ kewanitaannya, masih merasakan denyutan-denyutan rasa nikmat. Bahkan rasanya, rongga kewanitaannya masih terasa seperti diganjal sesutau yang demikian nikmatnya. Suatu perasaan nikmat dan kepuasan yang belum pernah dirasakannya selama ini, bahkan setelah sekian lamanya mengarungi rumah tangga dengan suaminya itu. Atas semua ini, apakah dirinya bisa disalahkan sepenuhnya ?
Rasa lelah dan kegundahan hatinya, membuat Reni akhirnya terlelap tanpa sadar, masih berbalut selembar kain yang tadi digunakannya.
Hari telah cukup larut saat dirinya tersadar. Tak dijumpainya Ferry, suaminya. Reni langsung bangkit dan memutuskan untuk membersihkan tubuhnya.
Selesai mandi, dikenakannya sebuah gaun dengan belahan dada yang agak rendah sehingga memperlihatkan belahan dadanya. Di bagian bawah, gaun itu hanya sebatas setengah pahanya, sehingga memperlihatkan sepasang paha indahnya. Reni bermaksud menemui suaminya dengan penuh kemesraan. Sikap mesra yang diberikannya sebagai sebuah ucapan terima kasih karena telah memberinya kesempatan untuk mendapatkan sesuatu yang amat menyenangkannya, walau tentu tak mungkin dia menceritakan sepenuhnya. Setidaknya dirinya dapat mengatakan kepada suaminya kalau dirinya berterima kasih karena diberi kesempatan dipijat oleh Darwis sehingga sekujur tubuhnya terasa fresh dan rileks. Ya, setidaknya untuk itu.
“Sudah makan mas ?” sapanya saat menjumpai suaminya tengah duduk santai di ruang tamu sambil membaca sebuah majalah.
“Belum” jawab Ferry singkat.
“Lho khok belum sih ?  Kenapa tak membangunkan aku ?” ujar Reni merasa bersalah sambil melirik ke jam dinding. Waktu menunjukkan pukul 8 malam lewat dua puluh menitan.
“Habis, kayaknya kamu pulas dan nyaman sekali tidurnya” balas Ferry sambil melirik sejenak ke arah istrinya, lalu kembali mengarahkan pandangan matanya ke majalah yang masih dipegangnya itu. Sekilas Ferry melihat penampilan istrinya itu yang demikian sensualnya. Andai saja, kejadian tadi siang itu tak terjadi, pasti Ferry akan memburu istrinya itu dan mencumbunya. Namun kali ini, Ferry merasa ada sesuatu yang membuat dirinya agak enggan untuk melakukan hal itu. Masih terbayang jelas dimatanya saat menonton istrinya itu bergumul dengan lelaki pemijatnya itu. Reni istrinya terlihat demikian menggebu-gebu gairahnya dan demikian menikmatinya. Ada terselip kecemburuan dalam dirinya.
Tapi kenapa ?  Bukankah dirinya menikmati juga saat itu ?  Dan secara tidak langsung, dirinya membiarkan semua itu terjadi, karena selain memberi kesempatan kepada istrinya untuk melakukan hal itu, juga dirinya tak mencegah, bahkan justru…menikmatinya. Salah siapa ?
Atas semua yang terjadi, bisa dikatakan kalau hal itu adalah atas kehendak dan keinginan dirinya sendiri ?  Mengapa harus menyalahkan istrinya ?
Ferry menarik napas panjang, seakan hendak melepaskan beban berat dalam dirinya. Perhatiannya tak tertuju ke bacaannya, namun menerawang. Mengingat, membayangkan dan mempertimbangkan atas semua yang baru dialaminya dalam kehidupan rumah tangganya. Ferry coba kembali merenung, kejadian tadi siang itu, bukan saja hanya istrinya yang menikmati, namun juga dirinya. Ya, dirinya.
Ferry diam-diam mengutuk dirinya sendiri. Diam-diam mengecam dirinya sendiri. Apakah aku ini suami yang normal, membiarkan, bahkan justru menonton istrinya sendiri bercumbu dengan lelaki lain ?  Tak melakukan tindakan apa-apa. Tak mencegah, bahkan justru…menikmatinya.
Ya, menikmatinya. Rasanya kini dirinya terbakar lagi demi membayangkan kejadian tadi siang. Dengan jelas sekali Ferry melihat istrinya yang berada dalam rengkuhan lelaki pemijatnya itu. Jelas sekali, istrinya sangat menikmati apa yang dilakukannya, hingga akhirnya istrinya itu melakukan sesuatu yang selama ini hanya dilakukan dengannya. Istrinya, Reni, dalam keadaan polos, menerima seluruh tindakan lelaki itu.
Ya, seluruh tindakan. Sampai akhirnya, Reni pun menerima juga kehadiran lelaki itu. Hadir dalam kehidupan dan dunia pribadinya. Hadir dan datang sepenuhnya. Reni menyambutnya, dan akhirnya…istrinya itupun menerima semuanya.
Masih terbayang di pelupuk mata Ferry, betapa istrinya sangat menikmati sodokan lelaki itu. Setiap kali lelaki itu bergerak, Reni sampai merintih dan mengerang kenikmatan. Terlihat jelas betapa istrinya sangat menikmatinya, bukan hanya dari rintihan dan erangannya saja, namun juga tergambar pada ekspresi wajah dan gerakan tubuhnya.
Dan semua itu, siang tadi, saat kejadian itu berlangsung, Ferry justru ikut menikmatinya, menyaksikan dalam keadaan polos istrinya dan lelaki itu saling memberi dan menerima kenikmatan birahi. Ferry sangat bergairah menyaksikan tubuh polos istrinya itu dalam cumbuan tubuh polos lelaki lain. Ferry sangat bergairah melihat betapa Reni istrinya sangat kenikmatan. Ferry terus menikmatinya, bukan….mencegahnya !  Jadi itu semua, salah siapa ? Istrinya ?  Mungkin. Tapi yang pasti, dirinya sendiri. Dan Ferry tak memiliki alasan untuk menyalahkan Reni istrinya itu, apalagi memarahinya.
Kekakuan akhirnya tak terelakkan. Suasana kaku yang hadir tanpa dapat dicegah. Entah bagaimana Ferry ingin bersikap, rasanya bingung. Keadaan batinnya tak bisa disingkirkan begitu saja, hingga terproyeksi dalam sikapnya. Sebaliknya, Reni sendiri, juga merasakan hal yang sama. Kejadian tadi siang membuat dirinya merasa bersalah. Ada terselip perasaan bersalah sekaligus takut kalau-kalau suaminya mencium gelagatnya. Apa yang dilakukannya saat ini untuk suaminya, terasa kaku dan canggung. Namun masing-masing tak sempat mempertanyakan dan memasalahkan sikap pasangannya, karena masing-masing dirinya tengah bergelut dengan perasaan batinnya sendiri.
Sampai tiga hari berturut-turut, baik Ferry maupun Reni mencoba mengembalikan suasana. Dan upaya mereka, patut disukuri karena nampaknya berhasil. Namun tetap saja, bila masing-masing teringat akan kejadian itu, maka rasa canggung dan rikuh kembali menyergap. Dan selanjutnya, masing-masing coba secepatnya menyingkirkan semua itu. Setelah satu minggu lamanya, keadaan nampaknya telah kembali normal. Masing-masing seakan telah dapat menerima kejadian itu.
Hanya celakanya, dengan sikap penerimaan itu, justru membawa ke tahap berikutnya. Antara sadar dan tidak, baik Ferry maupun Reni istrinya, terseret dengan perasaannya masing-masing, yang sejauh ini hanya dirinya sendiri yang mengetahuinya dan tak di ungkapkan ke masing-masingnya. Seakan semua itu menjadi rahasia sendiri-sendiri.
Ya, Ferry merasakan sesuatu yang aneh dan sulit diterima oleh akalnya. Dirinya ingin kembali menyaksikan istrinya bergumul dengan lelaki lain. Ferry ingin menikmati saat-saat yang demikian menggairahkannya itu.
Sebaliknya Reni. Kenangan betapa nikmatnya percumbuan itu, menghadirkan rasa rindu, apalagi sejak seminggu ini Ferry suaminya tak memberikannya. Dan memang Dinapun tak memintanya. Situasi yang tidak mendukung untuk itu.
Namun kini, nampaknya siklus gairahnya telah kembali. Dan saat kembali, dirinya langsung teringat betapa seminggu yang lalu dirinya mendapatkan sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang hanya didapatkannya saat itu. Dan kini, dirinya ingin kembali merasakannya. Apakah hal itu bisa didapatkannya dari suaminya ?
Berharap demikian. Namun rasanya sulit. Karena selain keadaan yang tengah menyelimuti kehidupan hubungan suami istrinya selama seminggu ini, juga rasanya tidak mungkin. Ini semua disebabkan oleh faktor psikologis. Dirinya tak akan merasakan ketegangan yang sama saat melakukannya dengan suaminya sendiri. Beda dengan saat melakukannya dengan Darwis seminggu lalu. Lelaki itu jelas lelaki asing. Secara norma hukum, etika dan moral, tidak dibenarkan. Namun justru disini letak misteri dan ketegangannya. Disinilah letak kelebihannya, yang tak didapatkannya dari suaminya.
Mungkin secara pisik, tak ada perbedaan antara suaminya dengan lelaki pemijat itu, namun yang pasti…secara emosional. Walau dengan sembunyi-sembunyi, Reni dapat memastikan kalau sumber kenikmatan yang didapatkan dari lelaki itu, tak berbeda dengan yang dimiliki suaminya. Baik kualitas, kuantitas maupun durasinya. Tak banyak beda. Namun mengapa terasa demikian nikmatnya ?
Dan semua itu, kini diam-diam dan tanpa diinginkannya, kembali hadir. Kembali ingin diraihnya dan dinikmatinya. Namun, tentu saja, itu semua tak mungkin untuk diutarakan dan dinyatakannya. Hanya sebuah keinginan yang nampaknya harus dipendamnya dan dibuangnya kemudian. Keinginan yang jauh panggang dari api.
Momen dan kendali di tangan Ferry, sebagaimana awalnya dulu. Hanya Ferry sendiri yang dapat mengujudkan fantasi, fariasi dan sensasi itu hadir kembali. Dan Ferrypun tak kuasa membendung keinginannya. Hanya kali ini, Ferry berharap, dirinya tak hanya sekedar menonton semua keasikan dan kemeriahan acara itu, namun ikut terjun ke dalam arena. Bagaimana nanti bentuk permainan dan acaranya, biarlah waktu dan naluri yang membimbingnya.
Dorongan yang kuat akhirnya membuat Ferry mengambil langkah dramatis. Skenario di susun, persiapan dilakukan. Suasana diciptakan dan lingkungan di sterilkan.
Langkah pertama, “mengungsikan” anak-anak ke rumah saudaranya. Dengan alasan ada hal yang perlu dibicarakan serius dengan ibunya, anak-anakpun mengerti. Diatur agar anak-anak mengatakan pada ibunya akan menginap kembali di rumah sodara , akhirnya tahap pertama berjalan mulus.
Tahap kedua, mengubungi Darwis kembali. Membicarakan dengan lelaki itu secara terbuka. Walau mulanya lelaki itu terkejut karena kejadian beberapa hari yang lalu ternyata diketahuinya, namun karena Ferry sudah tidak mempersoalkannya, bahkan meminta lelaki itu untuk kembali memberi sesuatu yang diinginkan dirinya dan juga pasti diinginkan kembali oleh istrinya, maka akhirnya lelaki itu bersedia. Bahkan untuk babak ini, akan dilakukan sesuatu yang berbeda. Dan itu semua sudah diatur dan direncanakan dengan matang, tanpa diketahui Reni tentunya.
Tahap ketiga, Ferry meminta ijin ke kantornya untuk libur tiga hari dengan alasan ada urusan keluarga. Selama tiga hari itu dipersiapkan dan direncanakan akan melakukan sebuah petualangan baru dalam kehidupan rumah tangganya.
Tanpa kesulitan, Ferry dapat menghadirkan Darwis kembali. Alasannya enteng saja, sudah lebih dari satu minggu tak dipijat. Dinapun tak berkutik. Jam delapan pagi, Darwis datang. Disambut, walau Reni nampak terlihat kikuk, namun Ferry berpura-pura tak mengetahuinya.
Untuk tak menimbulkan kecurigaan Reni, Ferry pun mendahului dipijat. Setelah itu, dengan sedikit memaksa, Reni pun akhirnya bersedia. Nampak sekali sikap kikuk dan canggung Reni, seperti saat dia pertama kali dipijat lelaki itu. Namun Ferry tahu apa yang menyebabkan istrinya sampai sekikuk dan secanggung itu.
Reni sendiri, dengan berbagai perasaan, membiarkan dirinya mulai “disentuh” kembali lelaki itu. Dan “kerinduan” akan segala rasa minggu lalu kembali menyeruak ke dalam dirinya. Dengan sekuat tenaga berusaha dihapus dan disingkirkannya, namun sia-sia. Dan Reni merasa putus asa atas semua ini.
Kedahagaannya, kerinduannya akan saat-saat yang berkesan minggu lalu kembali menekan dirinya. Namun dirinya tak tahu harus berbuat apa. Saat ini rasanya tak mungkin. Suaminya yang masih sepagi ini, nampak segar bugar dan tak akan ada kejadian seperti minggu lalu. Peluang itu nampak tertutup.
Ah, apakah aku sudah gila ?  Aku menginginkan kembali dekapan lelaki bukan suamiku ini ?  Ini gila ! batin Reni dalam segala pertarungan batinnya. Ini tak boleh terjadi lagi. Satu kali sudah cukup. Tapi….akh. Mengapa keinginan ini demikian kuatnya ?  Haruskah aku lari ?  Oh mas Ferry, bantulah aku. Suruh lelaki ini pergi, dan selesaikanlah kedahagaanku, batinnya putus asa.
Akan tetapi, tanpa diketahuinya, keadaan justru memojokkannya. Tiba-tiba suara HP suaminya berdering. Ferry langsung mengangkat teleponnya. Dan Reni, entah harus bersedih, takut ataukah justru…senang. Suaminya harus segera ke kantor ada sesuatu yang harus dikerjakannya saat ini juga. Dan tanpa bisa berbuat apa-apa, suaminya langsung  bangkit dan meninggalkannya hanya berdua dengan lelaki yang masih memijatnya itu
“Sudah, kamu lanjutkan saja Wis, aku mau keluar dulu” pesan Ferry suaminya, lalu dengan bergegas beranjak pergi. Reni benar-benar bingung dan tak tahu apa yang harus diperbuatnya. Detik demi detik berjalan terasa lambat dan semakin menegangkan. Reni hanya bisa diam.
Setelah memastikan semuanya aman, Ferry mulai berkonsentrasi mendengarkan suara-suara yang muncul dari balik kamar tidurnya. Untuk melihat ke dalam, itu tidak mungkin. Karena selain daun jendelanya tertutup rapat, juga tak ada celah untuk melihat ke dalam, kecuali dari lubang ventilasi atas, dan itupun tidak mungkin karena bayangan tubuhnya akan terlihat jelas di balik gordyn jendela kamar tidurnya.
Belum ada suara terdengar. Ferry menunggu dengan sabar. Dirinya sangat yakin kalau rencana yang sudah disusunnya ini akan berhasil, dan akhirnya dirinya dan istrinya itu akan memulai babak baru dalam kehidupan seksual mereka selanjutnya.
sendiri masih terdiam, sementara Darwis terus memijatnya. Pergolakan batinnya meningkat, antara lanjut dan menghentikan semua ini sebelum terlambat, namun Dina merasa kesulitan untuk mengambil sikap. Setidaknya, saat ini.
Ingin rasanya dia berucap, cukup. Cukup sampai disini saja. Tapi….akh, lidahnya terasa kelu, bibirnya terasa terkatup rapat. Batinnya bergolak, sementara suasana dan keadaan makin kritis. Dirinya berada di persimpangan jalan. Jalan mana yang harus diambilnya, dirinya tak mampu memutuskan. Sementara waktu terus berjalan dan keadaan semakin menyudutkannya.
merasakan kalau lelaki itu mulai melakukan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya tadi. Saat ini Darwis tak lagi memijat melainkan…membelai-belainya. Ingin rasanya dirinya berontak, namun kekuatannya terasa hilang.
“Bu, tubuh ibu indah sekali”  Deg !  Ukh gila. Lelaki ini benar-benar sudah terlihat keinginannya, batinnya. Ini tak boleh lagi. Tak boleh lagi terulang, batinnya berontak.
Sementara di balik tembok kamar tidur, Ferry justru senang, sekaligus, tegang. Percakapan di dalam, sudah dapat menggambarkan apa yang sedang terjadi di dalam kamar tidurnya.
“Terima kasih”  Akh, kenapa harus itu yang keluar dari celah bibirnya ?  Sudah tak waraskah dirinya ?  Antara keinginan hati dan ucapannya tak sejalan
Tapi apa iya ?  Apa iya hatinya menginginkan untuk berontak dan tak ingin kejadian minggu lalu terulang lagi ? Apakah benar hatinya tak mau melakukannya lagi ? Apa benar hatinya sebersih itu ? Bukankah sebelumnya, justru hatinya menginginkan hal yang sebaliknya ?
benar-
pasrah.
Dan keputus asaan serta kepasrahannya itulah yang akhirnya memberi ruang pada rasa “kerinduannya” yang langsung mengisi seluruh ruang dalam pikiran dan hatinya. Rasa itu terus menyeruak dalam dan membelitnya dengan sangat kuat sampai akhirnya seluruh persyarafan di tubuhnya tergiring untuk bersiap atas segala sesuatunya, dan itu….Reni rasakan dengan jelas.
Dengan berusaha menekan semuanya, dan berusaha kembali ke kesadarannya, Dina merasakan betapa setiap inci permukaan tubuhnya terasa sangat nikmat sekali disentuh lelaki itu. Apalagi saat lelaki itu mengarahkan gerakannya ke bagian depan tubuhnya, Dina akhirnya menyerah. Berontak sudah seluruh hasrat dan kedahagaannya.
Tubuhnya menggeliat, merasakan betapa sentuhan tangan lelaki itu terasa sangat nikmat. Napasnya mulai memburu dan akhirnya pada bagian bawah tubuhnya terasa mulai basah. Reni….terbangkitkan.
Maka saat lelaki itu bermaksud meraih dadanya, Renipun mengangkat dadanya. Akhirnya, kembali lelaki itu mulai menjamah dirinya, dan inilah yang diinginkannya kembali. Dina hanya bisa merintih saat jari-jari tangan lelaki itu mempermainkan gundukan payudaranya yang sudah terbuka bebas. Reni benar-benar merasakan terbang ke awang-awang oleh permainan lelaki itu. Dengan lihainya, lelaki itu meremas, mengelus dan menggelitiki seluruh bagian kedua payudaranya sampai akhirnya berhasil memberi tekanan lebih dalam dengan mempermainkan kedua putingnya, membuat Dina semakin tenggelam dalam buaian kenikmatan birahinya.
Dan lelaki itu memang sudah demikian terbakarnya, Dinapun sudah teramat “kepanasan.” Dengan satu gerakan tangan terus mempermainkan payudaranya, tangan yang lainnya menarik turun sisa pakaian yang melekat di tubuhnya, dan dirinya membiarkannya. Kini, untuk kedua kalinya dirinya polos. Kalau sudah begini, akhirnya dapat diterka.
menunggu dan bertanya dalam hati. Masih diam, tanpa sentuhan dan tindakan membuat dirinya terpancing untuk mengetahui apa yang terjadi. Dina menoleh dan ternyata… lelaki itu tengah melucuti pakaiannya sendiri. Masih sambil berbaring telungkup, dilihatnya lelaki itu dengan cepat melucuti pakaiannya sendiri sampai akhirnya….
Akh, untuk kedua kalinya dirinya melihat organ kejantanan lelaki itu yang langsung meloncat keluar saat celana dalamnya dia lepaskan. Batang kejantanan itu nampak sudah sangat tegangnya. Sekeliling batangnya terlihat guratan urat-urat besar yang melingkar tak beraturan, menambah penampilan akan kejantanannya.
“NGADAP ke depan bu” ucap lelaki itu membuat Dina tersentak kaget dari keterpanaannya. Dan kali ini dengan gairah memuncak, dirinya menyambut permintaan lelaki itu. Dirinya membalikkan badan hingga telentang, berhadapan dengan lelaki itu yang sudah sama-sama polos seperti dirinya.
Sementara Ferry coba menunggu kelanjutan dari ucapan Darwis atau istrinya di dalam. Ferry merasa kesal juga, hanya bisa mereka-reka apa yang tengah terjadi di dalam. Apakah istrinya dan Darwis sudah semakin maju, ataukah masih seperti semula.
Ferry memang tak mengetahui kalau di dalam kamar tidurnya saat ini, istrinya Dina dan lelaki pemijatnya itu sudah sama-sama dalam keadaan tanpa busana sama sekali, saling berhadapan. Ferry juga tidak dapat mengetahui pasti kalau saat ini istrinya Dina tengah memandangi batang kejantanan pasangannya dengan tatapan penuh gairah yang meluap-luap. Ferry juga tidak tahu kalau saat ini istrinya Reni sudah tanpa ragu dan canggung lagi mempertontonkan seluruh bagian tubuh bugilnya ke lelaki itu, tanpa kecuali
Tak hanya mempertontonkan, namun juga menyilahkan lelaki pasangannya itu untuk memperlakukan apapun terhadap tubuh polosnya. Bahkan saat ini, Ferry tak mengetahui saat si lelaki sedang mempertontonkan juga kepolosan tubuhnya ke istrinya, tangan kiri lelaki itu membelai-belai selangkangan Reni istrinya.
Di dalam kamar tidur, tanpa menunggu waktu, Darwis langsung menindih tubuh bugil Dina membuat Reni terkesiap merasakan penyatuan kembali tubuh bugilnya dengan tubuh bugil lelaki itu. Sesaat Reni terkesiap namun kemudian merasa terbang saat lelaki itu langsung menyergap puting payudaranya. Dihisapi, digelitik dan sesekali digigit-gigitnya membuat Reni benar-benar melayang tak kuasa. Perut lelaki itu menekan tulang pubisnya. Reni mengangkat pinggulnya hingga permukaan organ kewanitaannya bergesek dengan perut lelaki itu menghadirkan rasa nikmat yang makin menenggelamkan dirinya.
Akhirnya apa yang diinginkannya, didapatkannya. Dirinya kembali dapat mereguk kenikmatan birahi dengan lelaki ini. Seluruh apa yang dirasakannya minggu lalu kembali hadir, bahkan kini dirinya lebih menerima. Suasanapun lebih mendukung. Kali ini dirinya hanya berdua saja dengan lelaki itu, dan ini semakin membakar gairahnya.
“Sssshhh….mmmhhh….mmmhhh” tak segan-segan lagi Reni merintih dan mengerang untuk menyalurkan rasa nikmatnya. Apalagi saat lelaki itu mulai menggarap selangkangannya. Rintihan dan erangannya, walau sayup-sayup terdengar dari balik tembok kamar tidurnya, namun sudah membuat Ferry suaminya tersentak. Antara senang dan tegang, Ferry berusaha mempertajam pendengarannya. Dan setelah memastikan kalau istrinya itu sudah memperdengarkan erangan dan rintihannya, Ferry merasa lega sekaligus semakin tegang. Berhasil sudah. Hanya tinggal menunggu waktu saja, semuanya akan selesai.
Sambil terus melahap payudaranya, Darwis mulai mengeksplorasi organ kewanitaan Reni. Dinapun membuka penuh kedua pahanya, memberi kebebasan. Maka untuk kedua kalinya setelah minggu lalu, lelaki itupun menjelajahi seluruh permukaan organ kewanitaannya. Dengan tekun dan lembut, Reni merasakan sapuan tangan lelaki itu di permukaan vaginanya. Satu dua sapuan untuk kemudian jari tangannya mulai bermain-main di clitorisnya. Memberi sapuan, gelitikan, tekanan dan pilinan yang membuat sukma Reni kian melayang.
“Ssshhh…oookkhh….oookkkhh…..uuukkkhhh….” Dina amat menikmatinya. Pinggul bulatnya langsung berputar-putar. Gairahnya benar-benar sudah sangat memuncak, namun dirinya tak ingin segera menyelesaikannya. Ingin bermain-main dahulu. Ingin mengetahui sejauh mana kreasi dan imajinasi lelaki ini. Dan itu akhirnya didapatkan oleh Reni.
Permainan jari tangan lelaki itu di clitorisnya hanya berlangsung beberapa saat saja, untuk kemudian Reni merasakan kalau lelaki itu akan bertindak lebih jauh lagi. Dengan cepat jari tangan lelaki itu bergerak turun dan akhirnya….
“Sssshhh…mmmhhhh” erang Dina saat Darwis menusuk liang kewanitaannya dengan jari tangannya. Terus menusuk semakin dalam dan sangat dalam. Bermain-main sebentar di dalamnya, menjelajahi sekeliling dinding liangnya yang sudah mengembang penuh dan sangat basah untuk kemudian…
“Ssshhh….uuuukkkhhh” erang Reni tak kuasa ketika merasakan jari tangan yang kedua memasuki liang vaginanya. Tidak, tidak dua tapi…uuukkhh….tiga. Ya tiga ! Okh tidak, satu lagi….empat. Ya…empat ! Uuukkhh Reni sampai melambungkan pinggul bulatnya tinggi-tinggi merasakan semua ini.
“Oookhh…oookkhhh…oookkhhh….” lepas sudah semua yang menghalangi dirinya. Reni benar-benar tenggelam dalam permainan maut lelaki itu. Di payudaranya, Reni merasakan permainan jari tangan dan mulut lelaki itu, sementara di selangkangannya, di dalam rongga kewanitaannya, Dina merasakan korekan dan rojokan keempat jari tangan lelaki itu. Masih ditambah lagi dengan gelitikan, tekanan dan sentilan ibu jari tangan lelaki itu di clitorisnya, membuat Reni semakin kelabakan.
Rintihan dan erangannya yang semakin jelas didengar oleh Ferry, justru membuat Ferry semakin tegang sekaligus bergairah. Tanpa melihat langsung, Ferry sudah dapat memastikan kalau babak pergumulan istrinya dengan lelaki pemijatnya itu sudah dimulai. Dia hanya harus bersabar menunggu sesaat. Menunggu moment yang tepat untuk kemudian masuk ke dalam, berpura-pura memergokinya dan akhirnya…bergabung. Ferry ingin mengambil moment yang tepat. Moment saat istrinya berada di puncak gairahnya, dan berada di tepi akhir kenikmatannya, maka dia akan muncul dan dapat dipastikan, bila moment ini tepat diambilnya, maka tak ada alasan dan kemampuan istrinya untuk berbalik lagi, namun terus berjalan maju melanjutkan seluruh petualangan birahinya itu.
Kini Darwis mengarahkan cumbuan mulutnya ke bawah tubuh bugilnya. Reni, sebagai seorang wanita yang berpengalaman, tentu mengetahui apa yang akan dilakukan lelaki itu dan karenanya dirinya memberi ruang.
“Sssshhh….mmmhhhh” hanya itu yang keluar dari celah bibirnya saat lidah lelaki itu mulai menyapu permukaan vaginanya. Rasanya sangat nikmat. Terasa berbeda dan terasa lebih nikmat dibandingkan bila yang melakukannya adalah suaminya sendiri. Pinggul bulatnya terangakat naik dan bergoyang tanpa sadar merasakan sejuta sensasi dan kenikmatannya. Napasnya langsung memburu, sementara kesadarannya makin tenggelam dalam lautan kenikmatan birahinya. Sapuan lidah lelaki itu terasa asing dan penuh misteri. Reni tak tahu apa yang akan dilakukan lelaki itu selanjutnya dengan gerakan lidah dan bibirnya di permukaan organ kewanitaannya.
Dan nyatanya memang demikian. Reni sampai terpekik spontan saat lelaki melakukan sebuah gerakan tak terduga. Dengan tiba-tiba lelaki itu menjepit clitorisnya dengan kedua bibirnya kuat-kuat, lalu ditahannya beberapa saat untuk kemudian melakukan sebuah langkah yang membuat sekujur tubuh polos Reni bergetar tak kuat. Dengan ujung lidahnya lelaki itu menekan clitoris Dina kuat-kuat lalu diakhiri dengan gigitan kecil namun dengan tekanan yang terukur membuat Dina merasa seperti disengat arus yang sangat kuat, namun nikmatnya sulit sekali dilukiskannya. Gerakan selanjutnyapun tak kalah hebatnya. Clitorisnya langsung digelitik ujung lidah lelaki itu sambil terus memberi tekanan dengan kedua bibirnya. Gelitikannya sangat cepat dan kuat membuat tubuhnya bergetar hebat dengan sejuta kenikmatan yang sulit dilukiskannya. Kepalanya tertarik jauh ke belakang, sementara jari-jari tangannya mencengkeram kuat kain penutup tempat tidurnya.
Tak cukup sampai disitu, lelaki itu menjulurkan kedua tangannya dan langsung menangkap kedua gundukan payudaranya. Meremasnya dan memilin-milin putting payudaranya hingga membuat Dina benar-benar terkapar tak kuasa.
Gerakan itu diulanginya beberapa kali dengan kombinasi dan urutan yang berbeda sehingga sulit diterka, namun memberi efek kejutan yang luar biasa sampai akhirnya….
“Cu…cuk..kup. Cukup. Se…les…saik…kan sek…karang. Mas…sukkan sek…karang” susah payah Dina meminta. Tak kuat lagi dirinya berada dalam tekanan gairah yang sudah terasa di ubun-ubun dan siap meledak itu. Dirinya, ingin segera diselesaikan oleh organ kejantanan lelaki itu, bukan oleh organ tubuh lainnya.
Di balik tembok, Ferry semakin tegang. Demikian juga di balik celananya. Rasanya sudah sakit sekali karena batang kejantanannya dipaksa tak bebas oleh balutan pakaian yang dikenakannya. Pendengarannya terus dipertajam, demikian pula dengan daya imajinasinya. Berusaha membayangkan dan menggambarkan dengan persis apa yang tengah terjadi di dalam kamar tidurnya. Apa yang tengah dilakukan istrinya dan lelaki pemijatnya itu
Dan saat lelaki itu bersiap, Renipun menyambut. Kali ini dirinya tak lagi menutup mata, bahkan mengamati setiap gerakan lelaki itu. Kini terlihat lelaki itu duduk diantara kedua kakinya yang sudah terbuka lebar. Sesaat keduanya berpandangan, untuk kemudian keduanya bersiap melanjutnya.
“Ssshhh…” saat lelaki itu menyapukan dahulu bagian kepala batangnya di permukaan organ kewanitaannya. Satu dua sapuan lalu….
“Sssshhh….mmmhhhh” erangannya terlontar. Matanya memejam meresapi setiap kenikmatan yang ditimbulkannya oleh pergesekan dinding batang kejantanan lelaki itu dengan dinding liang kewanitaannya
“Yyyaaa…ter….russshhh. leb…bih da…lam. Leb…bih da…lam. Mas…sukkan ter…ruuusshhh….sssshhh…uuuukkkhhhh.” Cercauan Reni amat sangat membantu Ferry untuk dapat mereka-reka apa yang tengah terjadi. Tanpa melihatpun Ferry kini sudah yakin kalau saat ini istrinya Reni tengah menerima sodokan dari lelaki itu.
Ferry sempat kaget juga saat mengetahui kalau istrinya sampai seperti ini. Meminta apa yang diinginkannya dari pasangan bercumbunya. Padahal selama ini, selama melakukan hubungan badan dengannya, bahkan sampai kejadian minggu lalu, istrinya tak sampai seterbuka ini. Tapi kali ini ?  Apakah semua itu dikarenakan begitu menggebunya gairah yang dialami istrinya saat ini ?  Kalau demikian, tentu dirinya harus senang, karena ini awal yang baik untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya.
Perlahan Reni merasakan batang kemaluan lelaki itu membenam semakin dalam ke rongga vaginanya, terus dan terus semakin dalam mengisi rongga kenikmatannya dengan penuh dan dalam. Terus dan terus mengalirkan rasa nikmat yang semakin kuat sampai akhirnya…
“Akh”aaccchh….mass..ss…nikmatt…..bannggetttt….. pekikannya saat ujung batang kemaluan lelaki itu menyentuh dan menekan ujung liang rahimnya memberi lecutan rasa nikmat. Terus masuk lebih dalam lagi sambil terus menggesek ke seluruh bagian dalam rongga vaginanya, termasuk ujung liang rahimnya. Reni hanya bisa merintih merasakan seluruh kenikmatannya hingga akhirnya seluruh batang kemaluan lelaki itupun membenam habis ke dalam rongga kewanitaannya. Mengisinya dengan penuh karena besarnya, menghadirkan rasa nikmat dan sensasi tersendiri. Keduanya terdiam sejenak, lalu mulai bergerak melanjutkan.
Apa yang dirasakannya minggu lalu kembali hadir. Gerakan menusuk batang kemaluan Darwis terasa sangat nikmat sekali. Dan kali ini Reni mengekspresikannya dengan lebih bebas.
“Nikmat bu ?” tanya Darwis. Sialan, makin dirinya dalam hati. Ya udah tentu lah. Emangnya nggak lihat apa gimana reaksiku, gumamnya dalam hati dengan keki.
Namun Reni tak meluapkan rasa kekinya, dia justru mengangguk memberi jawaban.
“Mau cepat, apa pelan ?” kembali lelaki itu berucap. Akh kenapa sih dia jadi banyak ngomgong ? batinnya gemas. Tidak di sisi Ferry. Percakapan itu justru yang diinginkannya karena dapat menggambarkan secara lebih utuh siluet-siluet pecahan visual imajinasinya. Seluruh perbincangan maupun suara-suara lainnya akan memberikan kelengkapan gambar yang coba dirangkai oleh otaknya.
“Pelan dulu pak.,,.soalnya memekku  seret nich,..pak” dijawabnya juga ucapan lelaki itu. Dirinya ingin lebih lama meresapi dan benar-benar meyakinkan kalau apa yang dirasakannya saat ini adalah benar. Benar kalau ternyata melakukan dengan lelaki asing ini lebih nikmat. Benar kalau ternyata, saat ini dirinya merasakan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang lebih menegangkan. Sesuatu yang misterius, sekaligus sesuatu yang melenakan dan menenggelamkan. Sesuatu yang….jauh lebih hebat.
Dan ternyata benar. Melakukannya dengan lelaki lain itu, Reni merasakan kenikmatan yang jauh lebih hebat dan kuat. Dan itu pula yang mendorong dirinya untuk lebih jauh lagi mengeksplorasi diri.
“Yang….cep…pat sek…karangg pak….nikkmmattt banget kontolnya gede bangettt….pakkk.” pintanya sudah ingin ke tahap berikutnya. Ke tahap dimana dirinya benar-benar tenggelam dan hanyut dalam gelombang kenikmatan birahinya. Tahap yang pernah dirasakannya minggu lalu, dan kali ini kembali ingin dirasakan dan dialaminya. Di balik tembok, Ferry justru semakin tegang dan semakin terbakar mendengar permintaan Reni istrinya itu pada lelaki pasangan senggamanya.
“Ssshh…mmmhhh…mmmhh….mmhhh…aacchhh...uuukkhhh” akhirnya itulah yang keluar dari celah bibirnya dikombinasi dengan suara tepukan akibat benturan kedua permukaan selangkangan mereka dan itu terdengar cukup jelas oleh Ferry di balik tembok, membuatnya semakin kelabakan sendiri. Ingin rasanya dia meluruk ke dalam saat ini juga, namun dia tak yakin apakah ini moment yang tepat.
Diputuskan akhirnya untuk menunggu beberapa saat lagi. Menunggu setidaknya setelah Reni mendapatkan klimaks pertamanya. Dalam keadaan seperti ini, keadaan fisik dan batinnya berada dalam keadaan yang tepat dan tak akan memberikan pemberontakan. Kondisi Reni istrinya akan berada di fase yang sulit untuk keluar dari keadaan yang sedang dialaminya. Berada di puncak gairah dan persimpangan, dan tak akan memberi banyak pilihan lagi. Ya, moment itulah yang akhirnya diputuskan oleh Ferry untuk menunggunya.
Reni benar-benar mengalami apa yang dinamakan gempuran dan hantaman kenikmatan birahi, saat lelaki itu mulai memompanya dengan sangat cepat dan kuatnya. Reni ingin semua ini berlangsung dengan waktu yang lama. Reni ingin merasakan semuanya secara puas.
Tak ada lagi rasa rikuh. Tak ada lagi rasa malu. Dan tak ada lagi rasa canggung. Yang ada kini adalah gairah dan kenikmatan. Gairah yang demikian menggelora serta kenikmatan yang demikian melenakan. Segala aturan norma dan etika yang ada, justru menjadikan apa yang dilakukan ini menjadi sebuah tantangan tersendiri. Tantangan yang akhirnya menghadirkan ketegangan dan sensasi tinggi dan membuahkan kenikmatan tertinggi. Demikianlah yang Reni alami saat ini. Justru sesuatu yang menantang inilah yang membuatnya demikian menikmatinya. Melakukannya dengan lelaki ini, menghadirkan ketegangan dan sensasi yang luar biasa, yang justru membuat segala sesuatunya menjadi lebih hebat.
“Yyyaa…tus….suk yang kuat…memekkuu…pakkk….tus…suk yyaang…kkkuu….aattt,,..pakk..….akh !” Reni meminta lelaki itu melakukan tusukan yang kuat. Tusukan batang kemaluan yang sangat kuat dari lelaki itu di rongga kewanitaannya, menghadirkan rasa nikmat yang seakan menggedor-gedor sukmanya, dan ini yang membuat dirinya merasakan peningkatan tekanan dalam dirinya mengalir dan meningkat cepat. Dengan segala kenikmatan dan gairahnya, Reni melakukan putaran-putaran pada pinggul bulatnya, memberi tambahan kenikmatan tersendiri. Apalagi saat lelaki itu memberi tambahan dengan meremas-remas kedua gundukan payudaranya. Remasan yang kadang lembut, kadang juga sangat keras hingga dirinya merasa sedikit sakit pada kedua payudaranya, namun Reni menyukai kombinasi ini.
“Aakh !” sampai juga akhirnya dirinya ke puncak kenikmatan birahi pertamanya. Tubuh bugilnya meregang hebat saat merasakan ledakan puncak kenikmatan birahinya yang demikian kuatnya. Jari-jari tangannya tanpa sadar mencengkeram kuat kedua lengan lelaki itu, sementara kedua betis indahnya langsung memiting pinggul lelaki itu dan menekannya kuat-kuat, meminta tekanan yang tertinggi. Napasnya tersendat, wajahnya tertarik jauh ke belakang. Urat-urat kecil muncul di sisi-sisi leher jenjangnya. Reni akhirnya mendapatkan kembali klimaks tertingginya seperti minggu lalu, aaaccchhh…..paakkkk akuu  mau  keluaarrr…ppakkkk,, genjot  tuuruss…..ppakkk……..craatt….crarttt..crattt..dan memang inilah yang dirindukannya dan ingin didapatkannya kembali.
Babak penentuan akhirnya didapatkan Ferry. Inilah saatnya dirinya masuk ke dalam. Kalaupun istrinya akan bereaksi mundur, setidaknya itu sudah ada yang didapat oleh Reni, kepuasan pertamanya tadi. Namun Ferry sangat yakin, kalau semuanya akan berjalan dengan lancar. Asal cara dan teknisnya saja yang harus dilakukan dengan tepat. Dan Ferry ingin mengambil langkah yang santai dan tak mengejutkan istrinya.
Dengan perlahan Ferry melangkah masuk. Mengunci pintu depan dengan perlahan, lalu melangkah mendekat ke kamar tidurnya. Tiba di depan pintu kamar tidurnya, dihentikan sejenak langkahnya. Coba didengarkan suara-suara dari balik pintu kamar tidurnya. Sepi. Akhirnya diputuskan untuk mencoba mengintipnya lewat lubang anak kunci pintu kamar tidurnya. Tak terlihat, karena posisi tempat tidurnya memang tidak memungkinkan untuk dapat dilihat dari lubang anak kunci itu. Ferry sempat bimbang untuk melanjutkan langkahnya. Diam sesaat memikirkan apa yang harus dilakukannya.
“Kita terusin bu ?” tiba-tiba terdengar suara dari dalam. Ferry mempertajam pendengarannya. Tak ada suara sesaat.
“Kita ganti posisi. Ibu…merangkak sekarang” terdengar lagi suara Darwis. Akh rupanya persenggamaan akan kembali dilanjutkan setelah tadi terhenti sejenak saat Dina mendapatkan klimaksnya.
Kembali hening, Ferry menanti.
“Sssshhh…uuuukkkhhh” erangan Reni kembali terdengar. Berarti persenggamaan mereka kembali di mulai dan kali ini rupanya mereka memilih posisi doggy. Ferry masih diam menunggu dan mencoba mencari cara bagaimana caranya dia masuk ke dalam agar tak menghentikan semua yang sudah berjalan.
Yang pasti, saat ini Reni istrinya sudah dalam keadaan yang terjepit dan sulit untuk menolak bila nanti dirinya meminta melanjutkan permainan ini. Hanya saja bagaimana cara yang tepat untuk bisa bergabung ke dalam.
Setelah memikirkan dan mempertimbangkan beberapa saat, akhirnya diputuskan untuk mengambil satu cara. Sebelum masuk, Ferry menanggalkan dahulu seluruh pakaiannya hingga dalam keadaan sama-sama telanjang bulat seperti istrinya dan lelaki di dalam kamar tidurnya itu. Lalu dengan perlahan ditekannya handle pintu kamar tidurnya. Melongok ke dalam dan….
Tepat. Mereka sedang melakukan posisi doggy, dan untungnya posisi istrinya membelakanginya sehingga tak melihatnya masuk ke dalam.
Ferry langsung duduk di kursi dekat pintu kamar tidurnya, menonton persetubuhan istrinya dengan lelaki pemijatnya itu. Kali ini secara langsung dan tak sembunyi-sembunyi lagi seperti minggu lalu.
Darwis lah yang pertama kali mengetahui kehadirannya. Lelaki itu sempat terkejut dan menghentikan gerakannya sesaat, namun dengan gerakan tangannya, Ferry memberi isyarat agar lelaki itu melanjutkan semuanya.
Setelah merasa yakin, apalagi saat melihat Ferry, suami dari wanita yang tengah disenggamainya itupun sudah dalam keadaan sama-sama bugil, Darwispun melanjutkan gerakannya. Reni belum menyadari kehadiran suaminya dan terus menikmati “tikaman-tikaman” lelaki pasangan senggamanya dari arah belakang.
Namun tiba-tiba Ferry menemukan ide. Cepat dia bangkit dan mendekat ke arah keduanya. Dari belakang, Ferry mencolek tubuh Darwis dan memberi isyarat untuk mundur dan dia yang menggantikan.
Dengan cepat lelaki itu mundur dan Ferry maju. Tanpa menunggu lama, Ferrypun langsung membenamkan batang kemaluannya ke dalam vagina istrinya.
Reni yang tak menyadari semua itu, kembali mengerang-ngerang dan merintih-rintih kenikmatan tanpa tahu kalau yang melakukan tusukan dari belakangnya saat ini adalah suaminya sendiri.
“Sssshhh…uuuukkkkhh….uuukkkhhhh…mmmmhhhh….mmmhhh” berkali-kali Reni mengerang dan merintih menerima tusukan-tusukan batang kemaluan di liang vaginanya. Pinggul bulat indahnya berputar-putar mengiringi irama tusukan batang kemaluan Ferry.
“Leb…bih cepat…leb….bih cep…paaat” pintanya tanpa menyadari kalau yang melakukannya saat ini adalah suaminya sendiri. Ferrypun langsung “tancap gas” menggempur istrinya dengan sangat hebatnya membuat Reni istrinya sampai berkali-kali memekik menahan serangannya. Tekanan dalam dirinya dengan cepat meningkat dan terus meningkat lebih tinggi seiring dengan laju tikaman batang kemaluan pasangannya dari arah belakang. Reni terus mengerang, merintih dan sesekali memekik merasakan semuanya sampai akhirnya….
“Aaakh !” pekiknya lebih keras disusul tubuh bugilnya yang mulai basah oleh keringatnya itupun mengejang dan meregang hebat. Reni kembali mendapatkan klimaks keduanya dengan sangat hebat. Ferry menekan sekuatnya memberi kesempatan pada istrinya untuk menikmati segala kenikmatan yang baru didapatkannya. Seluruh batang kemaluan Ferry yang tertancap dalam-dalam di lubang vagina istrinya itu, terasa seperti diremas-remas dinding lubang kemaluan istrinya itu dengan sangat kuat dan cepatnya. Rupanya Reni mendapatkan klimaks yang sangat kuat
Beberapa saat kemudian, Reni menjatuhkan tubuhnya, hingga telungkup. Napasnya terlihat memburu dari irama turun naik punggung indahnya. Ferry memandangi sekujur tubuh bugil istrinya itu dari belakang. Reni benar-benar belum menyadari semuanya sampai saat dengan gerakan tangannya, Ferry meminta istrinya membalikkan badan menghadap.
“Mas..!” pekik Reni terkejut luar biasa. Dengan cepat dia bangkit dan memandang tak percaya ke arah suaminya. Ferry hanya senyum saja.
“A..aa” Reni tak mampu berkata-kata. Pandangannya langsung mencari sosok lelaki yang tadi bercumbu dengannya dan mengira juga kalau lelaki itulah yang menyelesaikan klimaks keduanya itu. Ternyata lelaki itu tengah duduk di sofa dimana biasanya Ferry suaminya duduk, masih dalam keadaan telanjang bulat. Pandangannya kembali ke sosok suaminya yang juga dalam keadaan telanjang bulat.
“Kenapa sayang ?  Ayo, nggak apa-apa khok” Ferry coba mengatasi kepanikan istrinya. Tentu saja Reni sangat panik dan terkejut. Bagaimana tidak, seorang istri yang ketahuan sedang melakukan percumbuan dengan lelaki lain dan dipergoki oleh suaminya, maka ini sebuah bencana. Hanya kenapa saat ini suaminya juga dalam keadaan sama seperti dirinya dan lelaki itu ?  Dan yang lebih membuat Reni bingung adalah, tak ada kemarahan di mata dan wajah suaminya. Bahkan justru suaminya…
Akh ya. Kalau saat ini lelaki itu sedang duduk di sofa, berarti yang baru saja menyenggamainya adalah….
Bingung, terkejut dan sempat shock, hingga membuat Dina tak mampu berkata-kata dan tak mampu harus berbuat apa.
“Ya sudah, kita ngobrol dulu deh, sambil istirahat” ujar Ferry pelan dan lembut sambil memegangi tangan istrinya yang terasa sangat dingin, nampak ketakutan.
“ren, nggak usah takut. Kamu lihat, saya nggak marah kan ?” ujar Ferry menenangkan. Reni masih memperlihatkan sikap paniknya. Sesekali dia tertunduk tak mampu menatap wajah suaminya yang sudah mengetahui perbuatannya, walau tadi ditegaskan tidak apa-apa dan tidak marah, tapi…tetap saja membuat dirinya merasa tertangkap basah
“Hey dengar, ayo. Aku nggak apa-apa. Aku nggak marah khok. Justru…jadi bersemangat lihat kamu begitu menggairahkan sekali saat ini. Ayo Reni sayang, aku sungguh-sungguh khok” Ferry coba meyakinkan. Reni kembali menatapnya dengan sejuta perasaan tak menentu.
“Be…benar ?  Mas….” Ucapannya tersendat. Ferry tersenyum menenangkan sambil mengangguk memberi jawaban.
“Iya, sungguh. Aku nggak marah khok” menandaskan dan mempertegas jawabannya.
“Ta…tapi mas, ak..ku kan…” Reni masih tak yakin.
 “Ya, aku tahu. Oke, supaya kamu lebih yakin. Wis, ayo sini. Duduk di sini bareng kita” ujar Ferry memanggil lelaki itu. Reni merasa bingung sekaligus kikuk menghadapi segala sesuatu yang serba mendadak dan tak terduga seperti ini.
“Nah, ini Darwis. Ini bukti kalau aku nggak marah dan keberatan khok. Ayo, apa lagi yang harus aku pertegas” jawab Ferry setelah Darwis duduk di sisi Reni. Dengan canggung dan bingung, Reni kembali memandang mata suaminya. Benarkah apa yang dikatakan suaminya itu ? Benarkah dia tidak marah ? Tapi bagaimana mungkin ? Bagaimana seorang suami tidak marah saat memergoki istrinya tengah bercumbu dengan lelaki lain ? Apakah suaminya tidak sedang mempermainkannya sekarang ?  Apakah suaminya tidak sedang mengatur siasat sesaat untuk kemudian….
“Mas…” hanya itu suara yang keluar dari celah bibir Reni. Tak tahu harus berkata apa. Tak tahu harus berbuat apa.
“Oke deh, kita ngobrol dulu aja. Biar semua tenang dulu. Biar kamu rileks dulu. Ayo, kamu mau ngomong apa, atau mau tanya apa ke aku” ujar Ferry sambil membelai lengan istrinya. Reni masih bingung dan tak percaya. Pikirannya buntu walau hatinya bergejolak tak menentu. Pandangannya terus tertuju ke arah suaminya. Reni tak tahu harus bersikap apa. Senang, tenang atau bersiap menerima amukan suaminya itu ?
“Ayo, mau tanya apa sayang ?” bujuk Ferry. Reni masih mematung memandanginya. Dengan gerakan kepalanya, Ferry memberi isyarat penegasan, apa yang ingin dikemukakan oleh istrinya itu. Namun Reni masih diam sampai akhirnya hanya menggeleng. Menggeleng tak tahu harus bertanya apa. Tak tahu harus berkata apa.
“Ya sudah. Mungkin saat ini kamu masih bingung. Nggak apa-apa. Cuma, gimana, kamu sudah lebih rileks dan percaya kalau aku tak memasalahkan ini ?” ujar Ferry sambil senyum. Dina terus memandanginya dengan ekspresi wajah tetap seperti semula.
“Hey, khok nggak jawab ? Kamu sudah percaya dan tenang sekarang ?” Ferry mengulangi pertanyaannya. Reni akhirnya mengangguk tanpa perubahan ekspresi wajahnya.
“Tapi mas…” Reni merasakan tenggorokannya kering, lidahnya kelu, tak mampu melanjutkan ucapannya.
“Ya, kamu mau ngomong apa ?” desak Ferry, namun Reni hanya menggeleng seakan bingung ingin berkata apa.
“Oke, mungkin banyak yang pengen kamu omongin, cuma bingung aja. Mau mulai dari mana ngomongnya. Kalau begitu, aku aja deh yang ngomong. Mudah-mudahan menjawab semua apa yang menjadi pertanyaan kamu saat ini” Ferry masih duduk dihadapan istrinya sambil memegangi tangan istrinya itu memberi kekuatan dan menenangkannya. Perlahan tangan istrinya tak lagi sedingin seperti awalnya tadi, itu menandakan kalau istrinya itu sudah lebih tenang saat ini.
“Sebenarnya, aku tahu sejak awal. Sejak minggu lalu. Dan semuanya berjalan seperti diluar kendali. Baik aku maupun kamu, merasakan kebingungan kenapa semuanya tak mampu kita hentikan. Kalau ini dianggap kesalahan, ini kasalahan aku juga. Tapi, aku tandaskan saja, ini bukan kesalahan. Ini semua, karena tanpa sadar, kita inginkan. Aku, juga ternyata menginginkan ini” Ferry menghentikan sejenak penjelasannya.
“Awalnya, aku sempat kaget dan akan bereaksi seperti normalnya seorang suami. Tapi entah kenapa saat itu aku tak mampu melakukannya. Aku hanya bisa terpaku di tempat. Bingung dan tak tahu harus bersikap apa. Aku ingin menghentikan dan mencegahnya, tapi tak kuasa. Apalagi saat aku tahu, kamu sedang tenggelam dengan keadaan kamu. Aku tak tega dan kuasa menghentikannya. Aku merasa akan sangat tidak adil menghentikan semua itu setelah aku sendiri yang memulainya.”
“Apa yang kamu lakukan dan apa yang terjadi itu, adalah disebabkan aku juga. Dan setelah aku yang memicu, mengapa aku juga yang mematikannya. Ini sangat egois. Aku hanya ingin melihat kamu menerima sesuatu yang bisa kamu nikmati dan sukai. Walau mungkin diluar kehendak kamu awalnya dan walau mungkin di luar kesadaran kamu pada awalnya, tapi apapun masalahnya, semua itu memberikan sesuatu yang amat berharga untuk kamu. Dan itu….aku anggap pemberianku” kembali Ferry menghentikan penjelasannya, sementara Reni masih menunggu kelanjutan penjelasan suaminya itu dengan sejuta gejolak perasaan. Apakah dirinya harus malu dan merasa bersalah ?  Ataukah sebaliknya ?  Malu, ya. Bersalah, juga ya. Tapi, apa yang dikemukakan suaminya itu juga benar. Semua ini bukan tertumpu hanya kepada dirinya. Beban ini harus bersama-sama memikulnya.
“Satu minggu lamanya aku berusaha untuk mengkaji dan menelaah masalah kita. Dan satu minggu itulah, aku memutuskan bahwa aku dan kamu, berhak untuk mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Aku dan kamu, berhak senang, sepanjang tak merugikan orang lain”
“Tapi mas, aku kan masih berstatus is….”
“Ya, aku tahu. Sekarang, kalau aku sebagai suami kamu tak marah dan berkeberatan, lantas….apa masalahnya ? Beres kan ?” jawab Ferry mendahului ucapan Dina. Sesaat hening, seakan masing-masing sibuk dengan alur pikirannya sendiri-sendiri, termasuk Darwis yang sejak tadi setia dan diam memberi kesempatan kepada pasangan suami istri itu untuk berkomunikasi.
Panjang lebar Ferry coba menjelaskan dan memberi pengertian pada Reni. Perlahan Dinapun mulai memahami dan kembali tenang.
“Jadi, sungguh…mas…tidak…” masih sedikit ragu Reni coba meyakinkan diri.
“Ya. Pasti. Sekarang, kita sudahi saja semua yang menjadi masalah itu. Sekarang kita ngobrol yang lain, kasian tuh Darwis, kayak kambing congek didiemin aja” ujar Ferry. Kali ini, walau dengan sedikit canggung dan malu, Reni melirik ke arah lelaki itu yang hanya senyum-senyum simpul saja.
“Darwis juga tadinya ketakutan waktu aku memanggil dia dan menyampaikan segala sesuatunya. Tapi setelah aku jelaskan, dia juga akhirnya menerima” jelas Ferry. Reni mengangguk mengerti.
“Eh tunggu. Jadi, Darwis udah tahu kalau mas…” tergelitik juga Reni dengan ucapan terakhir suaminya. Ferry mengangguk mengiyakan.
“Ter…rus, hari ini, apa…dia juga tahu kalau mas akan…”
“Nggak. Kalau itu dia nggak tahu. Dia juga kaget waktu aku muncul tadi “Betul itu mas Dar…wis ?” Reni coba menegaskan dan mencari kebenarannya.
“Iya bu. Saya kaget tadi waktu tiba-tiba bapak udah di dalem. Cuma karena bapak kasih isyarat supaya aku terus, makanya aku…” Darwis tak melanjutkan ucapannya karena dilihatnya Dina tertunduk malu.
“Terus…tadi yang terakhir, mas…sendiri yang…”
“Ya. Aku sendiri yang menyelesaikannya. Aku senang sekali, kamu sangat menikmatinya. Terus terang, aku belum pernah menemui kamu sampai Reni menutup mulut suaminya.
“Udah akh, jangan di bahas, aku malu” ujarnya tersipu. Ferry tersenyum memaklumi.
“Terus, kita ngapain nih. Udah sama-sama begini. Apa….”
“Mas…udah. Aku….” Reni merasa digoda dan makin membuatnya malu sendiri.
“Ya udah. Kita ngobrol yang lain aja dulu. Oh ya, ceritain dong sedikit soal kamu Wis, biar kita lebih kenal kamu” Ferry coba mengalihkan suasana.
“Saya ?  Cerita apa ?  Nggak banyak yang bisa saya ceritain” ujar Darwis.
“Ya apa aja. Misalnya, tentang sejarah sekolah kamu. Tentang pengalaman kerja kamu” Ferry coba menjembatani. Lelaki itu diam sesaat, coba merangkai kembali riwayat hidupnya.
“Saya sekolah hanya sampai kelas 2 SMP. Maklum, ekonomi orang tua saya tidak mampu menyekolahkan saya tinggi-tinggi. Makanya saya hanya bisa jadi tukang pijat seperti ini” kembali lelaki itu diam
“Kamu sudah punya istri ?” sambung Ferry.
“Sudah, dua kali. Tapi dua-duanya berakhir dengan perceraian” jawabnya.
“Punya anak ?” lanjut Ferry merasa harus terus dipancing. Lelaki itu menggeleng dengan raut wajah trenyuh.
“Saya cerai dengan kedua istri saya itu justru karena itu. Lima tahun berumah tangga dengan istri pertama, dan tiga tahun dengan istri kedua yang janda, tapi tak juga memiliki anak. Terakhir baru saya ketahui, sayalah yang mandul. Karena mantan istri pertama saya yang sudah menikah lagi, punya anak. Sedang mantan istri kedua saya, yang janda dengan dua anak sebelumnya, juga setelah menikah lagi, punya anak lagi. Jadi…sayanya yang mandul” Darwis mengakhiri ceritanya dengan wajah semakin trenyuh.
“Saya turut prihatin ya. Dan maaf kalau pertanyaan saya ini kurang enak ditanggapinya” Ferry coba memperbaiki suasana. Reni sendiri kini sudah mulai berani menatap lelaki disampingnya itu yang sesungguhnya sudah seperti “suami keduanya” karena memang antara dia dan dirinya sudah layak dikatakan sebagai “suami istri” sejak satu minggu lalu.
“Sekarang, ceritain deh pengalaman kamu selama menjalani profesi kamu ini Wis” Ferry mengganti topik pembicaraan.
“Ya, nggak banyak juga pa yang bisa diceritain. Pengalaman saya sebagai tukang pijat ya…begitu aja. Mijat, mijat dan mijat terus” jawabnya datar.
“Kalau…pengalaman…yang…seperti ini ?” hati-hati Ferry coba mengutarakan pertanyaannya. Sesaat Ferry dan Reni saling bertatapan. Demikian juga dengan lelaki itu. Bergantian dia menatap ke arah Ferry dan Reni, namun Reni tak balas menatapnya, kecuali Ferry.
“Ini…pengalaman saya…yang…pertama” jawab Darwis jujur. Reni dan Ferry kembali saling bertatapan. Kali ini Reni berani beralih memandang lelaki “suami” keduanya itu, seakan hendak mencari kebenaran dan kejujuran dari ucapan lelaki itu
“Masak sih ?” pancing Darwis.
“Iya pak, sungguh. Memijat wanita juga, ini yang pertama kalinya” tegas lelaki itu. Akh, pantesan aja, waktu pertama kali dia memijatku minggu lalu, dia seakan grogi dan canggung, batin Reni sendiri.
“Sorry yah, kalau aku tanya ini agak kurang enak kedengarannya” sesaat Ferry memandang ke arah Reni istrinya dan juga lelaki di hadapannya.
“Berhubungan seks dengan wanita lain selain istri kamu, apa ini juga yang pertama kalinya ?” kali ini pertanyaan Ferry membuat wajahReni bersemu malu.
“Ya pak. Ini…yang pertama” jawab Darwis jujur.
“Sudah berapa lama sih kamu cerai dengan istri….kedua kamu ?” Sesaat Darwis tak menjawab, nampak ragu mengutarakannya.
“Mas, nanya apa ngintrogasi sih ?” protes Dina seakan membela lelaki itu.
“Nggak apa-apa bu, saya juga nggak keberatan khok menjawabnya. Sudah lima tahunan” jawab Darwis lagi. Dina tertegun. Pantes saja, permainannya hot banget sampe bikin aku megap-megap, batinnya sendiri. Wajahnya merona, malu sendiri.
“Menurut kamu…istri saya menggairahkan nggak ?” kali ini Reni protes dan membelalakkan matanya tanda protes. Ferry cuma senyum.
“Yaa…pastilah pak. Ibu….sangat cantik dan…”
“Menggairahkan, begitu ?” Ferry menyambung ucapan Darwis yang terputus. Lelaki itu mengangguk tersipu, terlebih Dina.
“Dibanding kedua mantan istri kamu ?”
“Mas !  Apa-apaan sich ? Nanyanya khok gitu ?” Reni benar-benar protes karena dibanding-bandingkan.
“Nggak apa-apa bu. Sejujurnya…dibanding ibu, kedua mantan istri saya itu…ya jauh lah. Maklum, mereka kan orang desa, sementara ibu…”
“Jadi lebih menggairahkan begitu Wis ?” kejar Ferry. Dina mencubit pinggang suaminya, memprotes keras atas pertanyaannya itu.
“Sangat. Sangat lebih cantik dan…meng….gairah…kan” terbata-bata dan takut lelaki itu mengucapkannya. Reni semakin tersipu, sekaligus merasa sangat tersanjung.
“Kamu benar Wis. Istri saya ini memang, cantik dan sangat menggairahkan sekali. Walau sudah punya anak tiga, tapi…nggak kalah kan sama gadis-gadis belia ?” Reni benar-benar dibuat tersipu-sipu sekaligus senang dan merasa melambung dipuji seperti itu.
“Permainannya menurut kamu gimana Wis ?” Ferry berucap cepat, menggoda istrinya. Reni terperanjat tak menyangka suaminya akan bertanya sekonyol ini.
“Nggak usah dijawab. Aku dan kamu sudah tahu sendiri kan ? Istriku ini hebat banget kan ?” sambung Ferry membuat istrinya agak sewot.
“Wis, setuju nggak kalau…kita…perkosa dia bareng-bareng” Reni terbelalak. Gila banget suaminya ini. Apa maksudnya ?
“Mas, apa-apaan sih ?” Reni merasa keki di”ganggu” seperti itu.
“Ya kalau kamu nggak mau melanjutkan acara ini, aku akan paksa kamu, dan bila perlu…kita perkosa. Ya nggak Wis ?” lelaki itu cuma bengong, melongo seperti orang blo’on.
“Mas…
“Kenapa ?  Mau nggak nerusin acara ini ?” kejar Ferry yang sudah tak tahan ingin memulai babak baru kehidupan seksual rumah tangganya itu. Seperti dalam film-film porno, dirinya ingin membuktikan, apakah hubungan model ini bisa dinikmati baik oleh lelakinya ataupun wanitanya. Yang pasti, dirinya sudah merasakan sensasi dan gairah tersendiri saat menyaksikan istrinya berhubungan seks dengan lelaki lain. Dan yang pasti, dirinya sudah dapat memastikan kalau istrinyapun sangat menikmati hubungan seks dengan lelaki selain dirinya itu. Kini tinggal menguji, apakah kalau dilakukan secara terang-terangan dan kalau perlu bersamaan, sensasi dan kenikmatannya akan sama ?
“Tapi mas…ak…ku…”
“Kenapa ?  Kamu nggak bersedia ?” kejar Ferry cemas, khawatir istrinya menolak model hubungan seperti ini.
“Atau aku keluar dulu deh, biar kamu sama Darwis dulu aja”
“Mas…mas, bukan begitu. Aku cuma mau ngomong, aku….” Reni benar-benar bingung. Tak menduga akan menemui keadaan seperti ini. Tak menduga kalau suaminya akan mengajukan sesuatu yang gila-gilaan seperti ini. Dirinya diminta melayani suaminya sendiri dan lelaki itu sekaligus. Apa tidak gila namanya.
Tapi memang sudah kepalang. Bukankah, melakukan hubungan dengan lelaki lain saja sudah tindakan yang gila ?  Mengapa lagi musti mempertimbangkan yang lainnya. Kegilaan tetap saja kegilaan. Hanya saja, Reni merasa tak berani untuk melakukan hal itu. Atau mungkin…bisa dikatakan, belum berani. Belum siap.
Belum siap ?  Apa bukan belum mau ?  Seperti yang ditanyakan suaminya sendiri, mau apa tidak ?  Batinnya coba menerka sendiri jawaban dan keinginannya.
Melayani keduanya ?  Gila !  Ini benar-benar gila !  Aku tak pernah menduga dan memimpikannya sekalipun. Tapi kini, kenyataan. Reni merasa bimbang, sekaligus merasa tertantang juga diam-diam. Setelah tertantang melayani lelaki lain selain suaminya, kini tertantang lagi oleh model permainan yang mengandung kegilaan seperti ini. Dirinya teringat adegan film porno yang beberapa kali ditontonnya bersama suaminya itu dimana seorang cewek melayani dua orang cowok, bahkan lebih. Dan kini dirinya mengalami sendiri.
“Ren, ayo dong jawab. Atau apa Darwis kita suruh pulang aja ?” Ferry coba memojokkannya, dan itu….berhasil.
“Ng…nggak, nggak usah” Reni menjawab spontan. Entah karena didorong oleh rasa tidak enak hati kalau harus mengusir lelaki itu ataukah didorong oleh hal lainnya ? Didorong oleh keinginan dirinya yang tak ingin kesempatan ini lepas dan hilang begitu saja akan tantangan kali ini.
Namun untuk menjawabnya dengan terus terang, tentu saja tidak mungkin. Dina berharap, suaminya memahami dan dapat membaca gerak tubuhnya.
“Ya sudah, jadi kamu nggak keberatan kan ?” Ya, itu dia !  Itu jawaban dan ucapan yang ditunggunya. Walau dalam hatinya bersorak senang, namun tak urung membuatnya tersipu.
“Terserah mas aja deh” hanya itu ucapan yang keluar dari celah bibirnya, pasrah. Pasrah seperti sebelum-sebelumnya. Kepasrahan yang akhirnya menghadirkan kenikmatan seperti ini. Dan kini dirinya kembali pasrah diminta melayani sekaligus dua lelaki, satu suaminya sendiri, dan satunya…
“Nah gitu dong. Ya udah, biar kamu rileks, gimana kalo…Wis, kamu keluar dulu yah. Kamu tunggu aja di luar dulu. Nanti aku panggil deh kalo udah siap” ujar Ferry memahami keadaan batin Dina. Lelaki itu tanpa banyak komentar, langsung bangkit dan beranjak ke luar.
“Sebentar sayang, aku mau ada titipan pesan dulu sama Darwis, jangan sampai dia terlihat orang dari luar” ujar Ferry langsung menyusul lelaki itu keluar. Reni termenung ditempatnya. Masih tak percaya, dalam waktu sesingkat ini dirinya mendapatkan pengalaman yang sangat luar biasa dan tak terduga. Setelah dua kali pertempurannya dengan Darwis yang membuatnya “ketagihan,” kini ditambah lagi dengan kejutan lain. Suaminya sendiri yang mengusulkan hubungan seks gila seperti ini. Dua lelaki akan menggumuli dirinya sekaligus, apa rasanya ?
Belum selesai lamunannya, Ferry sudah muncul lagi.
  “Ngomong apa sama…Darwis mas ?” Reni coba mencari tahu.
“Aku suruh dia nunggu di sudut ruang tengah aja dan jangan jalan-jalan ke depan atau ke dapur, takut ada yang lihat” ujar Ferry tak sepenuhnya. Padahal, selain titip pesan tersebut, Ferry juga menitip pesan agar Darwis nanti masuk saat dirinya tengah bercumbu. Ferry pura-pura tidak mengetahuinya, dan Ferry akan melihat reaksi istrinya saat melihat Darwis hadir menonton percumbuan dirinya itu.
“Nah, sekarang tinggal kita berdua. Mau tunggu apa lagi ?” ujar Ferry.
“Iiih, mas nakal akh” rajuk Dina tersipu.
“Ayo, duduk disini. Aku ingin bersenang-senang dengan kamu sayang” ujar Ferry meminta Reni duduk di pangkuannya
“Kamu terlihat sangat cantik dan menggairahkan lho” ujar Ferry senang karena keinginannya terkabul.
“Makasih mas” jawab Reni manja sambil duduk di pangkuan suaminya. Keduanya saling berpelukan, dan langsung saling berpagutan dengan penuh gairah. Baik Reni sendiri maupun Ferry, masing-masing sesungguhnya diam-diam sudah terpancing gairahnya dengan rencana acara permainan barunya ini. Dan itulah karenanya, keduanya langsung tancap gas.
Reni sendiri, tanpa sadar, napasnya telah memburu, menandakan gairahnya sudah demikian memuncaknya, sejak membayangkan dirinya akan dikerubuti dua lelaki sekaligus.
Sambil berpagutan, tangan Ferry menggerayangi sekujur tubuh polos istrinya itu. Mulai dari rambut kepalanya, tengkuknya, punggungnya, sampai ke bongkahan pantatnya dan juga kedua paha mulusnya. Demikian juga halnya dengan Dina.
Cukup lama juga keduanya berpagutan dan saling raba, untuk kemudian Ferry mengangkat tubuh Reni agar lebih tinggi lalu segera menyergap kedua gundukan payudara istrinya itu dengan penuh gairah, sementara Reni sendiri langsung menggenggam batang kemaluan suaminya yang sudah mengeras. Reni merasakan batang kemaluan suaminya kali ini sangat keras. Itu menandakan kalau suaminya juga benar-benar berada di puncak gairahnya, sama seperti dirinya saat ini.
Reni memejamkan matanya, meresapi permainan lidah dan bibir suaminya. Memang beda, namun juga tetap sangat nikmat. Diam-diam Reni membandingkan permainan antara suaminya dan Darwis. Jujur diakui, permainan Darwis lebih menantang dan penuh misteri. Sedangkan permainan suaminya, rasanya sudah sangat dia hapal. Namun demikian, nikmatnya tetap. Bahkan kali ini terasa lebih nikmat. Mungkinkah hal ini disebabkan kehadiran lelaki lainnya itu ?
Reni membuka matanya dan sempat terkejut ketika melihat Darwis sudah masuk ke dalam. Reni tak bisa berbuat apa-apa, hanya membiarkan lelaki itu berdiri di dekat pintu kamar, menghadap ke arahnya sambil menggenggam batang kemaluan nya sendiri yang terlihat sangat tegang. Reni merasakan ada sensasi tersendiri demi untuk pertama kalinya percumbuannya ditonton lelaki lain, walau lelaki itu sudah dua kali bercumbu dengannya. Reni memandang ke arah mata lelaki itu dengan tatapan gairah sekaligus seakan menantang lelaki itu untuk maju bergabung mencumbunya.
Aneh, dirinya tak lagi merasa canggung dan malu. Justru merasa sangat bergairah ditonton seperti itu. Rasa canggung dan malu yang tadi sempat hinggap, seakan sirna menguap begitu saja saat ini. Saat dirinya kembali bergairah.
Permainan lidah dan bibir suaminya, kini mulai dikombinasi dengan permainan jari tangannya. Dan Reni sempat terkejut. Tak biasanya Ferry melakukan ini. Memasukkan jari tangannya ke dalam liang kewanitaannya. Biasanya Ferry hanya mengusap-usap dan menggosok-gosok permukaan vaginanya saja, tapi kali ini…
DanRenisemakin terperanjat, sekaligus surprise. Ferry kali ini benar-benar melakukan hal tak terduga. Suaminya itu kini mengorek-ngorek liang vaginanya bahkan dengan keempat jari tangannya sekaligus, sama seperti yang sudah dilakukan oleh Darwis tadi dan juga minggu lalu. Dina tak dapat menyembunyikan lagi rasa nikmatnya. Dia mengerang dan merintih sambil meliauk-liukkan pinggulnya. Dan kenikmatannya ini semakin bertambah saat menyaksikan Darwis terlihat bernapsu menyaksikan kenikmatan yang diekspresikannya itu. Sungguh sebuah kontak birahi antara dirinya dan lelaki itu
Cepat sekali Reni merasakan gairahnya meningkat. Dan akhirnya, dalam tempo singkat saja dirinya sudah tak kuat lagi bertahan.
“Sudah mas, selesaikan…sek…karang” pintanya sambil menepis pelan tangan suaminya agar menyingkir dari selangkangannya. Lalu, tanpa merubah posisi, batang kemaluan suaminya segera disergapnya dan diarahkan ke pangkal pahanya sendiri untuk kemudian….
“Sssshhh….ooouuukkkhhh….” erangnya mengiringi gerakan turun tubuh bugilnya sendiri. Perlahan batang kemaluan suaminya membenam masuk ke dalam liang vaginanya. Reni sengaja melakukan gerakan perlahan untuk meresapi segala kenikmatannya, dan….uuukkhhh….benar-benar nikmat. Entah kenapa, kali terasa berbeda. Rasa nikmat yang diterimanya terasa berlipat-lipat, padahal sebelumnya..
Ya, ini pasti karena suasananya. Suasana yang berbeda. Berbeda karena kehadiran lelaki lain. Lelaki lain yang hadir saat ini dan menyaksikan persetubuhannya. Lelaki yang sebelumnya sudah memberikan pengalaman seksual tersendiri bagi dirinya, dan kini akan memberi pengalaman yang baru lagi.
“Mmmmhh….mmmhhh….uuuukkkhhh….uuukkkhhh….” Reni terus merintih, mengerang, mengiringi gerakan turun tubuh bugilnya. Perlahan batang kemaluan suaminya semakin dalam memasuki liang kemaluannya dan telah pula menyentuh dan menggesek ujung rahimnya. Reni terus menekan hingga batang kemaluan Ferry yang sepanjang lebih dari tujuh belas centimeter itu semakin dalam memasuki rongga kewanitaannya.
“Uuukhh….maassshh” erang Reni akhirnya saat berhasil membenamkan seluruh batang kemaluan suaminya itu. Kini posisinya duduk di pangkuan suaminya dengan liang kewanitaannya yang sudah terisi batang kemaluan suaminya itu. Reni terdiam sejenak, meresapi ganjalan di selangkangannya, sambil melirik ke arah pintu kamar. Dilihatnya Darwis sedang mengocok-ngocok batang kemaluannya sendiri, tak tahan menonton hotnya persenggamaan dirinya dengan suaminya itu.
Hanya sejenak Reni terdiam, selanjutnya dia mulai bergerak, menaik turunkan tubuh bugilnya dalam pangkuan tubuh bugil suaminya, sambil matanya terus memandang ke arah lelaki di hadapannya. Gerakannya terus meningkat cepat dan kenikmatannyapun langsung meningkat cepat pula.Reniterus bergerak naik turun diatas pangkuan suaminya. Gerakan naik turun tubuh bugilnya, dikombinasi denga gerakan berputar-putar pinggul indahnya, memberi kenikmatan lebih. Reni sudah semakin tenggelam dalam kenikmatan birahinya. Dan kini dirinya justru merasa sudah sangat siap dan bahkan menginginkan lelaki itu segera bergabung, memberinya kenikmatan yang lebih lagi.
Namun sampai Reni merasakan dirinya akan memperoleh hasil kerjanya, Darwis masih diam saja, masih berdiri di tempatnya semula dan masih menontonnya. Reni semakin atraktif dan tak lagi mengerem rintihan dan erangannya sampai kemudian….
“Aakh maaasshh!” pekiknya. Dijatuhkannya tubuhnya lalu ditekannya pantatnya keras-keras sambil memeluk kuat tubuh suaminya. Reni meregang memperoleh klimaksnya yang tak kalah hebat seperti dua klimaks sebelumnya. Tubuh bugilnya melengkung, menggeletar dan mengejang hebat. Ferry merasakan seluruh batang kemaluannya diremas-remas dan seperti dihisap-hisap dengan kuat dan cepatnya oleh dinding lubang kemaluan istrinya itu.
Keduanya terdiam sejenak. Dalam gulungan puncak kenikmatannya, Reni kembali memandang dengan sayu ke arah pintu kamar tidurnya. Terlihat lelaki itu semakin bergairah menyaksikan dirinya tengah mengalami klimaks. Mungkin Darwis sedang meresapi, betapa batang kemaluannya merasakan remasan dan hisapan lubang kemaluan dirinya saat dirinya klimaks seperti ini. Dan lelaki itu sudah merasakannya beberapa kali, baik tadi pagi maupun pada minggu lalu. Dan terlihat sekali kalau Darwis ingin sekali merasakan kembali apa yang pernah dirasakan sebelumnya. Reni melihat tangan lelaki itu semakin cepat mengocok batang kemaluannya sendiri. Hampir saja Reni berseru agar lelaki itu menghentikan gerakannya karena tentu saja nanti saat akan menggilirnya, dia sudah akan kelelahan.
Untung saja, ya…untung saja hal itu tak perlu dicemaskannya karena….
“Sekarang, biar Darwis yang menggantikannya dulu ya sayang” ujar suaminya sambil merebahkannya. Setelah itu, suaminya berteriak memanggil lelaki itu yang sebenarnya sudah berada di belakangnya. Reni melihat lelaki itu mendekat dengan penuh gairah. Terlihat batang kemaluannya bergoyang ke sana ke mari saat dia berjalan. Kalau sedang tidak dalam keadaan bergairah seperti ini, tentu dirinya akan tertawa. Terlihat lucu lelaki berjalan dengan alat kejantanannya yang bergoyang-goyang seperti belalai itu. Namun kali ini bukan lucu, justru membuat Reni semakin bergairah, apalagi menyadari kalau kedatangan lelaki itu untuk menggilirnya, memberi kenikmatan kepada dirinya.
“Ayo Wis, gantikan aku dulu” ujar Ferry saat lelaki itu sudah berada di sampingnya. Ferry mundur, melepaskan batang kemaluannya dari dalam lubang kemaluan Reni, sementara Reni menunggu dengan tegang sekaligus gairah
Tegang karena ini pertama kalinya menerima masukan alat kelamin lelaki lain disaksikan dan atas perintah suaminya langsung. Dan saat Darwis sudah berada di antara kedua kaki mulusnya, Reni hanya bisa memandang ke arah suaminya seakan meminta dorongan. Ferry mengangguk memberi dorongan. Darwis menoleh sesaat ke Ferry. Kali ini Ferry mengangguk memberi dorongan pada lelaki itu.
“Sssshhhh….mmmmmhhhh….mmmaaassshhh” erang Reni sambil mengernyitkan dahinya dan memandang ke arahnya. Ferry senyum memberi motivasi. Darwis bergerak perlahan, Reni mengerang menahan. Perlahan Ferry menyaksikan batang kemaluan Darwis semakin masuk ke dalam lubang vagina istrinya. Perlahan Darwis sendiri kembali merasakan kenikmatan jepitan lubang kemaluan istri lelaki disampingnya ini. Perlahan juga Reni merasakan kembali nikmatnya tusukan batang kemaluan lelaki itu sampai akhirnya seluruh batang kemaluan lelaki itupun membenam habis ke dalam lubang kemaluannya, menghadirkan kembali rasa nikmat yang tadi dirasakannya.
Darwis pun mulai bekerja. Dengan sedikit malu dan canggung, Reni masih terlihat pasif, hanya rintihan dan erangannya saja yang menandakan kalau dia sedang merasakan kenikmatannya. Ferrypun segera maju, mencondongkan kepalanya dan langsung melahap putting payudara istrinya. Reni tersentak, namun hanya sesaat untuk kemudian dia langsung tenggelam dalam buaian kenikmatannya. Benar-benar sangat terasa kelebihannya. Untuk pertama kalinya Reni merasakan cumbuan dua lelaki sekaligus, dan ini terasa jauh lebih hebat dari pengalaman sebelumnya, termasuk pengalaman saat melakukan pergumulan dengan lelaki itu tadi dan minggu lalu. Rasanya kenikmatannya kali ini terasa sempurna. Reni tak menyangka kalau ternyata melayani dua lelaki sekaligus akan sehebat ini rasanya. Reni sampai mengerang dan merintih kian keras dan kini akhirnya, pinggulnya langsung bergerak menyambut gerakan menusuk lelaki itu. Tangannya langsung bergerak dan menangkap batang kemaluan suaminya yang masih berdiri mantap dan keras sekali. Sambil menikmati hujaman batang kemaluan lelaki itu di liang vaginanya, sambil menikmati jilatan, gelitikan lidah dan hisapan bibir serta gigitan-gigitan kecil suaminya di puting payudaranya, Reni apun menggenggam erat batang kemaluan suaminya.
Ferry mengarahkan cumbuannya ke wajah Reni. Mulai dari lehernya, terus ke pipi dan ke daun telinganya, sambil tangannya terus meremas-remas payudara istrinya itu.
“Gimana, nikmat sayang ?” bisik Ferry memastikan.
“He’eh” hanya itu yang keluar dari celah bibir Reni.
“Kita akan melakukan hal ini sampai sepuas-puasnya. Kita akan bersenang-senang sampai tiga hari ke depan” bisik Ferry. Kalau saja Reni tak sedang dalam gulungan kenikmatan birahinya, tentu dia akan terkejut dan melotot tak percaya atas ucapan suaminya itu. Namun saat ini, saat dirinya tengah tenggelam dalam gulungan ombak kenikmatan birahinya, ucapan suaminya itu justru memberikan dorongan tambahan untuk dirinya. Dorongan tambahan agar dirinya tak ragu lagi menikmati ini sepenuhnya, dorongan yang akhirnya membuat gerakan pinggulnya semakin meningkat gencar dan dengan gerakan salah satu tangannya, Reni memberi isyarat agar lelaki yang sedang menggilirnya itu meningkatkan kecepatan dan kekuatan gerakannya. Darwispun mengerti.
“Uuuukkkhh…uuuukkkhhh…uuukkkhhh” Reni semakin merintih dan mengerang. Dari ekspresi wajahnya terlihat kalau Reni tengah merasakan kenikmatan yang hebat. Gerakan Darwis sampai membuat tubuh bugil Reniterguncang-guncang kuat walau berusaha dipegangi dan diredam oleh Ferry sendiri. Bagi Ferry, keadaan ini benar-benar sangat menggairahkan. Sangat menggairahkan saat melihat istrinya tak lagi ragu dan malu menikmati semuanya. Sangat menggairahkan karena terlihat istrinya betapa sangat menikmati semua ini. Sangat menggairahkan karena semua yang diekspresikan istrinya itu.
Hingga akhirnya….ya, hingga akhirnya….Reni memekik kembali. Dengan cepat dirangkulnya dirinya dan dipeluknya kuat-kuat. Jalan napasnya terdengar terputus-putus dan tubuh bugilnya yang kembali mulai dibasahi keringat itu, terasa mengejang dan bergetar hebat. Reni, istrinya kembali memperoleh klimaksnya dengan hebat. Keadaan ini berlangsung beberapa saat lamanya sampai kemudian dirasakannya pelukan Reni mengendur.
“Mas…gantikan lagi” pintaRenitak lagi ragu dan canggung. Ferry tersenyum setuju. Darwis mundur, dan Ferrypun mengambil posisi. Dengan cepat dimulai giliran keduanya. Ferry mulai membenamkan batang kemaluannya ke dalam lubang vagina istrinya itu dengan perlahan. Perlahan namun pasti sampai seluruh batang kemaluannya membenam habis ke dalam lubang kemaluan istrinya. Masih terasa denyutan dinding lubang kemaluan istrinya pertanda klimaks yang baru didapatkan istrinya itu masih tersisa kenikmatannya.
“Wis, kamu duduk disini saja, biar istriku bisa melakukan apapun yang dia inginkan” ujar Ferry saat melihat lelaki itu akan menjauh sejenak. Darwis menurut, duduk di samping tubuh bugil Reni yang baru saja digilirnya itu.
Perlahan Ferrypun mulai bekerja. Perlahan pula Reni mulai menyambut. Ferry meraih tangan Darwis dan meletakkannya diatas payudara Reni. Lalu Ferrypun meraih tangan istrinya itu dan meletakkannya tepat di batang kemaluan lelaki itu. Keduanya langsung merespon dengan penuh gairah. Darwis langsung meremas-remas payudara Reni, sementara Dina langsung menggenggam dan mengocok-ngocok batang kemaluan Darwis sambil menikmati hujaman batang kemaluan Ferry di liang kemaluannya.
“Ayo Wis, jangan cuma dipegang, lakukan apa yang ingin kamu lakukan, nggak usah ragu” ujar Ferry menyilahkan. Darwispun tersenyum senang. Langsung dia membungkukkan tubuhnya, dan mulutnya segera beraksi di payudaraRenimemberi kenikmatan tambahan pada Dina.
Ferry mencondongkan tubuhnya ke arah Reni.
“Mau isep punya Darwis sayang ?  Ayo, lakukan apapun yang kamu inginkan. Semua terserah kamu, asal kamu menikmatinya” bisiknya. Reni tak menjawab. Ferry kembali menegakkan tubuhnya. Sesaat tak ada reaksi dari Reni istrinya, namun sesaat kemudian, Darwis menegakkan kepalanya karena merasakan batang kemaluannya ditarik tangan Reni. Sebelum bergerak, Darwis memandang ke arah Ferry, meminta persetujuan. Sambil terus bergerak, Ferry mengangguk memberi jawaban dan Darwispun mendekatkan selangkangannya ke wajah Renia. Sambil merintih dan setengah memejamkan matanya, nampak dengan sangat bergairah Reni langsung melahap batang kemaluan Darwis dengan penuh gairah, membuat Ferry semakin bergairah menyenggamai istrinya itu. Darwispun sampai menggeram-geram merasakan hisapan mulut Reni di batang kemaluannya. Ketiganya kini sama-sama kenikmatan.
“Leb…bih cep…pat mas…mmmhhh….yyaaa…ter…rus…uuukkhhh….mmmmh” pinta Dina lalu kembali melahap batang kemaluan Darwis. Ferry menusuk-nusuk dengan kekuatan dan kecepatan puncak. Payudara Reni yang tak terpegang Darwis hingga terguncang-guncang. Batang kemaluan Darwispun berkali-kali terlepas dari mulut istrinya itu. Ferry terus berpacu mengantarkan istrinya ke puncak kenikmatan berikutnya.
Dan setelah upaya kerasnya berlangsung beberapa menit, Renipun kembali memekik lalu mengejang klimaks. Kulumannya terlepas, namun terlihat kalau jari tangannya sampai mencekik kuat batang kemaluan Darwis yang masih berada dalam genggamannya itu. Ferry kembali merasakan remasan dan hisapan lubang kemaluan istrinya itu sampai beberapa saat lamanya.
“Masih mau dilanjutkan sayang ?” bisik Ferry setelah merasakan denyutan liang vagina istrinya mereda. Reni tak menjawab dengan kata-kata, hanya anggukan kepalanya saja yang menunjukkan jawabannya. Pandangan matanya sudah semakin sayu, sementar sekujur tubuh bugilnya sudah semakin basah oleh keringatnya sendiri. Ferry memberi isyarat pada Darwis untuk kembali menggantikannya.
“Mau ganti posisi sayang ?” tanya Ferry. Reni kembali mengangguk. Tanpa sungkan dan ragu lagi, Dina langsung membalikkan tubuh bugilnya sendiri. Kini dia merangkak. Rupanya Reni ingin posisi doggy. Darwispun bersiap, sementara Ferry duduk dihadapan ReniDinapun langsung menyergap batang kemaluan suaminya itu yang baru saja mengantarkannya ke klimaks.
“Mmmmmhhh….” bertepatan dengan masuknya batang kemaluan Ferry ke dalam mulutReni, batang kemaluan Darwispun memasuki lubang vagina istrinya itu. Lalu Darwispun kembali bekerja dan Renipun kembali mengerang-ngerang dan merintih-rintih menikmati semuanya. Kedua payudara Reni yang menggantung bebas, langsung disergap kedua tangan Ferry dan memberinya stimulasi tambahan pada istrinya itu. Sementara di belakang, Darwispun berkali-kali meremas bongkahan pantat Reniyang memang sangat menggairahkan itu.
Akhirnya, setelah klimaksnya kembali diperoleh, Ferrypun kembali menggantikan posisi Darwis, masih dalam posisi yang sama, doggy.Reninampaknya ingin membagi secara adil pada keduanya. Walau lututnya terasa lemas dan gemetar, namun dia berusaha untuk tetap bertahan. Ferry dan Darwis bergantian mengambil posisi. Sementara Reni kembali menerima dan memperoleh hasilnya
Seakan tak mengenal lelah, Reni kembali menerima giliran Darwis berikutnya, walau sekujur tubuh bugilnya sudah bermandikan keringat. Rasa linu di selangkangannya mulai terasa, namun dia berusaha untuk terus bertahan dan dapat melayani keduanya.
“Mas…sel…lesaikan…sek…karang. Ak..ku…aku su…dah…”
“Ya sayang. Ayo Wis, kamu selesaikan duluan aja” ujar Ferry. Lelaki itupun dengan semangat dan bergairah menerimanya. Posisinya kini kembali seperti semula. Reni kembali telentang sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar, sementara Darwis menusuk dari depan. Dan akhirnya, lelaki itupun menggeram mendapatkan hasilnya setelah sebelumnya Dinapun memekik dan meregang mendapatkan kembali klimaksnya.
Ferry mengamati, sedikit sekali lelaki itu menumpahkan cairan klimaksnya diatas tempat tidur. Juga hanya sebuah cairan bening, tak putih dan kental seperti umumnya lelaki miliki. Oh ya tentu, seperti ucapannya tadi saat berbincang, dia memang mandul. Tak mampu menghasilkan sperma. Ferry sempat prihatin dengan keadaan lelaki itu kalau saja Reni tak memanggilnya.
“Kamu yakin masih mau melanjutkan sayang ?” tanya Ferry demi melihat istrinya sudah sangat kelelahan.
“Ya mas, ak…ku ma…sih ingin. Ak..ku…ingin lag…gi” jawab Reni lirih.
“Nggak sebaiknya istirahat dulu sayang ?” bujuk Ferry tak tega.
“Ng…gak mas. Ak…ku…ingin…lag…gi. Ayo mas…sek…kali lag…gi aja” pinta Reni merengek. Antara iba sekaligus terkejut dengan gairah istrinya itu, akhirnya Ferrypun menyetujui.
“Yang….cep…pat aj…ja mas…lang…sung..aja” pinta Reni saat Ferry mulai membenamkan batang kemaluannya ke dalam lubang kemaluan istrinya itu. Ferrypun memenuhi, langsung menggenjot istrinya dengan cepat dan kuat. Reni sampai megap-megap menerimanya. Kepalanya tertarik jauh ke belakang. Wajahnya mengekspresikan kenikmatan yang amat sangat membuat Ferry semakin bersemangat.
“Terus sayang ? Masih kuat ?” tanya Ferry sambil terus bekerja.
“Yyyaa…ter..rus maasshh…tus…suk yang…kuu…aaatt, akh ! Ya…terus…terus.. leb…bih kuuu…aaatt !! Ya…ya….ter…russshhh….ooookkkhhh….uuuukkkhhh… akh !”Reninampak histeris. Pinggulnya bergerak liar, berputar-putar seakan tak terkendali, sementara kepalanya terus tertarik jauh ke belakang. Dahinya mengernyit, kedua alisnya seakan hendak bertaut. Mulutnya terbuka, kedua matanya terpejam rapat. Jari-jari tangannya mencengkeram kuat kedua lengan Ferry. Pinggulnya berkali-kali tersentak naik. Ferry menyaksikan betapa istrinya sangat bergairah dan kenikmatan sehingga memberi tenaga tambahan untuk terus menggempur istrinya dengan hebat. Baru kali ini dirinya dan istrinya melakukan pergumulan sehebat ini sampai akhirnya…baik Reni maupun Ferry sendiri saling memiting hebat, menyelesaikan permainan keduanya. Sama-sama napas memburu, sama-sama meregang kenikmatan dan sama-sama puasnya.


Viewing all 76 articles
Browse latest View live